⑤ - Mistake

105 21 3
                                    

Author POV

"Kenapa lo ngelakuin itu?! Padahal lo juga tau kan gue nahan semua rasa kesel, marah, benci, kecewa, dan sakit hati gue?! Sekarang semuanya sia-sia! Gue kecewa sama lo, Dit! GUE BENCI SAMA LO, DIT!!" Cia menampar keras pipi Radit, kemudian berlari pulang sambil menangis. Ia mengungkapkan semua kekecewaan dan kepedihan hatinya pada Radit. Radit tahu bahwa dirinya juga salah melakukan hal itu, tapi dia hanya tidak bisa menahan lagi betapa terpukulnya Cia. Dia hanya tidak ingin Cia semakin merasa sakit, karena perasaan cintanya pada Cia, dia tidak tega.

Cia hanya bisa berdiam diri dikamar, terus menangis dan termenung. Bahkan untuk orang tuanya saja, dia tidak membukakan pintu. Hampir 3 hari dia seperti itu. Radit berkali-kali datang, mencoba menemuinya untuk meminta maaf, tak pernah diterima. Ia hanya membukakan pintu untuk sahabatnya, Gita. Pada Gita pun sebenarnya Cia juga tidak berbicara banyak. Gita juga hanya 2 kali mengunjunginya, karena kesibukkannya.

***

Berbagai pertanyaan yang belum terjawab masih mengitari kepalanya sampai ke sekolah. Bahkan gadis ceroboh ini juga tidak bisa berkonsentasi pada Try Out hari pertama ini. Sempat sebelum masuk ke kelas dia menabrak seorang siswi karena terus memikirkan kejadian kemarin, saat istirahat juga ia hampir menabrak seorang penjual makanan yang sedang membawa makanan, dan tidak hanya itu, pada waktu pulang sekolah, ia juga hampir kehilangan nyawanya saat menyebrang jalan. Benar-benar hari yang sial baginya.

Untungnya, Radit terus disisinya--menjaganya. Radit tahu Cia masih memikirkan Rayi dan Shintya--wanita yang mengaku adik sepupu Rayi.

"Cia! Mending lo gue anter pulang deh, gue ga tenang kalo lo gini terus." Radit menangkapnya ketika Cia hampir tertabrak mobil yang melintas. Cia hanya bisa menangguk dengan pandangan kosong menatap kearah Radit.

Sesampai dirumah, Cia tidak langsung masuk kamar dan istirahat. Ia terus berdiam diri duduk disofa, sampai ibunya datang menyuruhnya mandi dan masuk kamar. Cia menurutinya. Selesai mandi, ia duduk didepan meja belajarnya.

"Huft.. Cia.. Udah jangan mikirin lagi.. Mungkin itu memang bener cuma sepupunya. Ya kan ga mengherankan juga sepupu khawatir sama kakaknya waktu dipukul. Udah cukup jangan ada lagi salah paham, Ci." Ia berbicara sendiri meyakinkan dirinya, menguatkan dirinya, lalu menarik dan membuang nafas sambil menutup mata untuk membuatnya lebih rileks.

"Eh, tapi kenapa Rayi ga hubungin gue?! Juga tatapan mata itu cewe bukan kayak adek khawatir sama kakaknya! Gue yakin!" Kembali ia mengacaukan pikirannya sendiri, "AHH!! UDAH BODO AH! Besok TO yakali gue masih mikir cowok! Ish! Konsentrasi Ci. Konsentrasi belajar ya. Huft..," Akhirnya tangannya bergerak membuka halaman sampul buku catatannya.

Tiba-tiba..

'Pea calling...'

"DUH!" batinnya kesal sambil meraih ponsel yang terletak ditempat tidurnya.

"Apaan?!"

"Masih sadar kan lo? Lo gak pa-pa kan? Dirumah lo gak gerogotin sofa kan? Lo mandi pake air keran kan bukan air sumur?"

Cia mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan-pertanyaan tidak masuk akal yang dilontarkan oleh Radit, "HEH! GILA! EMANG GUE GAK WARAS?!"

"Yakali. Tadi seharian ini aja lo hampir celakain diri lo sendiri! 3 kali! Bego!"

"Hah? Celakain diri gue? Dih! Gue masih waras kali! Masa gue celakain diri gue sendiri?! 3 kali lagi! Lo ngigo, Dit?"

Cia benar-benar tidak mengingat kejadian disekolah tadi. Yang diingatnya hanya hari ini hari pertama try out, ia mengingat datang kesekolah dan mengerjakan try out, lalu saat pulang sekolah Radit mengantarnya pulang juga.

Hold My HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang