Hermione: "Nah, kalau kau tidak suka, kau tahu solusinya, kan?"
Ron: "Oh Yeah? Apa solusinya?"
Hermione: "Kalau lain kali ada pesta dansa lagi, ajak aku sebelum orang lain mengajakku, dan jangan anggap aku sebagai cadangan terakhir."
(Harry Potter dan Piala Api)Gathan dan Bada terlihat terkejut tetapi Bada dengan mudahnya mengembalikan raut mukanya ke raut muka datar mode on ketika melihat Nai.
"Nai...?", panggil Gathan. Gathan dan Bada keluar dari ruangan Gathan yang berseberangan dengan ruangan Bu Firda.
Nai mengangguk memberikan senyuman kepada Gathan dan memandang tajam
kearah Bada.
"Darimana kamu Nai?" tanya Gathan basa-basi.
"Aku dari ruangan Bu Firda", jawab Nai pendek.
Bada sendiri tidak berbicara atau tersenyum. Tidak ada sapaan maupun candaan yang biasanya Bada katakan ketika bertemu dengan Nai. Bada terlihat dingin dan cuek.
"Kami berdua akan merayakan kerjasama kami berdua dicafe. Kamu mau ikut kita?" tanya Gathan lagi.
Nai hanya tersenyum karena bingung harus menjawab apa.
"Oh ya, Nai. Kenalkan ini Bada. Penulis baru yang baru saja
bergabung dengan Lova. Bada bener-bener seorang penulis hebat. Kamu harus baca draft novelnya. Dijamin lembar demi lembar akan membuat kamu ketagihan untuk terus membacanya. Kami baru saja tandatangan kontrak. Aku bersyukur Bada mau bergabung dengan Lova. Padahal ada banyak penerbit-penerbit mayor yang ingin bekerjasama dengannya."
Gathan memberikan pujian kepada Bada seakan-akan kualitas tulisan Bada layak memenangkan Pulitzer Award*. Bada mengulurkan tangannya dan Nai pun mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Bada. Nai memegang
kuat tangan Bada sehingga Bada kesakitan dan Naina juga melotot kepada Bada. Kening Gathan berkerut aneh melihat aksi Nai dan Bada yang terlihat saling bersitegang padahal mereka baru pertama kali bertemu. Bada sendiri tidak mengatakan apa-apa tentang perbuatan Nai tadi.
"Ayolah Nai. Ikut kita buat merayakan kesuksesan kerjasama hari ini. Kamu nggak perlu nyanyi kayak kemaren-kemaren. Cafe yang kita datangin ini hanya tempat hengot biasa. Hanya ada donat dan minuman bercita rasa kopi ditambah suasana yang cozy. Enak buat nongkrong."
Muka Naina sedikit memerah karena Gathan baru saja mengingatkan dirinya tentang perbuatan gilanya dengan Karin waktu itu. Naina sendiri sebenarnya tidak ingin ikut. Tapi dia ingin berbicara dengan Bada. Biar bagaimanapun Naina masih merasa punya hutang penjelasan
kepada Bada tentang alasan dia tidak datang pada hari itu.
Naina dan Bada naik mobil Gathan. Naina duduk di belakang. Gathan dan Bada sibuk berbicara mengenai novel yang sedang ditulis Bada. Naina sendiri mengalihkan konsentrasinya ke hape. Dia seperti orang aneh yang berada di tengah-tengah orang asing. Mereka tiba di sebuah cafe
tempat biasa Naina melakukan kegiatan menulisnya.
"Mau pesan apa, Nai?" tanya Gathan.
"Aku pesan donat coklat aja setengah lusin dan minumannya ice green tea latte ukuran large", kata Naina kepada Gathan.
"Mas Bada mau pesan apa? Sekalian saya pesankan", tanya Gathan.
"Samakan aja dengan Naina", jawab Bada.
Bada segera berdiri dari tempat duduk mereka dan segera mengantri memesan makanan. Nai dan Gathan hanya diam. Tidak ada pembicaraan seperti yang sudah-sudah. Mereka berdua terlihat kaku seakan-akan
mereka baru saja berkenalan.
"Bada!", panggil Nai.
Bada hanya diam saja.
"Bada! Aku minta maaf. Aku benar-benar nggak ingat dengan ajakan ketemuanmu itu. Pas aku ingat, aku ada acara seminar yang walaupun aku tinggalkan tetap saja sudah terlambat untuk datang. Aku benar-benar menyesal," jelas Nai.
Bada tetap saja diam.
