Tiga

21.8K 623 1
                                    

"Jonas"

Dia menghampiri kami sambil menatapku tajam. Dan sialnya, tatapan itu membuat jantung ini berdetak lebih cepat.

"Ngapain tengah malem gini lo bawa anak orang kemari?" Lanjutnya membuat nyaliku menciut.

"Napa sih bang dia temen gue, cewek baik-baik kok."jawab jonas membuatku sedikit lega.

"Mana ada cewek baik-baik jam segini masih kelayapan?" Ucapnya tersenyum sinis sambil berlalu meninggalkan kami. Saat ini aku hanya bisa diam menundukkan kepalaku.

"Itu tadi Digo Juan Abraham, abang gue si. Jangan tersinggung ya." Ucapan jonas menjawab semua pertanyaan yang berputar diotakku.

Aku sudah biasa mendapat penilaian seperti itu. Karna memang wanita yang sering keluar malam identik dengan hal yang buruk.

"Jo gue pulang aja ya."pintaku pada jonas

"Ya udah yuk gue anterin. Maafin abang gue ya?" Aku mengangguk
"Ya udah sih jo, biasa aja." Sahutku sambil tersenyum.

Saat memasuki halaman rumah aku melihat tante marissa istri dari om darwin sahabat ayahku keluar dari rumahku. Ketika kami kami berpapasan dan kusapa dia hanya tersenyum tipis tanpa menjawab sapaanku. Kemudian dia berlalu begitu saja sepertinya matanya sedikit sembab habis menangis.

'Ada apa ini?' Aku bertanya-tanya dalam hati

Kulihat mobil ayah sudah terparkir di garasi rumah. Tumben masih jam sebelas ayah sudah dirumah.

Semenjak ibuku pergi dari rumah, kehidupan kami menjadi sangat berbeda. Aku hidup dengan ayahku dan adikku yang masih berumur lima tahun dirawat oleh tanteku, adik dari ayahku.

Ayah selalu pulang larut malam. Dan aku sendiri selalu mencari hiburan diluar saat rumah di tidak lagi menemukan kenyamanan.

Kubuka pintu rumah ku yg tidak terkunci. Kulihat ayah duduk di sofa sambil memijit kepalanya.

"Ada apa yah?" Tanyaku menghampiri ayahku.

Hening cukup lama

Ayahku memejamkan matanya menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar.

"Ibumu..... selama ini dia berselingkuh dengan om darwin."
Kata-kata ayahku membuat kepalaku seakan dihantam palu Thor. Sudut mataku mulai berair, tak ingin mendengar kenyataan yang lebih pahit lagi aku lari memasuki kamarku.

Pertahananku runtuh, air mata yang tadi ku tahan sekarang sudah bebas mengucur membasahi pipiku.

Mungkinkah ini akhir dari cerita bahagia orang tuaku, ataukah awal penderitaan anak- anaknya?

____________

Makasih yang udah ngevote, semoga suka dengan story pertama saya ini. Maaf kalau belum bisa memberikan yang terbaik.

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang