lima

18.3K 607 3
                                    


Sabtu sore kami berkumpul di rumah Dika. Rencananya kami akan menginap satu malam disana. Ada sekitar sepuluh orang yang akan pergi bersama kami ke pantai.

Setelah kuparkirkan motor maticku di garasi rumah Dika. Aku segera bergabung dengan yang lain.

"Oke, semua udah siap?" Dika bertanya kepada kami semua.

"Tunggu dulu, temen gue masih di jalan." Kak Rico menyahut.

"Trus gue ma siapa? Semua pada bawa pasangan." Aku protes pada mereka.

"Ato gue ikut mobil bang Dika aja ya, gapapa kan nul?"lanjutku yang membuat kedua insan yang kusebut namanya menggeleng bersamaan.

"Ah,jahaat semua!! Gue bonceng tiga bareng lo ma kak indah ya?" Aku merayu kak rico sambil bergelanyut di lengannya.

"Idih ogah banget gue bawa cabe-cabean."ucap kak rico membuatku mengerucutkan bibir dan memancing tawa semua orang.

Perhatianku teralihkan ketika kulihat sebuah motor sport berwarna merah memasuki halaman rumah ini.

"Itu temen gue udah dateng."

'oo, ternyata temenya kak rico' batinku

Ketika dia membuka helm yang dikenakannya aku tercengang melihatnya.

'Omegot, kenapa dia nyasar disini'

"Digo, lo boncengin adek gue ya?" Kata-kata kak rico bagaikan geledek yang menggema di telingaku.

Iya, dia Digo abangnya si jonas.
Astaga, kak rico nyuruh dia boncengin gue? Saat pertama ketemu saja dia memandangku dengan tatapan menghina.

"Eng...gak usah deh kak, ntar ngrepotin lagi."ucapku kepada kak rico

"Buruan deh, keburu malam ntar nyampe di sana."ketus digo padaku.

Dengan terpaksa aku ikut dengan Digo. Aku merasa sangat canggung.

"Pegangan, ntar lo jatoh lagi." Perintah digo padaku. Kuletakkan tanganku di kedua pinggang digo.

Kami pun memulai perjalanan. Digo melajukan motornya dengan kecepatan sedang, karena kalau terlalu cepat takut ada teman yang tertinggal.

Hening.

Selama perjalan tidak ada yang membuka pembicaraan membuat suasana semakin canggung.

'Berasa diboncengin patung gue.gerutuku dalam hati.

Kurasakan digo meraih tanganku dan melingkarkannya ke perutnya.

"Lo kira gue tukang ojek, lo pegangin kayak gitu." Dia mengerutu di balik helmnya. Dia nggak tau apa, kalau jantungku udah mau lompat dari tempatnya.

"Mana ada sih tukang ojeg seganteng lo kak. Kalopun ada ada pasti cuma di ftv yang judulnya ganteng-ganteng kok ngojek." Ku coba mencairkan suasana. Kudengar digo tertawa di balik helmnya.

"Lo nggak bawa cewek lo kak?"aku memberanikan diri bertanya padanya.

"Gue lagi jomblo, napa lo mau daftar jadi cewek gue?"

"Kalo kudu ngantri gue ogah.cowok model kayak lo pasti banyak yang ngedeketin." Ucapku dan suasana bisa sedikit mencair. Selanjutnya mungkin kami bisa menjadi teman ngobrol.

Akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Setelah satu jam perjalanan rasa lelah terbayarkan dengan pemandangan pantai dan laut yang indah.

Aku segera turun dari motor digo. Kulepas helm yang aku pakai kemudian aku lari ke bibir pantai kurentangkan tangan dan kupejamkan mataku menikmati hangatnya matahari sore.
_____

Api unggun sudah menyala, sudah ada dua tenda berukuran besar yang didirikan. Gunanya Dika bawa mobil ya itu. Buat ngangkutin barang. Jangan dikira kita disini bakalan nyewa resort ya pemirsah. Karena kita bukan orang kaya raya. Digo ma kak rico aja cuma staff di kantor pelayanan pajak. Selebihnya, semua masih mahasiswa.

"Si, lo siapin sausnya ya." Perintah kak indah padaku. Saat ini kami sedang pesta barbeque.

"Siap." Aku beranjak menuju mobil mengambil saus dan perlengkapan lain bersama nulia.

"Nyet, menang banyak lo hari ini diboncengin cowok seganteng dia."nulia berceloteh

"Rezeki anak sholeha."sahutku asal.

Disini mengelilingi api unggun sambil menikmati daging panggang plus wine buat para cowok. Diiringi petikan gitar si Dani.

Suasana semakin larut, satu per satu mulai meninggalkan api unggun.
"Dasar pada mesum, pasti lagi pada mojok."aku mengerutu lirih sambil memainkan ponselku sekedar melihat update an terbaruvdi socmed. Hingga kurasakan seseorang menarik tanganku berjalan mendekati bibir pantai.

"Mau kemana kak digo?"

"Gak kemana-mana."

"Duduk sini." Digo yang sudah duduk dipasir menarik tanganku untuk duduk disampingnya.

"Mau ngapain sih disini, gelap lagi." Aku menatap horor sekelilingku. Digo hanya tersenyum, senyuman yang mampu melumpuhkan saraf manusia. 'Lebay'

"Gue cuma mau nikmatin indahnya malam dengan alunan suara ombak."

Digo meraih kedua bahuku menatap mataku dalam-dalam dan aku seakan terhipnotis. Tidak mampu bergerak, tidak mampu berkata-kata. Dia semakin mendekatkan wajahnya.jantungku memompa lebih cepat. Hembusan nafasnya menyeruak aroma wine. Kupejamkan mataku menikmati aroma itu. Hingga kurasakan bibir basahnya mendarat dibibirku. Mencecap, menggigit dan melumat. Aku terbuai dengan kelembutan bibirnya. Kunikmati setiap decapannya. Nafas kami memburu pasokan oksigen seakan menipis. Ada rasa tak rela saat digo mengakhiri ciuman ini.
Digo membersihkan bibirku yang basah dengan tangannya dan akupun melakukan hal yang sama. Mengecup keningku lama hingga akhirnya dia menggandengku untuk kembali ke camp.

Dan sepertinya malam ini akan jadi malam yang paling indah selama aku hidup di dunia ini.

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang