2. Miniatur Cinta

233 4 0
                                    

Lalu kak Danis pergi meninggalkanku dan bergabung dengan teman – temanku yang lain.

Selesai kami berkumpul. kami pulang kerumah masing – masing. Mungkin kali ini bukan nasib burukku harus pulang dengan kendaraan umum.  Karna saat menunggu kendaraan umum di depan gerbang aku ditawarkan tebengan oleh kak Danis. Dan aku pun langsung naik ke motor sportnya. Sepanjang perjalanan kak Danis mencari tau mengapa aku gambar pesawat. Aku akan menjawab pertanyaannya saat aku sudah sampai di depan pagar rumah ku.

Sampai dipagar rumahku, aku pun menjelaskan bahwa aku menggambar pesawat karna rasa takjubku pada burung besi tersebut. Aku pun menjelaskan ingin sekali menjadi seorang pilot wanita, dan setelah selesai pendidikan di Senior High school, aku berencana melanjutkan pendidikanku di flying school. Kak Danis tampak begitu tak percaya.

“Kakak nggak percaya de kamu mau jadi pilot” jawabnya sambil geleng – geleng.

“ yasudah kalo gak percaya. Yang penting aku sudah menceritakannya dan tidak berbohong.” Jawabku dengan nada kesal.

“hehe.. iya – iya kakak percaya kok de.. kamu mau jadi pilot, kakak juga mau jadi pilot. Dan kakak punya rencana yang sama, sama rencana kamu” jawabnya dengan tersenyum.

“ Jadi kita sama – sama mau jadi pilot nih ?” jawabku sambil tertawa

“ iya de” jawab kak Danis membalas tawaku.

            Percakapan kami sampai disitu saja, lalu aku masuk kedalam halaman rumah dan langsung menuju kamar. Dikamar aku sangat girang sambil melompat – lompat. Aku tidak menyangka selama ini cita – citaku dengan kak Danis sama. Aku pun merasa makin jatuh hati pada kak Danis.

            Keesokan harinya udara sejuk menyergap tubuhku. Di pagi buta ini, aku ingin menghabiskan waktu ku di pagi ini dengan berolahraga. Jogging adalah pilihan olahraga ku. Selain membuat tubuhku bugar, jogging juga olahraga yang menyenangkan bagiku, karna aku bisa menikmati udara sejuk pagi hari. Mungkin aku bisa dikatakan penikmat pagi hari.

            Saat aku jogging aku berhenti di sebuah tempat duduk yang disediakan di sebuah taman. Aku beristirahat sejenak sambil menghirup udara nan segar. Lalu saat aku memejamkan mata, tedengar suara laki laki menegurku.

“Hey.. Bu pilot “ dengan nada bercanda

Aku pun membuka mata ku dan sosok kak Danis telah berdiri didepan tubuhku sambil tersenyum riang. Lalu kami mengobrol di bangku tersebut sambil membicarakan tentang sekolah penerbangan, pilot dan lain – lain. Namun 1 percakapan yang mengganggu pikiranku saat ini saat kak Danis bilang sebentar lagi ia akan mengikuti ujian nasional, dan akupun menyimpulkan, sebentar lagi kak Danis akan meninggalkan sekolah, dan meninggalkanku juga. Obrolan itu pun selesai, aku dan kak Danis kembali kerumah masing – masing. Sepanjang perjalanan aku ingat sekali ucapan kak Danis tadi. Ingin rasanya aku mengungkapkan perasaanku saat ini pada kak Danis, namun aku rasa itu semua tidak mungkin. Aku adalah perempuan yang seharusnya memberikan sinyal – sinyal saja pada laki – laki. akupun menjadi galau saat ini, seperti anak muda lainnya ketika sedang patah hati.

Jarum jam terus berputar membawa ku pada sore hari, semilir angin membuat sejuk udara pada sore ini. Sinar matahari yang hampir tenggelam memberikan warna yang indah, burung – burung pun beterbangan kesana kemari mengikuti kemana induknya pergi dan menghinggap.  Aku duduk termenung di atas balkon rumahku, sambil menyeruput jus jeruk buatanku sendiri. Tak lupa selembar kertas putih terhampar di meja santai. Akupun kembali termenung mengingat kata – kata kak Danis tadi pagi. Pikiranku melayang kemana – mana. Akankah aku bertemu kak Danis lagi setelah dia lulus ? akankah ia akan mengingatku ? berbagai macam pertanyaan terus masuk dalam pikiranku. Namun sudalah kita lihat saja nanti, tukasku sambil berdiri dan masuk kekamar untuk belajar.

Hari demi hari telah terlewati, bulan demi bulan sudah dilalui, ujian nasional tinggal hitungan hari saja, aku pun sama pusingnya dengan kelas XII yang sedang menanti ujian nasional. Namun aku pusing karna harus membiasakan diri hidup tanpa baying – bayang kak Danis. Niki agak terheran dengan sikapku belakangan ini.

“Lo kenapa sih al belakangan ini kok galau aja.. bingung gue “ tanyanya.

“ Gue gapapa nik.. Cuma sedikit pusing aja, gue kecapean doang kok bukan galau kali “ jawabku dengan candaan.

“Oh gue kira galau, kalo galau musti,kudu,harus dan wajib curhat sama gue, oke ?” jawabnya sambil mengedipkan satu matanya.

Miniatur Pengikat JanjiWhere stories live. Discover now