7

65 1 0
                                    


Siang yang teramat panas. Aku sudah bersiap hendak ke kantin sebelum seseorang menegurku pelan.

"Gina" panggilnya pelan.

"Ya" jawabku lalu menoleh ke arah suara. Kulihat Raga berdiri di sampingku. "Hei Raga, eh. Ada apa?" tanyaku kikuk.

"Aku baru aja ada meeting di sini, mau temani aku lunch?" tanyanya.

"Tapi April" kataku gugup sambil memandang April di sampingku.

"April sama aku aja" kata Renald yang tiba tiba menggandeng lengan April lembut.

"Hm" aku berdehem kecil, sebenarnya aku ini kenapa? Marah atau senang aku tak tau.

"Mau kan?" tanyanya.

"Ya, apa boleh buat" kataku. Raga tersenyum manis saat akhirnya aku menerima ajakannya.

Akhirnya kami makan siang di restaurant dekat kantor. Raga memang manis, dia membuatku seperti kekasihnya siang ini. Dia duduk manis di depanku. Menatap ku hampir setiap 3 menit sekali, entah kenapa aku selalu menghitungnya dalam hati.

"Sudahlah" kataku saat ia kembali memandangku.

"Apa?" tanyanya seolah olah tak mengerti maksudku

"Jangan memandangku setiap 3 menit sekali" kataku pelan. Dia memandangku heran atau malu aku tak mengerti.

"Aku?" tanyanya bodoh. "Iya" 

"Apa kau menghitungnya?" tanyanya.   "Ya" kataku seraya menundukkan wajahku.

"Ehhehhe" Kulihat ia tersenyum, teramat manis kurasa.

"Jangan tersenyum begitu" kataku.

"Kenapa?" tanyanya. "Dari tadi kamu melarangku ini itu" rajuknya.

"Aku hanya merasa takut sekarang, takut ada orang yang tersakiti saat kita bersama" kataku.

"Kenapa begitu?"

"Aku,, aku takut menyakiti Zevi" kataku pelan.

"Kukira tadi kamu benar benar sudah tau, aku sudah bercerai darinya"

"Aku tau, aku hanya merasa tak enak saja" kataku gugup. Memang aku takut, aku takut di anggap cewek penggoda, aku takut orang lain menganggapku aku sebagai perusak rumah tangga dia. Meskipun dia sudah setahun yang lalu bercerai, tapi aku masih merasa seperti itu. Apalagi kemarin Zevi mengatakan hal yang membuatku merasa bersalah sampai saat ini.

Raga menatap mataku. Mungkin dia bertanya tanya kenapa aku bisa setakut ini. Tapi aku tak mau membagi perasaanku padanya.

"Begini" katanya pelan.

"Ya"jawabku lirih. "Aku bercerai dengan Zevi karena suatu hal, dia menipuku, menipu keluargaku" Raga berhenti berbicara sebentar. Dia menatap aku, menatap mataku. Dan aku masih terdiam, menunggu lanjutan ceritanya.

"Awalnya dia sangat manis, dia sangat lembut cantik dan anggun" katanya, dia menatapku lagi, seperti meyakinkan aku, bahwa aku masih disini, masih mau mendengarkan dia. "Dia berbohong, dia berpura pura"

"Maksdunya?" tanyaku memberanikan diri.

"Dia hanya menutupi sifat aslinya, dia berkata dia mencintaiku, tapi dia tak pernah mencintaiku, dia kira aku tak tau hal ini, tapi aku tau. Dia ingin aku disampingnya karena suatu hal. Karena dia ingin melihat mantan kekasihnya cemburu, dan dia berhasil"

"Seperti itu?" tanyaku tak percaya.

"Ya, sekarang kamu mengerti kan? Ini bukan salah kamu" katanya. Aku terdiam, diapun juga terdiam. Suasana hening beberapa saat "Walaupun kamu ikut andil juga dalam hal ini"katanya lirih.

Ketika Dia Pergi (Datang) KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang