S-Story In The Night

49 2 0
                                    

1. Shella

Dan dua hari kemudian. Dimana acara persami dimulai dari pagi, mulai dari pemberangkatan dari sekolah sampai ke tempat persami sendiri. Gue yakin, seluruh anak kelas gue, khususnya yang perempuan, jangan nanya gue, itu lagi pada nge-fly sendiri gara-gara Arga sama Nanta mengurus kelas gue dari awal, khususnya Arga.

Kini matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, menampikkan semburat kuning nan oranye indah. Angin sore berkali-kali menerpa bumi perkemahan tempat kami melakukan persami membuat pohon-pohon di sekitar asik melambai sendiri. Seketika udara panas menghilang dari atmosfer, tergantikan udara sejuk dengan langit sore yang indah.

Balik ke Arga dan Nanta. Kalau gue liat-liat, kayaknya Arga udah mulai sedikit bersahabat sama kelas gue. Kalau Nanta, teman dekat Arga sih emang udah berlaga sok akrab dari materi dua hari lalu. Eh, ngomong-ngomong tentang materi dua hari lalu, gue baru inget, sketch book gue pasti ditahan sama Arga. Si Arga udah pasti nge-fudulin setiap lembar kertas di buku itu, kan gue malu, gambar gue jelek.

Gue langsung menghampiri Arga yang lagi asik ngumpul sama gengnya. Biasa, si Nanta, Rafi, Faris, sama Arya. Sebenernya gue males ngedatengin mereka, tapi ini demi sketch book kesayangan gue. Karena tangan gue udah gatel, mau ngegambar lagi sekarang. Sekarang. Iya.

"Kak, mana, katanya lo janji mau balikin sketch book gue hari ini? Jangan bilang lo gak bawa." Gue langsung menagih janji Arga tanpa peduli dia lagi asik sama temen-temennya.

Arga menoleh saat menyadari suara gue ada di dekatnya. Begitu juga keempat temannya, langsung ngeliri ke gue dengan tatapan jahil. Jujur aja, keempat sahabat Arga itu menurut gue, horror, mereka udah kebiasaan ngelakuin hal-hal gila, sedenger gue.

"Oh iya, gue baru inget, nanti malam abis makrab deh, lo harus siap-siap sama penampilan kelas lo buat malam ini, soalnya gue tau pasti lo bakal ngegambar lagi." Gue gak ngerti lagi sama dia, kenapa dia seolah-seolah tau banget apa yang ada di pikiran gue.

"Tuh kan, gue udah duga lo bakal ingkar janji, bodo amat, sekalian aja ambil." Dengan bete gue langsung pergi meninggalkan Arga.

"Yah, dia ngambek, lo jahat banget sih Ga, wah, atau jangan-jangan lo emang mau nyimpen sketch book-nya si Shella ya, supaya mimpiin dia tiap malem." Terdengar suara Arya dari belakang, tapi gue gak peduli, gue udah jalan meninggalkan kelima cowok itu.

"Shel!" gue sontak menoleh saat merasa suara Lara memanggil gue dari arah tendanya.

"Hm?" gue menjawab dengan malas. Duh, kayaknya sketch book gue itu jadi belahan jiwa gue saat ini juga.

Lara memperhatikan gue dari ujung kaki sampai kepala dengan sebelah alis terangkat. Ini bocah kenapa.

"Lo... kenapa?" tanyanya.

"Bete, belahan jiwa gue direnggut Kak Arga." Kayaknya gue salah jawab, mendengar jawaban itu, Lara langsung membulatkan penuh matanya, tuh kan, bego lo Shel.

"Kak... Arga? Eh, lo punya belahan jiwa?" tanya Lara lagi yang masih gak ngerti.

Gue menghela napas. "Ck, sketch book gue, ditahan dia sampai selesai makrab, katanya biar gue focus dan gak ngegambar dulu, ish! Dia kenapa jadi lebay sih?!"

Lara malah ketawa, kayaknya setiap orang yang gue ceritain kayak gini balasannya ketawa terus, kayak si Dafa kemarin. Kan nyebelin.

"Hm, tumben dia kayak gitu sama adek kelas, wah jangan-jangan dia emang sengaja kali Shel." Lara menyenggol bahu gue, meledek, tepatnya.

Her ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang