TING TONG!
"CIA!"
TINNN TIIINNN!!!
Radit baru saja sampai didepan rumahku, dan lagi-lagi aku memintanya menungguku sebentar karena masih sibuk bersiap-siap. Setelah aku selesai bersiap memakai dress casual juga tas selempang, aku segera keluar menemui Radit, kami pun berangkat.
Kira-kira 1 jam perjalanan, kami sampai ditempat tujuan kami, yaitu tempat biasa kami membeli makanan kecil.
Aku turun dari mobil, "BEBB!!" teriakku sembari berlari kearah Gita, memeluknya. Kami berdua saling melepas rindu setelah beberapa tahun kami tidak bertemu.
"BEBB!!" Dia membalas pelukku, tapi tidak lama dia melepaskan, berganti memeluk Radit.
"DIT! Gue kangen ama lo masa!"
"Oi Mak! Gue juga kangen lo mak! Apa kabar?"
"Baik gue, lo?" Mereka asik berbicara berdua melupakan keberadaanku.
"Gue dikacangin nih? Hm iya gak pa-pa deh." sindirku, berpura-pura melihat-lihat makanan kecil ditoko itu.
"Ya elah tuan putri gitu aja ngambek haha....," Gita menggodaku, lalu menarikku ke kasir.
"Lho? Git? Gue belum beli jajan kali."
"Udah gue beliin sayang, langsung cuss ke SMP aja gue udah kangen max."
Toko makanan kecil, tempat dimana kami bertiga biasa membeli 'jajan' ini terletak di sebelah sekolah kami, jadi kami berjalan kaki sebentar untuk sampai disekolah. Sesampai kami disekolah, aku sama sekali tidak melihat perubahan disekolah kami. Tapi sepertinya siswa disini semakin banyak.
Kami memilih duduk dikantin sekolah, tepat ditempat biasa kami duduk saat makan siang dikantin. Beberapa dari pegawai kantin mengenali kami, mungkin karna memang kami sering bolos bersembunyi dikantin.
"Eh Cia! Gimana? Belom nemu pengganti Vino? Ato masih gamon sama Vino hahaha...," Gita memulai pembicaraan dengan membahas kenangan lamaku kembali.
Aku hanya menatap dengan mata malas menjawab pertanyaannya, "Duh Git! Lo ga tau? Cia masih kadang inget-inget kenangan ama Vino terus curhat ama gue haha..., walaupun...," Radit ikut menggodaku, "sekarang dia udah punya pengganti, Mak!." katanya sambil mengalihkan pandangan dari tatapan mataku.
"Ih! Jangan mulai gosip! Dit! Mulut lo emberan njir."
"Iya ampun sayang haha.."
"Dih! Kok lo ga cerita-cerita sama gue sih Ci?! Siapa tuh cowok?! Ganteng ga?! Lebih ganteng dari Vino? Ato lebih ganteng dari Radit?" Gita menyerbuku dengan berbagai pertanyaan tidak pentingnya bagiku.
"Enak aja lo! Kegantengan gue gak ada yang bisa ngelebihin coy!" sahut Radit.
"Gantengan juga Rayi!" Aku tidak sengaja menyebut nama Rayi membuat Gita langsung kembali mengintrogasiku.
"Hah? Rayi? Jadi nama cowok lo sekarang Rayi? Kok dari namanya keliatan kayak orang yang gak bener? Dia bukan playboy?" mata polosnya memandangku penuh tanya.
"Njir! Dia baik kok! Bukan playboy!" jawabku tidak terima. Lalu Radit seperti berbisik sesuatu pada Gita, "Heh! Dit! Gak usah ember lo ish!" ancamku.
Kami terus berbicara sampai lupa waktu.
17.06
"Eh guys, gue mau balik dulu deh! Gue belum sempet balik rumah dulu nih abis dari bandara langsung dateng ke sini. Emak gue entar nyariin haha...,"
"Yah! Git, gue masih kangen lo kali..,"
"Iya gue tau kok gue ngangenin, Ci." katanya menyombongkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold My Hand
Teen FictionKenapa sulit sekali mencari seseorang yang bisa mengenggam erat diriku? Apa tidak ada lagi orang yang setia? Apa memang manusia tidak bisa hanya berpijak pada satu pilihan? Copyright© by redlalic