Part 5

3.7K 328 9
                                    


"Kan aku bisa naik taksi. Gitu aja kok susah," (namakamu) terkekeh. "udah sana kamu berangkat," (namakamu) mendorong tubuh Iqbaal keluar rumah. Sampai di depan rumah, ia menyalimi tangan suaminya, "Hati-hati di jalan. jangan ngebut-ngebut. Jangan lupa makan, jangan sampe kecapekan. Dan... Aku sayang kamu.." diakhir ia mencium pipi kanan Iqbaal.

Iqbaal tersenyum, "Be, aku.. mau lagi.." Iqbaal menunjukkan pipi kirinya.

"Udah ah, kamu berangkat sana!"

Akhirnya, keduanya berangkat bekerja dengan kendaraan yang berbeda. Karena arah kantor Iqbaal berbeda jalan dengan arah kampus dimana (namakamu) bekerja.

Saat ini, (namakamu) sudah berada di dalam taksi. Ia merapikan dandanannya yang luntur akibat menangis tadi. Ia mengenakan baju dengan blazer hitam panjang dan memakai celana levis namun tidak terlalu ketat. Rambutnya ia kuncir kuda. Bibirnya yang merah ia poles lagi dengan sedikit lipstik berwarna merah muda. Bahkan saat ini, (namakamu) tidak terlihat seperti dosen namun terlihat seperti mahasiswa yang baru masuk awal semster.

Ia mengambil kaca mata bacanya dan mulai membaca buku tebal yang ia bawa dari rumah. Mempelajari apa yang akan ia terangkan pada mahasiswa dan mahasiswinya nanti. Ia juga sudah menyiapkan beberapa quiz.

"Mbak, sudah sampai," ujar sopir taksi membuat (namakamu) mendongak. Setelah merapikan barangnya dan telah membayar, ia memasuki kampus yang selama dua tahun ini sudah membuatnya bertahan hidup.

"Miss! Miss (namakamu)!" suara itu membuat telinga (namakamu) terganggu. Ia berpikir bahwa yang memanggilnya sangat tidak sopan, itu jika salah satu mahasiswanya yang memanggilnya.

Seorang laki-laki sudah terengah-engah di samping (namakamu) yang berdiri. Oh itu hanya salah satu mahasiswanya yang sedang menjalani skripsi. (namakamu) tahu karena seminggu yang lalu, laki-laki itu berkonsultasi dengan dirinya.

"Maaf Miss, saya tidak sopan memanggil Miss seperti tadi," katanya setelah beberapa saat menetralkan nafasnya. (namakamu) membatin, 'Baru sadar lo?'

"Untuk kali ini saya maafkan. Namun untuk yang selanjutnya saya tidak akan memaafkan karena saya tidak mau anak didik saya tidak berlaku sopan," kata (namakamu). Laki-laki itu mengangguk mengerti.

"Jadi.. ada perlu apa?" lanjut (namakamu).

"Gini Miss, anda kan tahu jika saya memilih obyek skripsi saya itu di rumah sakit jiwa," (namakamu) mengangguk, "Nah disitu saya mulai bingung Miss, karena ada salah satu pasien yang sangat aneh menurut saya,"

Dahi (namakamu) mengkerut. "Maksud kamu, aneh bagaimana?" tanya (namakamu).

"Pasien itu perempuan dan sebenernya tidak gila hanya saja setiap dia bertemu dengan laki-laki ia akan mengamuk. Saya pernah mencoba mendekatinya, namun saya berakhir dengan nyebur di kolam rumah sakit itu.." (namakamu) ingin tertawa saat itu namun ia tahan. Tengsin lah, masa di depan mahasiswanya begitu.

(namakamu) menunggu kelanjutan kalimat yang akan laki-laki itu katakan, namun ia menangkap rasa gugup dan rasa ragu di wajahnya. "Ayo teruskan kamu mau bicara apa, jangan ragu." Kata (namakamu) dnegan lembut.

Laki-laki itu menunduk sedikit dan menatap mata dosennya yang saat ini memakai kaca mata. Nampaknya ia masih ragu.

"Bagas, kamu ingin melanjutkan apa tidak?!" tegur (namakamu) karena ia tidak mau membuang-buang waktu saat ini. Baginya, time is everything.

"Sss..saya ing..inn memina bantuan anda dalam pembuatan skripsi saya," katanya kemudian ia menunduk.

(namakamu) tersenyum, Bagas adalah salah satu anak didik yang sangat ia perhatikan karena apa? Karena awal semester dulu anak itu nakal sekali namun saat ia mendapat hukuman dari dirinya anak itu berubah 180 derajat. Sejak itu Bagas menjadi anak didik kesayangannya.

Little Family ❤ [IDR] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang