Third

4K 169 8
                                    

Dibawah kolong jembatan, terlihat seorang pemuda berambut pirang jabrik tengah berkacak pinggang menatap empat orang pemuda yang tengah terbaring babak belur. Mereka memakai gakuran abu khas seragam SMA khusus laki-laki, St. Yoshimae Gakuen.

"U-Ughh."

"Sialan kau Naruto!"

"Matilah!"

Naruto tertawa riang. "Semuanya! Bersujud!"

Perintah Naruto membuat keempat orang tersebut bersujud padanya walau mereka enggan dan mengumpat serta mengutuk Naruto dalam hati.

"Kami minta maaf karena memukulmu. Kau sedang mengendarai motor dengan pelan dan tanpa memakai helm.. kami pikir itu adalah kesempatan kami.." ucap salah seorang yang bersujud tersebut.

Naruto melipat tangan di dadanya sambil menatap sinis keempat orang tersebut. "Kesempatan apanya?" Naruto melirik tongkat besi yang ujungnya berdarah tergeletak di tepi sungai. "Kalau itu bukan aku, pasti sudah mati."

"Hahaha." Salah seorang dari pemuda tersebut tertawa kaku. "Yah benar juga.. Tentu saja kami harap kau benar-benar mati. Hahahahaha."

Orang tersebut tertawa diikuti teman-temannya yang lain.

Naruto ikut tertawa. "Hahahahaha."

Kretekk! Krak! Krakk!

Naruto tersenyum sambil mengepalkan tangannya memasang kuda-kuda seolah akan memukul para pemuda yang tengah berlutut padanya.

"Hiiyyy~" Para pemuda menghentikan tawanya-diganti dengan ringkik ketakutan. "Ma-Maafkan kamiii~"

"Kali ini kalian kumaafkan." Naruto menatap para pemuda dibawahnya tajam dihiasi senyum psycho-nya. "Jika sekali lagi kalian membuatku marah! Kau akan melihat neraka!"

"Hiiiy~"

"Ampuunn."

"Maafkan kami!"

"Kaa-saaaannnn."

Para pemuda berlari terbirit-birit agar secepat mungkin menjauh dari Naruto.

.

(_)

.

Aku melihat para berandalan melarikan diri dari Naruto. Aku mengeratkan pelukanku pada tas selempang hitam yang tengah kupeluk saat Naruto mengalihkan perhatiannya padaku seraya menghampiriku dengan raut khawatir. Aku menarik nafas panjang mengingat kejadian yang baru saja kualami.

-Flashback: Start-

Hari ini Naruto mengajakku pulang bersamanya. Dengan enggan aku menyetujuinya karena aku sungguh tak bisa membantah orang satu ini. Aku benar-benar tak berani padanya.

Setelah aku naik di belakangnya, Naruto melajukan motornya, aku menatap helaian rambut pirang Naruto yang diterpa angin. 'Sepertinya menyenangkan jika aku mengusap-usapnya..' batinku seraya memandangi punggung Naruto. 'Punggung cowok memang lebar ya? Aku jadi ingin menyandarkan kepalaku di-HAH!' Aku menggeleng-geleng kepalaku. 'Apa yang kau pikirkan DIRIKUUU?!'

Aku merasa ada yang salah dengan diriku. Aku menarik nafas panjang seraya menghempaskannya kasar. 'Aku tak tahan dengan situasi ini! Yosh! Akan kukatakan sekarang juga!' batinku sambil mengeratkan tanganku pada kemeja Naruto. "Na-Naruto-kun!"

"Apa?" Naruto menyahut sedikit berteriak tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalan.

Aku menarik nafas panjang. "MAAFKAN AKU! SEBENARNYA AKU-"

I Love You So MadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang