2

75 1 0
                                    


Aku sampai di rumah sakit sekitar pukul 11 malam. Sesampainya disana aku melihat Mamaku tertunduk lesu disisi Papa. Aku tau beliau sangat lelah dan khawatir dengan Papa.

"Papa" panggilku lirih. Kupandangi sosok Papa yang ada di depanku saat ini. Dia terlihat lebih tua dan rapuh dari pada setengah bulan yang lalu saat aku pulang. Terlihat banyak kerutan di sekitar mata beliau. Bibirnya bergetar hebat menahan rasa sakit yang beliau rasakan.

"Gina, papa mau pulang" Suara Papa serak, aku tau beliau sudah bosan dengan keadaan rumah sakit.

"Papa, tinggalah sebentar disini. Kita harus berusaha dulu untuk kesembuhan Papa"

"Papa mau pulang, papa gak mau disini. Mau ngapa ngapain enggak boleh, gerak sedikit enggak boleh"

"Papa, hanya sebentar. Gina janji setelah Opname kita pulang" Kataku akhirnya, aku benar benar bingung sekarang, aku ingin Papa di rawat lebih lama disini agar beliau sembuh. Tapi beliau sepertinya tak mau lebih lama di Rumah Sakit.

Sudah tiga hari Papa di rawat disini. Hari ini saat nya Papa di Opname untuk mengetahui apa sebenarnya penyakit di dalam tubuh beliau. Aku yakin ini baru tahap awal, akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk tahap penyembuhan atau hal hal lainnya. Setelah hampir satu jam Papa di opname akhirnya papa kembali ke ruang perawatan lagi.

Terdengar suara jeritan tangis di kamar sebelah Papa dirawat. Suara disana awalnya terdengar seperti desah nafas sesak seseorang, kemudian nafasnya tersengal sengal, lalu berikutnya hanya terdengar suara tangis beberapa orang. Beberapa suster berdatangan ke kamar rawat orang tersebut.

"Ada apa Ma?" tanyaku pada Mamaku yang kebetulan baru saja melewati Kamar Rawat mereka.

"Bapak nya kejang kejang, dan meninggal dunia"

"Sakit apa Ma?" "Seperti Papamu" Aku seperti mendengar berita buruk saat ini. Bayanganku kemana mana, takut suatu saat Papa akan seperti itu. Tidakk....

Pagi ini begitu pilu di dadaku, semalaman Papa mengeluh rasa sakit yang beliau rasakan. Baru kali ini aku melihat Papa seperti itu, biasanya tak pernah sekalipun Papa mengeluh saat beliau sakit.

"Gina,,," panggil Papaku

"Ya pa" kataku selembut mungkin

"Papa mau pulang"

"Tapi Pa" Aku menatap Papaku pilu. "Mengertilah sayang, apapun yang terjadi Papa hanya ingin dirumah sendiri" suara Papa benar benar meluluhkan hatiku. Apapun yang terjadi aku harus membawa pulang Papaku, itulah permintaan Papaku, Mama juga menyerahkan semua keputusan ada ditanganku. Dan aku memutuskan untuk membawa pulang Papa

"Gina,, " Panggil papa saat beliau sudah berbaring di ranjang rumah kami sendiri.

"Iya pa, apa ada sesuatu yang papa inginkan?"

"Tidak Gina, papa hanya ingin bertanya sesuatu"

"Iya papa," Aku mendengarkan sebaik mungkin apa yang ingin Papa katakan "Kamu sudah menceritakan tentang hubungan kamu dengan Raga pada Mamamu?"

"Eh..itu, belum pa" jawabku gugup.

"Bicaralah sayang, Papa enggak mau Mamamu terlalu berharap pada Raga"

"Tapi pa, Mama pasti sangat khawatir dan kecewa. Apalagi sekarang keadaan Papa masih seperti saat ini"

"Katakan saja Gina, Papa yakin Mamamu orang yang kuat" Aku menatap Papaku sedih, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan. Aku tak tega membuat Mamaku sedih. Selama ini aku selalu menceritakan semuanya pada Papa, aku jarang menceritakan sesuatu pada Mamaku karena Mama sangat mudah bersedih. Dan aku tak mau membuat beliau bersedih.

Ketika Dia Pergi (Datang) KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang