Because of Me and Someone

36 1 0
                                    

Orang dahulu pernah berasumsi bahwa jangan bangun terlalu siang nanti rezeki nya dipatok ayam. Pagi ini dengan penuh suka dan cita Aisyah bangun lebih awal, bahkan tadi saat ayahnya memasuki mushola rumahnya Aisyah sudah siap didalamnya lengkap dengan mukena dan sadjadah yang tergelar sempurna

" Kamu kenapa?" tanya Alex yang tak lain ayah kandung Aisyah disela-sela sarapan pagi mereka. Aisyah dengan sopan menjawab " Engga kenapa-kenapa yah "

" Kok tumben kamu rajin banget " timpalnya lagi sesaat setelah Aisyah meneguk segelas susu putih hingga tandas

" Hehe iya soalnya kalo berangkat pagi aku jadi lebih santai, aku gak buru-buru yah.. Terus kalo sampe kampus lebih awal kan lumayan wifi gratis haha " jawab Aisyah dengan senyum tulus yang seolah-olah melekat permanen dibibirnya yang ranum

" Oh begitu ya.. Ya sudah, ayah pikir kamu kenapa soalnya berbeda dari biasanya " lanjut ayah ramah.. Keduanya saling berpandangan dan saling tersenyum tulus.

Aisyah merasa ketika dia dan ayahnya saling bertatap serasa ada energi positif yang masuk kedalam tubuhnya. Seperti ada kontak batin antara dia dan Alex, dan terbukti. Alex menyadari bahwa putri tunggalnya berubah menjadi rajin, seperti bangun pagi tanpa di bangunkan terlebih dahulu, langsung siap di mushola rumah tanpa ajakan darinya.

Terbesit tanya yang cukup besar kenapa putrinya bersikap berbeda .. Apa mungkin dia ingin berusaha merubah kebiasaan yang selama ini melekat padanya. Lama Alex memperhatikan Aisyah, semenjak pindah ke Jakarta dia lebih mandiri, memang saat di Bandung dia mandiri tetapi ketika di ibu kota kemandiriannya satu bahkan dua kali lipat dari sebelumnya.

Dan perubahan drastis yang dia lihat dari putrinya adalah dia terlalu sering memandang benda kecil berukuran persegi panjang yang bernama smartphone. Tak jarang pula Alex mendapati Aisyah sedang cemberut, tertawa, senyum tanpa sebab dengan melihat benda tersebut.

Khawatir? Tentu saja Alex khawatir. Memang sejatinya Aisyah sudah dewasa tapi dimatanya ia masih putrinya yang masih harus tetap diawasi, sebab dia seorang perempuan dan sudah menjadi rahasia umum bahwa seorang gadis adalah ladang yang subur sebagai tempat bergunjing ghibah bagi para tetangga pabila mendapati sesuatu yang mereka anggap tak pantas dilakukan oleh seorang gadis

Memang zaman ini teknologi sudah canggih, tapi bukan alasan untuk melupakan adat istiadat dan tata krama negara sendiri

" Ayah, aku berangkat ya " pamit Aisyah menyodorkan tangan kanannya kepada orang yang disebut ayah olehnya, Alex tersenyum dan membalas tangan putrinya

Aisyah pergi menggunakan motor matic pemberian dari ayahnya, saat motor melewati gerbang rumah, Alex masih setia berdiri diambang pintu melihat putrinya mulai pergi menjauh

" Berhati-hati lah nak " ucapnya disaat Aisyah tak dapat terlihat

***
Pagi ini sengaja aku datang lebih awal, sebab sebelum tragedi di tangga itu Pak Rektor sempat memberikan tugas terhadapku namun karena aku cuti lima hari jadi aku mulai mengerjakan tugas tersebut

Waktu adalah bagian dari hidup , karena  tak terasa aku sudah menghabiskan 3 jam waktuku untuk menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan karir dan hidupku

Saat ini ukul 09.00 dan tugasku baru selesai, berniat akan memberikan berkas-berkas tersebut ke Pak Rektor saat setelah jam makan siang.

Tanpa mengulur waktu, aku bersiap merapihkan segala benda yang akan aku bawa ke kelas

Sampai dikelas suasananya berbeda dari biasanya. Saat ini aku berada dikelasnya, ya kelas Nicho. Tapi ada yang berbeda, saat aku masuk dia tak meneriakiku dengan kata-kata gombal murahan miliknya. Bukannya aku berharap hanya saja saat dia tak melakukan itu hari ini, rasanya seperti ada yang aneh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SepatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang