Tubuh saling bersandar.Ke arah mata angin berbeda.
Satu jam dua puluh empat menit aku menunggu Adam disini. Sendirian. Bayangkan. Semenjak kejadian di café yang belum lama itu, Adam jadi takut, entah takut apa. Tetapi, dia selalu memperjuangkan hubungan kita disaat-saat yang gentir seperti ini. Dia selalu memohon maaf, dan memohon untuk tidak memutuskan hubungan kita. Aku masih sayang dengannya, maka dari itu aku masih mempertahankan hubungan kita ini. Aku tau, hubungan ini tidak berlangsung lama lagi. Entah aku atau Adam akan merasa lelah dan mengakhiri hubungan ini.
"Maaf aku telat, Clay. Tadi, aku ngurusin Visa."
"Udah biasa kok dibuat nunggu."
"Ayolah, Clay. Kita bisa perbaikin hubungan kita ini. Kita bisa, dan aku yakin!" Enggak. Kita nggak akan bisa.
"Iya, Dam." Lalu aku terdiam, melihat dia memesan makanan. Dia menatapku juga dan dia tersenyum, dahulu senyumnya ini yang bisa membuatku jatuh cinta kembali. Senyumnya juga membuatku memaafkan kesalahannya yang sudah diulang berkali-kali.
***
Selesai kita berdua makan, kita melanjutkan obrolan kita. Obrolan anak kelas 3 SMA, yaitu, kuliah. Aku dan Adam sudah lulus SMA, dan mengapply beberapa kuliah di luar negri. Adam sudah diterima di University of Boston di Amerika. Sementara aku meng-apply di University of Melbourne, perbedaan waktu 7 jam dari Melbourne ke Boston.
Kita berpacaran selama 2 tahun, dan selama dua tahun kurang itu juga aku dan Adam tidak pernah berantem, aku dan Adam berantem ketika... 2 bulan yang lalu. Dua bulan yang lalu aku mengetahui bahwa Adam telah selingkuh, dan saat itu aku benar-benar menginginkan putus. Dari situ, aku melihat perlakuan anehnya ini. Dia tidak menginginkan kita mengakhiri hubungan kita, tetapi, dia nggak ada usaha sama sekali. Dan dari situ, aku mulai lelah dengan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pamit
Short Story"Perdebatan apapun menuju kata pisah. Jangan paksakan genggamanmu." TERINSPIRASI DARI LAGU PAMIT - TULUS. © 2016 by Shania Angelista.