***
dedicated to Refina, who always pumped up with anything that related to sci-fi, and this one, time travel.
***
Sebelum aku tahu Peter menciptakan mesin waktu, aku sudah tahu dia memang gila.
Bayangkan saja, di saat pagi buta Peter meneleponku berpuluh kali, membuatku tersentak bangun karena baru saja tidur selama beberapa jam. Sepertinya bukan beberapa jam, mungkin beberapa menit. Bukan hanya itu, ia mendesakku datang ke rumahnya segera karena mengaku sudah menciptakan sesuatu yang "fenomenal dan melintasi sesuatu". Maksudku, apa maksudnya "fenomenal dan melintasi sesuatu"? Dia bahkan tak menjelaskannya. Jujur saja, aku kira ia terlalu banyak makan haggis* dan sampai ia berkata tak masuk akal. Namun apa boleh buat, dia temanku. Apakah aku harus mengecewakannya dengan tidak datang karena "baru tidur beberapa menit setelah tetanggaku berisik dengan klarinet sumbangnya"? Kurasa tidak.
Karenanya, saat pukul 6 pagi aku sudah meninggalkan flatku di tengah hujan deras. Memang saat itu sedang musim panas, namun sepertinya hujan tidak mengenal kata "musim panas" di London. Aku menggigil di balik jaket kulit hitam yang sepertinya tidak membantu menghangatkan badan. Aku merutuk pelan sambil mengeratkan peganganku ke gagang payung. Jarak flatku dengan rumah Peter memang hanya dua blok, namun saat kau pergi ke rumahnya saat hujan deras, yah, itu seperti melewati hujan peluru di jalanan perang.
Singkat cerita, saat tiba di rumahnya, aku disambut oleh seorang gadis berambut coklat dengan tatapan mata birunya yang cerdas, Tess Murdock. Ngomong-ngomong, dia keponakan Peter dari Irlandia, yang kadang bisa kubilang sama cerdasnya dengan Peter (maaf jika aku meragukan kemampuanmu Peter, tapi sebenarnya aku serius mengatakan itu). Ia tersenyum ramah dan menyapaku, "Bibi Anne! Kenapa kau pagi sekali datang kemari?"
Aku hanya bisa menggaruk tengkuk mendengar pertanyaannya. "Umm... sebenarnya Peter yang menyuruhku kemari. Dia bilang ia menemukan sesuatu yang "fenomenal dan melintasi sesuatu"? Aku rasa begitu."
Tess mendengus pelan mendengar ucapan tentang pamannya dan tersenyum kecil. "Ah, sudah kuduga," katanya pelan sambil mempersilahkanku masuk. "Kau mau ikut sarapan dengan kami? Aku dan Bibi Cassie baru saja selesai memasak." Ia menunjuk ke arah dapur, sementara aku bisa melihat Cassie, adik Peter yang melambai riang ke arahku. Aku bisa menghirup wanginya sosis, telur dan bakon yang mereka masak. Perutku sudah bergejolak saat itu, namun aku menolak tawaran itu.
"Sepertinya tidak usah. Trims untuk tawarannya, Tess. Tapi sepertinya aku harus ke bawah sekarang," kataku sambil berjalan menuju ruang kerja Peter di basement. Tess mengangguk, lalu mempersilahkanku pergi. Dia memang sopan sekali, begitu pula dengan Cassie. Aku tahu aku memang tinggal sendiri, namun Peter dan keluarganya membuatku seperti memiliki "keluarga dekat" sampai sekarang.
Maksudku Peter seperti kakakku sendiri, oke? Aku tahu kalian sudah berpikiran macam-macam tentang kami berdua.
Swush! Tiba-tiba sesosok bayangan hitam kecil menabrakku, tepat saat aku melangkah ke bawah. Bayangan itu langsung terjungkal jatuh ke lantai, sementara aku tersentak mundur, mengamati siapa "bayangan hitam kecil" itu. Saat aku melihat rambut pirang dari bayangan itu, aku mengerutkan dahi kebingungan. "Tom? Apa itu kau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Peter and Anne
RomantiekJatuh cinta di saat ini? Sudah biasa. Bagaimana jika kau jatuh cinta pada seseorang, saat kau terjebak di masa lalu? Maksudku, bukan "masa lalu" dalam arti kiasan. Namun memang masa lalu, tepat pada tahun 1999. Bayangkan jika kau terjebak dengan mes...