Part 4

29.6K 2.3K 52
                                    

Suara derap langkah kuda menggema di arena pacuan kuda ini. Terlihat dua orang sedang menunggangi kuda mereka masing-masing. Si wanita yang tak lain adalah Annisa mengkerutkan kening ketika satu lesatan kuda menyalipnya.

Nisa tau siapa penunggang kuda putih itu. Nisa memilih membalikkan kudanya ke garis awal. Latihannya sudah cukup untuk hari ini. Nisa menjalankan kudanya dengan langkah pelan, Dia menikmati semilir angin dingin negara pasir ini.

"Arabi, lihatlah bulan dan bintang disini begitu terlihat jelas," ucapnya kepada sang kuda hitam yang dia tunggangi. Kuda hitam yang dia beri nama Arabi itupun hanya meringkik pelan seperti menyahuti ucapan Annisa.

Nisapun turun dari punggung kuda tersebut. Setelah itu dia menuntun kudanya menuju kandang.
Arabi sudah di masukkan kedalam kandang. Tapi Nisa tetap berdiri di depannya sambil mengusap kepala kuda hitam tersebut.

"Terimakasih untuk hari ini Arabi. Besok Kita bertemu lagi," ujarnya sambil memeluk kepala Arabi. Arabipun terdiam dalam pelukan Nisa.
"Sepertinya kuda hitam itu menyukaimu," ujar seseorang dengan suara baritonnya.

Nisa melepaskan pelukannya, lalu melihat siapa pemilik suara bariton itu. Ternyata dia, Si lelaki Arab yang bernama Fazza. "Tentu saja, Aku memang orang yang gampang sekali di sukai."

Fazza tersenyum samar. "Kepercayaan dirimu itu, patut di acungi jempol."
"Kenyataannya memang seperti itu. Buktinya Arabi menyukaiku."
"Arabi?" Tanya Fazza tidak mengerti.
"Iya Arabi, kuda hitam ini bernama Arabi."

Fazza terkekeh. Banyak sekali pengunjung yang datang ke arena pacuan kuda ini. Dan banyak juga yang menunggangi kuda tersebut. Tapi baru pertama kali ada yang memberikannya sebuah nama. Gadis itu memang terlihat berbeda dari orang-orang pada umumnya.

"Arabi, Nama yang bagus. Pantas saja dia menyukaimu. Karena dia ingin mengucapkan terimakasih kepadamu yang telah memberikannya sebuah nama."
"Ishhh… Tidak seperti itu. Dia menyukaiku karena Aku memang orang yang gampang di sukai."
"Buktinya Aku tidak menyukaimu," ucap Fazza gamblang.

Nisa membelalakan matanya sempurna. Tapi setelah itu Dia tertawa. Fazza yang melihat itu hanya terdiam tidak mengerti. Gadis ini mentertawakan apa? gumam Fazza dalam hati.

"Kau inikan bukan kuda. Jadi tidak usah heran kalau Kau tidak menyukaiku," ucap Nisa di sela tawanya.
"Bukankah Kau bilang tadi, Kau ini orang yang gampang di sukai?" Fazza mempertanyakan.
"Iya Aku bilang hal seperti itu, Aku memang orang yang gampang di sukai. Tapi Aku tidak bilang gampang di sukai oleh manusia."

Fazza terdiam mencermati ucapan wanita ini. Wanita ini ternyata sedang bermain kata. Memang tadi wanita ini tidak menyebutkan gampang di sukai oleh siapapun.

Dia hanya mengatakan orang yang gampang di sukai. Jadi maksudnya, Dia adalah orang yang gampang disukai oleh kuda? Begitukah? Batin Fazza

"Kau sedang bermain kata denganku?" Tanya Fazza tidak percaya sambil menggelengkan kepalanya.
"Memang, Sang pencipta itu sangat suka hamba yang pemikir, jadi berpikirlah."

Fazza tertawa terbahak-bahak sekarang. Wanita ini selalu membuatnya kalah telak. Sekarang Dia mengalahkan Fazza dengan jebakan katanya, sehingga Fazza salah pemahaman. Nisa hanya mengkerutkan kening, Diapun berlalu meninggalkan Fazza yang masih tertawa.

Sepeninggal Nisa, Fazza menatap Arabi yang menatapnya. Kuda hitam itu menatap Fazza yang tertawa begitu kerasnya. Kuda itupun sepertinya aneh melihat sang putra mahkota bisa tertawa selepas ini.

Fazza hanya mengedikkan bahunya lalu menuntun kuda putihnya menuju kandang. Sekarang suasana hatinya tidak seburuk tadi.
Fazzapun melangkah keluar kandang yang berisi kuda-kuda pacuan.

AnNisa The Woman Of SidiqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang