Part 1

36.7K 2.5K 48
                                    

Beberapa bulan berlalu setelah kepergian sang kakak, Putra mahkota sedang membaca buku di balkon kamarnya. Seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik diusianya menghampiri, "Putra mahkota," panggilnya.

Putra mahkota yang tadi tenggelam di dalam buku yang di bacanya, segera berdiri dan mengecup tangan ibundanya.

"Ibunda, ada perihal apa yang membawa Ibunda menemui Ananda disini? Apa terjadi sesuatu?" Ibunda sang Putra mahkotapun hanya menampilkan senyum sayangnya.

"Duduklah Anakku, ada yang ingin Ibunda bicarakan," Sheikh Hamdan pun duduk di sofa yang ada di ruangan kamarnya.

"kamu sudah 33 tahun, sudah saatnya kamu mempunyai tunangan." Sheikh Hamdan tampak menampilkan wajah muram.

"Ibunda, Pertunanganku waktu itu saja gagal," Sheikh Hamdan menghela nafasnya, lalu melanjutkan ucapannya.

"Aku tidak ingin perempuan yang dipilih melalui proses begitu panjang untuk menjadi permaisuriku. Aku ingin disaat aku memilih, disaat itu pula aku akan meminangnya. Biarkan takdir membawaku menuju jalan dimana jodohku berada," ucapnya sambil menatap keluar jendela.

"Tapi Anakku, kerajaan punya tradisi untuk itu semua. Sebelum pernikahanmu dilaksanakan, harus di adakan dulu pertunangan dan memberitahukan kepada masyarakat. Kau ini putra mahkota pewaris tahta kerajaan ini. Pernikahanmu harus sepatutnya di gelar megah. Maka dari itu pasti melalui proses yang panjang," ucap ibundanya menjelaskan.

"Proses yang panjang itu kadang membuat sang mempelai wanita menyerah di tengah jalan Ibunda. Dengan berbagai tes layak menjadi permaisuri membuat mereka menyerah sedari awal. Ketampananku bahkan kekayaanku tidak menggiyurkan mereka disaat melihat tes yang begitu sulit itu," ucap Sheikh Hamdan.

"Wanita seperti itu berarti wanita yang tidak cocok untuk berdiri di sampingmu. Harus ada wanita kuat di belakang sang Raja. Bukan wanita yang lari hanya karena melihat tes layak menjadi permaisuri," Semua memang sudah ada aturannya.

Walaupun Permaisuri sangat tahu maksud dari anaknya, namun dia tidak dapat mengabaikan begitu saja tradisi yang sudah berlangsung selama ini.

Sheikh Hamdan tersenyum samar. Mantan tunangannya dahulu menyerah karena dia tidak sanggup melewati setiap fase tes layak menjadi permaisuri. Padahal, wanita itu adalah anak tiri dari bibinya.

Dia bahkan sudah lama hidup di dalam istana. Wanita yang sudah lama hidup di istana saja menyerah, lalu bagaimana wanita yang tidak mengenal istana sama sekali?

"Kalau seperti itu, Ibunda harus lebih bersabar lagi untuk menimang cucu dariku. Sepertinya aku masih lama dengan status single ini," ucap Sheikh Hamdan akhirnya. Ibundanya pun memukul pelan bahu Sheikh Hamdan yang kekar.

Sheikh Hamdan hanya terkekeh melihat Ibundanya. Sambil memohon pengertian sang Ibunda.
"Walau bagaimanapun keadaannya tetap mencari dan jangan lupa berdo'a. Minta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa," Nasehat ibundanya.
"Baik Ibunda, akan selalu Ananda lakukan,"

Sepeninggal Ibundanya Sheikh Hamdan menatap keluar jendela kamarnya, "Wanita seperti itu masih adakah di dunia ini," Gumamnya pelan.

***

Suara tepuk tangan membuat gadis itu mengalihkan pandangannya kepada seorang pemuda tampan yang menghampirinya.

"Kak Ihsan," ujar wanita itu. Wanita itu langsung mencium tangan kakaknya lalu memeluknya. "Aku tebak, kakak mau menjemputku."
"Tentu saja, Umi dan Abi merengek terus meminta kakak untuk menjemputmu," jawab kakaknya.

"Aku hanya tinggal di bandung, Aku bisa pulang sendiri," ucap wanita itu dengan cemberut.
"Ini bukan Bandung. Ini Lembang. Kenapa kamu kesini?"
"Peternakan kakek selalu membuatku rindu. Sudah lama aku tidak menemui Muezza makanya aku kesini. Setelah ini aku akan pulang ke Jakarta," ujar wanita itu.

AnNisa The Woman Of SidiqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang