03

8K 831 30
                                    

Seoul, a few years later.

Jaejoong menghela nafas panjang. Ia berkacak pinggang di depan pintu kamar kecilnya. Akhirnya hari ini tiba, gumamnya menyimpan senyum. Ia sudah membeli sebuah apertemen di dekat kantor Appanya yang kini dikelola oleh Jinki.

Oh, tidak sepenuhnya diambil alih oleh pria bermata bulan sabit itu.

Yunho ada di sana menggantikan posisinya. Tapi Jaejoong tidak peduli. Yang ia tahu ia akan pindah hari ini juga. Sungguh melegakan. Tidak akan ada lagi sindiran atau teriakan dari Jung Keybum di telinganya. Namja cantik itu mengambil tas terakhirnya dan menatap keseluruhan kamar sempit itu.

Kemudian ia menutup pintu tersebut dan berjalan menuju pintu depan.

Seluruh anggota keluarga yang ada di rumah ini sudah mengetahui mengenai kepindahannya. Jung Jinki sempat menolak, tentu saja. Ia menyukai keberadaan namja cantik itu. Tapi sayangnya tidak dengan kedua anggota keluarga yang tersisa. Keybum terlihat tidak keberatan sama sekali dengan pindahnya Jaejoong.

Dan Yunho, oh, ia tidak peduli.

Namja cantik itu membuka pintu mobil kesayangannya dan memasukkan tas miliknya di jok belakang. Mobil yang ia beli dengan jerih payahnya sendiri. Jaejoong masih belum bisa mengambil alih perusahaan yang ditinggalkan oleh Siwon untuknya. Namja cantik itu hanya kerja magang di sana, setidaknya seperti itu yang Yunho katakan kepadanya.

Mobil berwarna putih itu tidak langsung menuju kawasan apertemen, melainkan berhenti di sebuah gerbang besar yang megah. Jaejoong segera beranjak turun dari mobilnya dan berjalan memasuki pemakaman tersebut. Mata besarnya mengerjap menangkap dua nisan abu-abu yang saling berdampingan di hadapannya.

  "Umma, Appa" Sapa Jaejoong dengan senyuman yang telah lama hilang.

Namja cantik itu mendudukkan dirinya di antara kedua makam tersebut, ia bersila dengan santai dan mengusap lembut rumput segar yang tumbuh di atas gundukan tanah itu.

  "Hari ini Joongie pindah, Jinki Ahjussi melarang Joongie, tapi Joongie berhasil meyakinkan Ahjussi kalau Joongie sudah cukup besar untuk tinggal seorang diri" Adunya.

Jaejoong mengangguk pelan dengan senyum tipis ketika penjaga pemakaman berambut putih itu melintas tidak jauh darinya. Pria tua bernama Cha Mu Won.

Namja cantik itu kemudian mendongak menatap langit yang tampak berawan hari ini. Ia mendesah pendek dan merebahkan dirinya di atas rerumputan itu, di antara kedua nisan tersebut.

  "Joongie lelah Umma" Bisik Jaejoong seraya menatap awan-awan yang bergumpalan di atas sana.

Jemarinya bergerak pelan mengusap rerumputan itu.

  "Joongie tidak punya tujuan hidup..Umma meminta Joongie untuk hidup bahagia? Kebahagiaan Joongie sudah tidak ada lagi sejak Joongie ditinggal sendirian..Yunnie Hyung—Yunho Hyung juga berubah"

Mata bulat itu terpejam. Helaan nafas kembali keluar dari celah bibir ranumnya.

  "Ia tidak lagi sama, jauh berbeda dengan yang dulu..Matanya selalu terlihat dingin dan kejam..Segala tutur katanya menjadi tajam..Yunho Hyung yang sekarang, hanya bisa menyakiti Joongie"

Jaejoong bergerak menyamping, memeluk gundukan tanah yang telah dirimbuni oleh rerumputan hijau. Mata besarnya mulai basah.

  "Umma, peluk Joongie" Isaknya lirih.

Ia lelah.

Ia lelah menjalani semuanya seorang diri.

.

.

.

  "Aku sudah mengajukan cuti, Taemin ah"

ROTTEN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang