Kulewati koridor kampus yang masih sepi, ini masih terlalu pagi. Tapi aku sudah tidak tahan berada terlalu lama dalam rumah.
Kurebahkan punggungku di kursi yang ada di taman ini. Disini tidak terlalu ramai belum banyak mahasiswa yang datang.
Kupejamkan mataku yang sembab akibat menangis semalaman. Menghirup udara pagi yang masih segar, dan menikmati aroma basah embun pagi.Kurasakan tubuhku lunglai seperti tak bertulang. Setelah semalam mengacak-acak seluruh isi kamar menyalurkan rasa kekecewaan.
Hidup ini terlalu kejam. Saat ini aku seperti tak punya tujuan. Terlalu pahit kenyataan hidup yang harus aku hadapi.
Tiga bulan yang lalu, ibu pergi dari rumah. Setauku dia berkunjung ke rumah adiknya di Makkasar. Tapi sampai saat ini tidak ada kabar sama sekali darinya.
Entah apa yang dipikirkannya, sampai-sampi tega meninggalkan anak-anaknya. Mengorbankan kebahagiaan keluarga demi menuruti ego nya.
'Haruskah aku membenci ibu seperti itu? Atau aku belum memahami apa yang sudah terjadi pada orangtuaku. Aku tidak tau.'
Kurasakan kursi disebelahku bergoyang seperti ada yang duduk disitu. Aku menoleh dan kudapati nulia wulandari sahabatku sekaligus pacar sepupuku Dika tengah menatapku.
"Lo kenapa si?" Dia bertanya padaku.
Mendengar pertanyaannya dadaku tiba-tiba menjadi sesak, bibirku tak mampu berucap dan airmata ini lolos keluar begitu saja.
Nulia meraih bahuku membawaku dalam pelukannya.
"Nangis aja kalau itu ngebuat lo lebih tenang.""Sorry nul, gue belum siap buat cerita." Ucapku di sela-sela isakanku. Aku tidak sanggup menceritakan tentang aib keluargaku.
"Udah, nggak apa-apa. Apapun masalah lo gue harap lo bisa sabar menghadapinya."
"Thanks ya nul." Aku melepas pelukannya karna merasa sudah lebih tenang.
"Yuk ke kantin dulu gue belum sarapan nih, lo pasti juga kan?" Aku mengangguk dan kami berjalan menuju kantin sambil sesekali tertawa karna candaan nulia.
Ketika kami sedang menikmati makanan kami Dika datang menghampiri kami. Dia duduk disebelah nulia.
"Weekend liburan yuk." Dika membuka pembicaraan
"Kemana?" Tanyaku
"Kemana enaknya yank?" Dia bertanya pada kekasihnya.
"Menurut aku sih ke pantai aja, biar bisa lari-larian." Nulia memberi saran.
"Kalau mau lari-larian di GBK juga bisa nul, ngapain jauh-jauh ke pantai sekalian lo bisa main bola disana."sahutku membuatnya mengerucutkan bibir.
"Sayang, bibirnya jangan kayak gitu dong, aku jadi pengen nyium nih,"ledek dika mengedipkan matanya.
"Lah sok mesra lo berdua. Kalau mau mesum jangan disini. Sewa kamar noh."
"Apaan sih ndul, belum muhrim." Kesal nulia.
"Jadi mau kemana?" Dika menengahi.
"Ke pantai juga boleh."aku menyetujui.
"Oke dah, ntar gue kabarin yang lain."
"Emang rame-rame ya?"
"Iya lah, emang lo mau jadi obat nyamuk kalo perginya cuma bertiga?" Sahut nulia meledekku. Aku mendengus kesal pada sahabatku ini.
"Asal kalian tau gue ini single, bukan jomblo."
"Oyaaaa." Jawab mereka kompak
"Kalo gue mau mah gue bisa bawa lima cowok sekaligus." Aku masih tak mau kalah."Percayaaa." Kata mereka kompak dengan ekspresi serius yang berlebihan. Dan sontak membuat tawa kami pecah.
Aku bersyukur karena masih ada orang-orang yang menemaniku dikala aku berduka. Meskipun mereka tidak bisa memberikan solusi, tapi mereka selalu bisa membutku tertawa. Bersama mereka bisa kulupakan sejenak segala permasalahan hidup.
_______________________
Sorry, pendek!!
Semoga masih dapat menghibur.