Tak terasa dua bulan sudah aku menjadi dosen pengganti di kampus swasta itu, banyak yang aku alami disini salah satunya bertemu dengan mahasiswa super bawel dan ganjen itu. Bayangkan saja hampir setiap kami bertemu dia selalu menyapa dengan tidak wajar, seperti 'pagi neng Aisyah' atau 'morning sunshine' dan itu semua mengundang tanya dosen-dosen se-kampus, misalnya saja pak Budi yang saat ini meminta penjelasan soal Nicho yang terkadang terlihat akrab denganku.
" Bu Aisyah, sebenarnya ibu sama si Nicho itu ada hubungan apa? Kok setiap menyapa ibu dia selalu bersikap aneh" Tanya pak Budi disaat kami makan siang bersama di kantin
" Kami gak ada hubungan apa-apa kok pak, hanya sebatas dosen dan murid kalo saat jam kuliah, tapi kalo diluar itu kami teman biasa sama halnya saya dengan bapak" jawabku sebelum menyuapkan sesendok nasi kemulut
" Tapi bu, kok ibu mau dipanggil kaya begitu?" tanya pak budi lagi tapi kali ini wajahnya terlihat lebih serius
" Awalnya saya gak mau, kesannya saya memang ada hubungan sama dia padahal kan tidak. Saya sudah melarang dia tapi dia tetep aja kaya gitu.. " jawabku santai
" Tapi bu harus hati-hati sama dia, takutnya tiba-tiba nanti ibu suka sama dia" ucapnya memperingatkan
" Haha pak, kalo masalah suka itu kan relatif. Saya suka bapak karena bapak orangnya baik, saya suka bu Rahma karena dia selalu ramah sama saya, saya juga suka Nicho karena dibalik sifat dia yang Superaktif itu ternyata dia dengan mudah mengerti mata kuliah saya, saya juga suka sama mahasiswa-mahasiswa yang saya bimbing dikelas, bukan hanya Nicho" jawabku yang membuat pak Budi tersenyum kecut
Memang aku akui setelah dia mengantarku pulang saat motor baruku itu mengalami ban bocor, kami semakin akrab tapi hanya sebatas teman. Awalnya aku selalu marah dan melarang dia menyapaku dengan sapaan aneh, aku sering menegurnya dan bahkan pernah mengancamnya agar dia tidak memanggilku seperti itu, tapi seolah-olah omonganku bagai orang yang sedang berjualan obat, masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
Dan akhirnya aku sendiri yang menyerah menegur dia, aku pun membiarkan dia menyapaku dengan sapaan aneh itu.
Setelah makan siang bersama pak Budi, aku kembali harus mengajar. Aku mendesah malas saat aku tau sekarang aku harus mengajar di kelasnya Nicho. Ya Allah lindungilah hambamu ini
" Selamat siang " sapaku saat memasuki kelas
" Siang bu " jawab seluruh mahasiswa diruangan ini
" Bu cantik, hari ini kita belajar apa?" tanya seseorang yang duduk di paling belakang. Tanpa melihat pun aku sudah tau siapa dia. Aku tak mengindahkan apa yang dia ucapkan, aku kembali menjelaskan materi kemarin yang belum selesai
Dua jam sudah terlewat, tandanya jam ku sudah selesai di kelas ini. Memang hari ini mata kuliah ku di setiap kelas yang aku bimbing hanya Dua jam jadi hari ini aku bisa pulang cepat.
" Baik ada yang mau ditanyakan? " tanyaku sambil melihat seluruh mahasiswa, dan tak ada yang mengacungkan jari kecuali makhluk satu itu, aku mendesah malas saat melihat dia tersenyum tanpa dosa
" Ya Nicho, ada yang mau ditanyakan? " tanyaku berusaha tidak mengeluarkan nada jengkelku
" Bu materi ini sebenarnya saya belum paham, jadi kalo boleh nanti selesai kuliah saya mau minta ibu memberikan les kepada saya khusus untuk materi ini " ucapnya yang membuatku langsung melotot, rencananya kan aku mau langsung pulang dan pergi ke toko buku, lah ini kenapa malah begini. Ampun deh tuh anak
" Bilang aja lu mau modus sama bu Aisyah " jawab Abi atau teman-temannya biasa memanggil Kribo
" Ish diem lu Kribo!" hardiknya, namun kembali tersenyum saat melihat ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepatu
Random" kalau begitu ikuti aku..." " aku gak akan pernah lelah untuk mengikutimu, kaki ini tidak akan pernah berhenti melangkah untuk mengikutimu " Tapi kalimat berikutnya membuat jantungku berdegup dengan kencang.. Cinta memang tak harus memiliki. Tapi...