"Bada! Sampai kapan kau akan mendiamkan aku? Aku benar-benar minta maaf. Lagipula jika memang kita berteman, maka kau harus memaafkan aku kalo aku salah."
Bada tetap diam. Tidak berkomentar.
Melihat tidak adanya respon dari Bada membuat Naina kesal.
"Ya udah kalo kau tidak mau memaafkan, tidak apa-apa. Aku sudah meminta maaf. Dan asal kau tahu. Yang mengajak untuk bertemu itu, kau Bada! Bukan aku. Dan aku bahkan tidak menjawab setuju atau tidak
setuju. Kau sendiri yang menyimpulkan aku setuju untuk bertemu. Kau harus ingat itu. Ah sudahlah. Jika kau tidak mau berbicara denganku, aku juga tidak akan berbicara denganmu."
Gathan mendekati mereka dan Gathan bisa merasakan atmosfer dingin diantara Naina dan Bada. Gathan ingin menanyakan apa yang terjadi
diantara mereka. Bukankah mereka baru saja bertemu, tapi aura dingin diantara mereka semakin terasa kuat. Membuat tidak nyaman.
"Pak Gathan!" Terdengar pelayan cafe memanggil Gathan. Gathan segera menuju ke tempat pelayan itu memanggil dan mengambil pesanannya.
"Ini. Ayo makan. Aku yakin kamu udah lapar. Dan Mas Bada ayo dimakan."
Mereka semua mengambil donat dan memakannya.
"Oh ya, Nai. Aku sudah baca hasil terjemahan kamu. Aku suka dengan gaya bahasa kamu. Benar-benar mengalir dan nggak terasa kaku. Aku sebagai pembaca tidak sabar untuk menamatkan cerita picisan yang kamu terjemahkan. Aku sekarang mengerti kenapa Bu Firda mau menunggu kamu
menyelesaikan proyek kamu sekarang untuk menjadi penerjemah novel-novel bahasa asing Lova selanjutnya. Dan aku beruntung bisa bekerjasama dengan orang yang benar-benar ahli dibidangnya, seperti kalian."
"Nggak usah terlalu memuji, Than. Nanti aku terbang tinggi dan nggak ingat lagi untuk turun", kata Nai.
"Kamu juga harus baca loh draft cerita yang dibuat Mas Gathan. Benar-benar menegangkan. Aku baru baca bab 1 langsung aku nyari kontak
Mas Gathan untuk melakukan kerjasama dan Mas Gathan dengan mudah mengiyakan ketika aku pikir penulis sehebat Mas Gathan akan menolak
tawaranku." Sekali lagi Gathan mengajak Nai untuk membaca draft novel Bada.
"Saya justru merasa senang ada penerbit yang mau menerbitkan tulisan saya ketika saya merasa saya tidak cukup berbakat untuk menjadi penulis. Dan anda memberikan saya kesempatan untuk mewujudkan hal itu."
Naina hanya diam mendengar pembicaraan Gathan dan Bada sambil mengunyah donat coklatnya. Selama acara makan siang, Naina hanya
menjadi pendengar karena Gathan dan Bada yang lebih sering terlibat omongan. Naina justru lebih senang tidak dilibatkan dengan pembicaraan
mereka soalnya dia masih kesal dengan Bada yang masih terus
mendiamkannya.
Selesai makan, Nai kembali menumpang mobil Gathan.
"Rumah kamu dimana, Nai? Biar aku antar." Gathan menawarkan diri untuk mengantar Naina pulang ke rumahnya.
"Kamu nggak perlu repot. Aku bawa motor. Aku ikut kamu aja ke Lova. Aku parkir motor aku disana," jawab Nai.
"Kalo Mas Bada?"
"Sama. Saya ikut Anda ke Lova saja."
Setiba di Lova, Nai segera membuka pintu mobil.
"Makasih, Than. Udah ditraktir. Aku pulang dulu ya. Sorry nggak mampir lagi ke Lova. Aku masih harus menyelesaikan terjemahan aku."
"Iya sama-sama."
Naina segera pergi tanpa berpamitan dengan Bada dan dia mengambil motornya yang terparkir di Lova dan segera menghidupkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone Over The Rainbow
General FictionLove is worth to fight for. Naina is 30, plain, aloof, and boring. Tapi apa karena itu dia tidak berhak mendapatkan cinta? Naina yang realistis menyadari pangeran tampan hanya ada di dalam dongeng. Kalau pun ada di dunia nyata maka pangeran itu buk...