A-Habibie & Ainun

39 2 0
                                    

1. Shella

Gue seketika langsung menutup sebuah novel yang baru aja gue beli kemarin saat mendengar riuh cewek anak kelas sebelah. Gue memutar kedua bola mata gue sendiri. Gue kira apaan. Lagi-lagi, kalau Arga udah masuk ke wilayah anak kelas sebelas, jangan harap suasana tenang, maksudnya emang gak kayak pasar juga, tapi seketika atmosfer sepanjang koridor kelas sebelas seketika panas.

Kayak sekarang, Arga udah diserbu dengan perkataan-perkataan yang jujur, gue enek dengernya.

"Kak Arga, dicariin sama Dilla." Nah ini contohnya, bukan, bukan cewek yang ngomong tapi anak cowok kelasnya yang asal celetuk, gue tau pasti dia lagi ngisengin si Dilla, yang kecantol berat sama Arga.

Ada lagi. "Kak, ngasih materi di kelas mana?" sumpah, kedengerannya pertanyaan ini biasa, tapi... menurut gue, terkesan sok kenal.

Tapi, gue gak denger apa-apa dari mulut Arga. Oh iya, gue baru inget, Arga kalau lagi dalam situasi kayak sekarang, dia udah ngeluarin aura saljunya, yang dingin dan cuma ngejawab dengan senyuman simple. Dan gue bisa lihat, si Nanta yang jalan di samping Arga cuma ketawa, ngeledikin Arga.

Dasar anak SMA ck, lo juga diem-diem kayak cewek-cewek yang kecantol mati sama Arga Shel, tapi lo berusaha gak tunjukkin semuanya aja. Lagi-lagi, lo naif. Shit.

Gue mengalihkan pandangan ke lapangan yang udah penuh sama anak kelas sepuluh dan beberapa kelas dua belas untuk latihan basket. Gue terlalu bosen ketemu Arga belakangan ini. Pret.

"Shel, ayo masuk, materi kepramukaan kali ini gue di kelas lo," ucapan Arga membuyarkan lamunan singkat gue, seketika gue langsung turun dari tempat ter-pewe di depan kelas, anak kelas nyebutnya adalah basecamp Shella.

"Arga kegirangan loh pas tau dia dapet di kelas ini." Nanta langsung menceploskan sesuatu yang membuat sepasang mata Arga melotot tajam, gue ketawa ngeliat aksi mereka, ya, bisa ditebak, umur mereka gak kurang dari delapan belas tahun, tapi terkadang kayak bocah SD.

"Jangan lama-lama ngasih materinya Kak, gue bete, mau pulang." Hanya itu yang gue katakana untuk ngejawab perintah Arga tadi, emang bener, gue lagi mau cepet-cepet pulang sekarang.

"Gak akan, tenang aja."

Setelah gue duduk dan kelas akhirnya bisa terkendali setelah tadi sempat berisiknya udah kayak selusin piring yang pecah satu-satu. Bisa dibilang, Arga yang ngebuat seisi kelas hening seketika, anak cowoknya sih emang udah bisa diem dari tadi, tapi anak ceweknya, inget, tidak termasuk gue, yang dari tadi kerjaanya ngegosip ini itu, saat Arga masuk dan mengucapkan salam, semua diam, mungkin mereka merasa beruntung dapat melihat percikan surga dari dekat. Dan gue, lagi-lagi hanya bisa ketawa melihat semuanya di pojok kelas.

"Sore semua, jadi kali ini kita akan ngebahas hal apa yang harus kalian persiapkan, kalian bawa, dan kalian lakukan saat persami, lusa nanti, bukankah begitu Tuan Arga?" Nanta memulai pertemuan pramuka sore ini.

Arga yang dari tadi terdiam dan berdiri di samping Nanta langsung mengangguk. "Yap, kalian udah dibagi sangga-sangganya kan? Ada yang belum dapet kelompok?"

Semua mengangguk, gue juga, tapi si Dafa, sang ketua kelas teriak bilang iya. Dia emang kayak gitu, gue hanya bisa menggeleng punya ketua kelas yang sok asik kayak dia.

"Oh iya, untung belum lupa, dari hasil kocokan setiap PJ dari kelas masing-masing, berhubung kelas kalian dapat PJ kita, jadi tadi kita yang milih tentang apa yang harus kalian lakuin saat malam keakraban di saat pementasan api unggun nanti," ucapan Arga kali ini sukses membuat seisi kelas ramai, kembali.

Gue juga gak nyangka. Gue bingung antara seneng atau biasa aja saat Arga jadi salah satu PJ kelas ini.

"Emang kita harus ngapain?" gue bertanya dengan sedikit berteriak, berusaha melawan keramaian kelas.

Her ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang