Another Pov.
Can sedari tadi terbatuk-batuk tanpa seseorang yang membantunya,dadanya naik turun tidak karuan karna sesaknya dadanya,tubuhnya melemah,dan pucat memarah menahan sakitnya.
Dia mengambil tas punggungnya mencari sesuatu disana tapi sepertinya nihil karna tidak ada yang dia temukan disana. Can mulai terduduk dibawah dengan lemas,dia ingin sekali menelfon kakaknya tapi apa daya? Gadis ini memiliki ego dan gengsi yang sangat tinggi.
Can terus memegangi dadanya dan berusaha bersuara tapi tidak ada satupun keluar dari mulut pucatnya. Niall dan teman-temanyapun sudah pergi meninggalkannya. Parkiran juga nampak sepi walau masih lumayan mobil disana,tapi tak ada satupun orang yang keluar.
Can berfikir inilah akhir hidupnya,tapi itu salah! Can namapak sudah tak sanggup lagi dengan begitu perlahan tubuhnya jatuh ketanah dan matanya perlahan menutup,tatapanya buyar dan menjadi gelap entah kemana.
Mungkin memang benar itu salah anggapan Can,karna malaikat datang menolongnya.
"Can-canny. Wake up!" seru seorang pria dengan wajah khawatirnya yang mencoba membangunkan Can tapi nihil."Kau kenapa,Can?" tanyanya sendiri dengan nada khawatir.
Akhirnya pria itu membawa Can kesuatu tempat agar Can membaik. Di gendonglah Can kemobinya dengan perlahan. "Bertahanlah,Can." Bisiknya kepada Can yang sudah dia tidurkan dimobilnya dengan perlahan.
Sebenarnya siapa pria tadi? Dia adalah Christian Woods. Chris adalah kakak tiri laki-laki Can, inilah seseorang yang membuat Can gengsi untuk menelfonya karna Can tidak pernah akur dengan Chris. Can bisa dibilang belum menerima Chris dan Ibunya diantara dia dan Ayahnya,tapi Chris selalu berusaha menjaga dan menyayangi Can seperti adiknya sendiri.
Chris melajukan mobilnya membelah kota London yang lumayan padat kerumah sakit terdekat disekolah mereka. Dia sesekali menatap adik tirinya dengan rasa khawatir. Sesampainya disana Chris langsung menggedong Can ke Unit Gawat Darurat untuk perawatan lebih lanjut.
"tolong selamatkan Adikku,Sus." Ucap Chris paruh. Dia merasa bersalah sekarang karna tidak dapat menjaga Can dengan baik.
"tenang,Tuan. Kami akan usahan Adik anda dengan baik." Jelas salah satu Suster yang membawa tempat tidur pasien yang ditempati Can.
Can dibawa masuk keruang perawatn lebih lanjut. Akan tetapi saat Chris ingin masuk suster melarangnya. Chris duduk diruang tunggu,menunggu kabar Adiknya.
5 menit.
20 menit.
30 menit.
Sudah setengah jam dia menunggu seseorang dengan seragam putih ditubunya itu keluar dari ruangan yang digunakan Can.
"maaf,Dad. Jika aku tak bisa menjaga Can dengan baik." Lirihnya dengan air mata yang keluar.
Krek.
Suara pintu dengan seseorang keluar dari sana membuat Chris menatapnya tidak sabar.
"Bagaimana Adikku?" tanya Chris langsung.
"tenang,Tuan. Adik anda baik-baik saja. " jeda. Dengan wajah mengukir senyum Chris bersyukur dalam hatinya.
"lalu bagaimana?" tanyanya lagi.
"adik anda sudah sadar. Jika anda ingin menengoknya silahkan. Saya permisi." Tanpa babibu lagi Chris masuk keruangan yang ditempati Can.
Chris bisa melihat seorang gadis berpakaian biru khas rumah sakit dengan rambut coklat yang tergerai sambil duduk menatap Suster yang masih berkutat dengan Infusnya.