Hari pertama mengajar yang sangat menyenangkan sekaligus sangat menguras emosi. Bagaimana tidak aku bertemu dengan salah satu Oh bukan salah dua mahasiswa yang super duper menjengkelkan, bayangkan saja hampir ketika aku menjelaskan langsung salah satu dari dua itu menyela dengan kata-kata sangat tidak sopan contohnya
'belajar mencintai ibu' atau 'ilmu yang bagus untuk membina jalinan cinta' dan bahkan orang yang bernama Nicho bilang ' belajar ekonomi sangat penting, karena kita bisa mempersiapkan keadaan ekonomi dalam rumah tangga kita'
What?!
Alhasil mereka berdua sukses membuatku marah dihari pertama mengajar. Mendengar mereka berbicara seperti itu aku sampai bergidik takut. Kenapa ada mahasiswa yang sangat menjengkelkan seperti mereka berdua
Sepanjang angkutan umum yang aku tumpangi ini terus berjalan, tak henti-hentinya aku beristigfar untuk menghilangkan rasa emosiku ini..
Tak terasa bis berhenti tepat di depan komplek rumahku. Aku pun turun dengan langkah lunglai kemudian mendesah menyesali ternyata rumahku masih jauh disana.
" Ahh kenapa ayah tidak membeli rumah di dekat gerbang komplek sih " rajukku pada diri sendiri
" Apa aku harus panggil ojek?" tanyaku pada diri sendiri yang segera aku menjawab dengan menggelengkan kepala, karena aku yakin itu terlalu lebay untuk ukuran 100 meter
Dengan sangat lelah aku pun sampai tepat di depan rumahku, aku pun memencet bel di samping pagar berwarna coklat muda ini, tak beberapa lama asisten rumah tangga kami keluar yaitu Bi Ayem yang sudah bekerja kepada keluarga kami sejak mama masih ada
Dia tetap setia kepada kami walaupun kami sudah pindah ke Jakarta, katanya sih hari gini susah cari kerjaan dan mendapat majikan sebaik Pak Alex dan Bu Aminah
" baru pulang mba?" tanya bi Ayem sambil menutup kembali pintu gerbang
" Iya bi. Ayah udah pulang " tuturku sambil melirik jam tangan yang menunjukan pukul 6 sore
" udah mba, sejam yang lalu bapak pulang" jawabnya lagi
" ayah dimana? " tanyaku
" mungkin di teras belakang" jawabnya sambil berjalan ke arah dapur. Aku pun berhhmm'ria membalas ucapan bibi Ayem
" Oia mba, mba mau makan apa?, biar bibi buatkan" tanyanya
" Apa aja yang dimasakin sama bibi deh, pasti aku makan" jawabku dengan setengah teriak karena posisiku sedang menaiki anak tangga
Dan disinilah aku berada di dalam kamar pribadiku yang cantik, bagaimana tidak cat kamar ini perpaduan antara warna hijau tosca dan putih yang tidak lain warna favoritku bahkan lemari, kursi, meja rias, meja belajar, ranjang dan bahkan bad cover pun berwarna senada
Setelah meletakkan tas Jansport milikku, aku pun bergegas masuk kedalam kamar mandi bersiap untuk berendam di air hangat ya hitung-hitung menghilangkan penat yang sedari tadi hinggap di kepala dan pundakku
Setelah selesai aku putuskan kebawah untuk makan,, akhirnya..
" bi ayah mana? Tumben belum teriak-teriak panggil aku suruh makan?" tanyaku
" kurang tau mba" jawab bibi sambil sibuk menata makanan di meja makan
Aku pun memutuskan untuk mencari ayah di sekitar rumah mulai dari kamar ayah, ruang tamu, ruang tv, teras depan dan ternyata ayah berada di teras belakang sedang asyik duduk di pinggir kolam berenang dengan kaki dimasukan ke dalam kolam
" Ayah?" tanyaku pelan agar tidak mengagetkan beliau
" Sayang sudah pulang?" tanyanya dengan menoleh kepadaku, dapat aku lihat keriput mulai hinggap di kening dan juga area matanya tapi tak menutup kegantengan ayah
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepatu
Random" kalau begitu ikuti aku..." " aku gak akan pernah lelah untuk mengikutimu, kaki ini tidak akan pernah berhenti melangkah untuk mengikutimu " Tapi kalimat berikutnya membuat jantungku berdegup dengan kencang.. Cinta memang tak harus memiliki. Tapi...