Bab 12 : "She's My Lover"

5.5K 511 6
                                    

Pagi yang cerah. Gadis berambut pirang emas itu memulai kebiasaan barunya, latihan. Ia berjalan menuju gedung kayu, atau yang orang sebut gudang senjata, untuk memilih senjatanya, tentu saja ditemani Qing. Vea dan Qing masuk kedalam gedung besar yang dipenuhi senjata-senjata itu. Dimulai dari senjata tradisional dan senjata modern digantung rapih di dinding dan juga berjajar di meja-meja. Alat-alat untuk latihan fisik berada dimana-mana, juga beberapa peledak dan jaring, semuanya lengkap. Gedung ini bahkan sangat besar walau terbuat dari kayu, banyak juga orang-orang yang berlatih fisik didalam sini.

"Pilih senjata andalanmu Vea." Kata Qing membuat mata Vea menyusuri sekian banyaknya senjata. "Emm...boleh kuminta pedang itu?" Tanya Vea seraya menunjuk pedang yang tertempel di dinding di pojok ruangan, jauh dari tempat mereka berdiri. Qing mengangguk dan mereka berdua berjalan menghampiri senjata yang menarik perhatian Vea itu. Vea mengambil pedang itu. Pedang dengan pegangan tangan berwarna hitam dan bermata batu rubi berwarna hitam juga. Bilah pedang perak yang mengkilap dan berkilat saat terkena cahaya matahari dari jendela yang tak jauh dari mereka berdiri itu, tampak sangat mempesona dimata Vea. Gadis itu tersenyum riang seraya mengagumi senjata ditangannya yang sebentar lagi akan menjadi miliknya.

"Baiklah, sekarang ikut aku." Perintah Qing yang diangguki Vea. Mereka berdua berjalan beriringan masuk hingga kebagian lebih dalam gedung kayu itu.

Tiba-tiba Qing berhenti didepan satu-satunya dinding yang terbuat dari batu, berbeda dari yang lainnya yang terbuat dari kayu. Qing mendorong sebuah lemari tua berisi beberapa buku berdebu, peluru-peluru dan busur panah. Ia mendorongnya kesamping dan tampaklah sebuah pintu berukuran pendek, kira-kira tinggi pintu itu hanya setinggi pinggang manusia. Lebarnya kira-kira dua meter. Qing membuka rantai yang melilit knop pintu kecil itu. Membuat bunyi berderek khas besi karatan terdengar. Qing memutar knopnya dan mendorongnya pelan, menampakkan kegelapan dan kumpulan tinta hitam yang terlihat menyeramkan. "Ayo." Ajak Qing lalu menunduk, memasukkan dirinya kedalam ruangan yang entah seperti apa isinya itu. Dengan rasa sedikit takut dan jantung berdetak keras, gadis itu mengikuti Qing masuk kedalamnya dan menutup pintu kecil itu.

Tiba-tiba cahaya temaram dari obor kayu menerangi ruangan itu. Obor-obor lain mulai menyala dengan sendirinya tanpa diperintahkan dua orang itu. Vea agak terkejut dengan hal tersebut, ptapi ia mencoba untuk tidak memusingkannya. Qing berjongkok ditengah ruangan berbentuk lingkaran dengan lantai lumayan luas, tangannya menyentuh lantai batu berwarna abu-abu. Tiba-tiba cahaya biru menyebar diseluruh lantai ruangan itu, membentuk pentagram-pentagram rumit dan pola-pola yang indah. Tepat ditengah ruangan, dilantai yang tadi disentuh Qing, api berwarna biru berkobar disana, namun tidak menyebar.

Vea memekik dan berlindung dibalik tubuh Qing, ia tidak tahu bahwa api itu tidak berbahaya. "Api itu tidak berbahaya bagi kaum kita." Kata Qing menenangkan gadis dibelakangnya. "Namun, bagi kaum hitam seperti Orc dan penyihir hitam, api itu sangat mematikan, bahkan dengan sekali sentuhan tubuh mereka bisa menjadi abu." Lanjut Qing dan berjalan menuju api biru yang terus berkobar itu.

"Namanya Firebluerx. Bisa membunuh musuh dengan mudah." Qing memegang api itu dan anehnya api biru itu melayang mengikuti tangan Qing dan memisahkan diri dari teman-temannya. "Tapi sayangnya, hanya ada empat orang di Istana ini yang mampu mengendalikan Firebluerx dengan tangannya sendiri. Yaitu, kau, aku, Ratu dan Zeeli." Jelas Qing dan berjalan mendekati Vea.

"Aku?" Ulang Vea tak percaya dan bingung, Qing mengangguk dan menyodorkan Firebluerx itu kehadapan Vea, menyuruh gadis itu untuk mengambilnya. Dengan takut dan gugup, Vea mengarahkan tangannya mendekati api biru itu dan api itu melayang dan berpindah keatas tangan Vea.

"Wow! Bagaimana ini bisa terjadi?" Pekik Vea dan menggerakkan tangannya membuat api itu mengikutinya. "Karena kau yang terpilih, jadi kau bisa mengendalikannya." Jawab Qing.

EvergenityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang