Day 1

93 13 6
                                    

Bel istirahat berdering. Tubuh Haifa sempoyongan. Pusing karena menerima terlalu banyak informasi dalam otaknya yang sialnya terus menerus masuk tanpa membiarkan ia mencerna. Murid yang mengajar tadi, cepat sekali bicaranya. Walaupun begitu, ada beberapa siswa yang berteriak meminta ia menjelaskan lebih cepat lagi karena menurut mereka, penjelasan Ichan--murid yang mengajar matematika tadi--terlalu mudah dipahami.

Haifa memijat pelipisnya. Pandangan matanya kini beralih pada sosok Ichan yang seketika berubah ribut ketika bel berbunyi. Kelas ini berbahaya, ketika waktu belajar tiba suasananya berubah hening seakan ingin mencekam, tetapi selepas itu mereka semua tampak normal.

"Halo Haifa." Entah sejak kapan, tiga orang gadis berdiri di depan mejanya. Haifa yang tidak mengenal mereka bertiga hanya tersenyum.

"Bodoh kau Ay, mana kenal dia," tukas seorang gadis paling kanan yang berkerudung ungu.

"Ah iya, perkenalkan, namaku Aya," kata gadis yang pertama kali memanggil nama Haifa. Ia mengulurkan tangan, sehingga mau tak mau Haifa membalas uluran tangannya.

"Dia Nita," ucap Aya memegang pundak teman di sebelahnya.

Orang yang bernama Nita itu menatap Haifa sambil tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya yang manis. "Hai Haifa." Nita mengulurkan tangannya. Membuat Haifa juga ikut mengulurkan tangannya.

"Hati-hati Nita suka modus," ketus perempuan berkerudung ungu paling ujung. "Jangan percaya, muka dia emang imut-imut tapi kayak singa."

Nita menyipitkan mata memandang orang di sampingnya. Ia mengerucutkan bibir. "Jeje minta di garuk ih."

"Kan singanya keluar." Orang yang dipanggil Nita sebagai Jeje itu memutar bola matanya sinis, bibirnya mencibir. Ia sukses mendapat sebuah jitakan dari Nita.

"Aw--" ringisnya menatap Nita sambil melotot. "Sakit tau Nit."

Jeje balas menjitak Nita dengan keras. Membuat Nita meringis kesakitan. Tidak mau kalah, Nita menarik kerudung Jeje dengan paksa. Membuat gadis itu memekik. Dan beberapa detik kemudian, terjadilah aksi jambak menjambak antara Nita dan Jeje.

Aya menatap Haifa penuh rasa bersalah. "Maaf ya, mereka berdua itu emang suka kayak gitu."

Akhirnya Aya lari menjauhi tempat duduk Haifa mengejar Nita dan Jeje yang mulai jambak-menjambak di depan kelas.

"Gue gak takut sama lo singa."

"Ha? Singa? Cih. Rasain nih."

Suara pekikkan itu menggelegar di penjuru kelas. Menarik perhatian anak laki-laki yang tengah bermain bakugan.

"Ayo Nita hajar," pekik Ichan sambil melompat-lompat yang entah sejak kapan membuat imagenya sendiri turun di mata Haifa.

"Ayo Jeje, jangan kalah." Kali ini Ran yang angkat bicara.

"Ihhh, jangan diliatin." Aver mencubit Ran sambil memekik kesal, layaknya anak kecil.

"STOOOOOPPP...." Suara itu menggelegar dalam ruang kelas. Baik Jeje maupun Nita atau anak kelas lain, langsung menghentikan aktivitasnya. Haifa kenal suara itu. Itu suara perempuan yang menyambutnya tadi. Sasqia.

Ia melihat Jeje dan Nita yang kini saling tatap, tanpa ada yang berani bersuara.

"Fay, Kok mereka semua berhenti?" Haifa menyikut Fay dengan perasaan penasaran.

"Semua yang ada di semesta ini bergerak punya aturannya sendiri-sendiri. Walaupun kelas ini keliatannya heboh, tapi kelas ini punya caranya tersendiri untuk mengakrabkan diri. Dan tentu saja sebagai makhluk sosial, kami butuh seseorang untuk memandu kami, karena itu juga Sasqia terpilih." Kata-kata Fay sebenarnya membuat Haifa bingung tetapi gadis itu diam saja.

"Entah aku juga tidak tau kenapa dia yang terpilih. Mungkin karena pengaruhnya yang cukup dalam pada tiap anak sini, dia yang jadi ketua kelas." Seorang perempuan yang entah sejak kapan berada di sebelah kiri Fay ikut berbicara.

Perempuan itu menoleh dan tersenyum kecil pada Haifa. "Oh iya, salam kenal ya, Aku Bella. Saudara kembarnya Sasqia."

Lagi-lagi untuk kesekian kalinya, Haifa terbelalak.

"Keren." Hanya itu yang bisa Haifa ucapkan saat itu.

"Sasqia dari kecil memang galak," ucap Bella mengibaskan tangannya.

Haifa mengangguk-angguk kecil lalu mengalihkan pandangannya pada Nita dan Jeje yang saling berpandangan sebelum akhirnya mereka saling berpelukan hangat.

Haifa terenyuh seketika. Matanya mengerjap berkali-kali menatap dua orang yang baru dikenalnya itu saling menangis dipelukan masing-masing. Mungkin kedengarannya berlebihan tetapi itulah yang terjadi.

Haifa melirik Fay. "Mereka lucu ya?"

"Mereka dari dulu emang kayak begitu Hay." Fay mengangkat bahunya kemudian tersenyum.

***

Hari pertama di sini tidaklah buruk, Haifa mulai bisa memahami, pola pikir dan cara kelas ini hidup. Rasa nyaman seketika menggerayangi perasaannya, walaupun ia belum mengenal mereka secara keseluruhan tetapi hari ini ia cukup puas.

"Haifa kenapa lama sekali?" pekik Fay menatap Haifa yang tengah membereskan barang-barangnya.

"Tunggu sebentar," ucap Haifa tersenyum sambil memanggul tas punggungnya dan berlari kecil menyusul Fay.

Rahasia [AHAWFest]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang