Gelisah mengarah meski bersama keberuntungan
Tak pernah ada keberuntungan
Seperti saat ini
Menemui hal baik bertubi-tubi
Mendapati yang diingini berkali-kali
Serupa harapan dalam setiap doa
Asa setinggi awan di langitTak pernah ada kemujuran seperti hari ini
Menyusuri langkah tanpa arah
Berjalan menjauhi kerikil
Tak bertemu belokan yang mengerikan
Hanya ada semilir di tengah perjalananNamun jauh di dalam hati
Ada ketakutan yang tak terungkap pasti
Gelisah yang tertuju pada satu arah
Meleburkan sebuah kebersamaan
Yang tak pernah kupaksa jauh tanpa temanHaruskah aku mengikuti jejak hari ini?
Atau tetap mendekap diriku yang kemarin?
Semua serba tanpa nahas dan gelisah sekaligus
Menelusup sukma akan resah tiada henti
Aku dan dilema dalam jiwaku...Saat pesta telah usai, aku pulang bersama kak Danis. Aku diantarnya hingga rumah. Disepanjang perjalanan kami hanya berdiam saja, sesekali kak Danis menyanyi mengikuti lagu yang diputarnya. Sampai di rumah aku langsung masuk kekamar, dan langsung berisirahat.
------
2 hari kemudian, kak Danis mengirimkan sms kepadaku. Ia mengajak ketemuan di tempat. Akupun tak tau tempat itu tempat apa. Yang jelas aku disuruh menunggu di depan rumahku. Pukul 16.00 tiba, aku sudah bersiap dan berdandan cantik untuk bertemu pangeran hatiku, mobil sedan hitam itu pun datang dan membawa aku dan kak Danispergi ke sebuah tempat. Selama 1 jam perjalanan akhirnya sampai juga kami disebuah tempat yang indah sekali.
Ditempat itu kak Danis langsung memeluku sangat erat, bagaikan tak mau melepaskan pelukannya dariku, dan takut akan kehilanganku. Aku pun melingkarkan tanganku di tubuhnya. Kami berpelukan cukup lama, hingga akhirnya handphoneku berdering dan membuat aku dan kak rayhan menyudahi pelukan ini. Ternyata sudah 7 panggilan tak terjawab di handphoneku, dan itu semua dari Niki. Akupun bingung tak karuan, mana mungkin bisa handphone ini tidak berdering saat ada panggilan masuk. Padahal saat itu profilnya aku deringkan. Ataukah handphone ini mengerti saat aku berpelukan dengan kak Danis, ia tidak mau mengganggu pelukan kami saat itu ? namun yasudahlah aku tak mau mengambil pusing karna masalah handphone ini.
Di tempat itu aku dan kak Danis bagai sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara, bagiku, saat itu dunia milik aku dan kak Danis berdua. Tak perduli akan penilaian orang lain terhadap kemesraanku dan kak Danis. Hingga sore pun tiba, sebelum pulang, kak Danis memintaku untuk menutup mataku. Dan dalam hitungan beberapa menit kak Danis memintaku kembali membuka mataku. dan ternyata tidak ada yang special seteleh ku buka mataku. namun kak Danis memegang kedua pipiku, dan mengangkat wajah ku sedikit keatas. Kak Danis yang bertubuh sedikit tinggi dari ku mendekatkan wajahnya kepadaku. akupun langsung berfikir bahwa kak Danis akan menciumku, ternyata saat ku menutup mataku. setetes cairan pun membasahi pipiku. Dan aku pun mulai membuka mataku perlahan – lahan, ku lihat kak Danis sudah dibanjiri air mata. Ia pun bebicara dengan perlahan – lahan kepadaku.
“de… maafin kakak ya, sebentar lagi kakak bakalan ninggalin kamu. Sebentar lagi kakak akan masuk ke kehidupan baru kakak sebagai seorang taruna sebuah flying school ” ujarnya perlahan.
“ aku tau itu semua kak.. aku hanya bisa berdoa yang terbaik buat kakak” jawabku lirih.
“kamu mau janji gak de sama kakak ?” tanyanya kepadaku.
“janji apa itu kak ?.. “ jawabku penuh tanya.
“kamu mau gak janji sama kakak, akan nyusul kakak di flying school itu ???” jawabnya penuh semangat.
“ iya kak aku janji sama kakak, aku akan nyusul kakak di flying school itu, semoga kita bisa bertemu lagi..” jawabku sambil menahan tangis.
Kak Danis pun mengeluarkan sesuatu dari dalam tas kecilnya, sebuah miniature pesawat lucu. Dan ia berikan kepadaku sebagai tanda pengikat janji ku dengannya, dan juga sebagai sebuah motivasi untukku. Kak Danis meminta agar aku membawa miniature pesawat itu saat sudah bertemu dengannya lagi.
Setelah kami mengikat janji, kami pulang sepanjang perjalanan kembali aku dan kak Danis hening. Tidak ada pembicaraan apapun. Sampai di depan rumah, aku segera turun dari mobilnya, namun saat aku membuka pintu mobilnya ia, menarik tanganku dan mengatakan bahwa ia tidak akan bisa berhubungan denganku, mulai dari sms, telpon sampai ke jejaring social, karna ketatnya peraturan di flying school itu, namun akupun mengerti semua itu. sampai didalam rumah. Aku segera masuk kedalam kamar dan segera memasukan miniature itu kesebuah kotak kaca yang diberi lampu – lampu kecil.
Saat aku ingin tidur, aku terus bayang-bayang kak Danis selalu menghantuin pikiranku, namun aku menepis pikiranku itu. aku mencoba memotivasi diri agar bisa membiasakn diri, bisa hidup tanpa kak Danis, dengan mengatakan “Danis not leave you alika, he only went a minute of your life and will be waiting for you in a place of your dreams with her” .
Beberapa waktu kemudian, setelah liburan kenaikan kelas, aku kembali masuk kesekolah. Sekolah menjadi tempat yang asing bagiku, tanpa sosok kakDanis . Namun aku selalu berfikir “promise it will probably hurt me now, but will be beautiful in its time”.
Hari demi hari kulewati tanpa kak Danis, namun setiap kerinduan itu datang, aku selalu mencoba menghibur diri dengan memainkan miniature pesawat pemberian kak Danis. Tak terasa ujian nasional untukku pun sudah didepan mata, semangat belajarku terus membara, ingin rasanya aku belajar terus dan mendapatkan yang memuaskan dan tentunya bisa masuk ke flying school, tempat dimana kak Danis mengenyam pendidikan.
Sampai pada akhirnya aku mengikuti ujian nasional dan beberapa waktu kedepan aku akan menerima hasil ujian nasionalku. Aku tambah rajin berdoa agar aku bisa masuk ke flying school tempat kak rayhan belajar. Dan waktu yang diananti pun tiba, saatnya kepala sekolah mengumumkan kelulusan aku dan teman- temanku. Dan hasil ujianku pun sangat memuaskan, aku adalah seorang murid dengan nilai tertinggi dan menjadi lulusan terbaik. Aku sangat bersyukur saat itu.
YOU ARE READING
Miniatur Pengikat Janji
Teen FictionKutulis Puisi Untukmu Selalu saja tentangmu, untukmu Aku menulis Serangkaian kata menjadi bait Prosa yang tak pernah usai Meski awal telah menjumpai akhir Aku bercerita Tentang bingkai kisah indah Romansa terselubung elegi Ketika waktu pernah begitu...