Dia?

72 4 0
                                    

Suara lembut mama menggelitik di telingaku, suara yang menenangkan kalbuku, suaranya bersautan dengan adzan subuh yang masih berkumandang.. aku memicingkan mata sekilas melihat senyum mama yg biasa setiap pagi menyapaku, "Bella, sayang bangun nak.. mandi, dan cepat ambil mukenamu, sudah di tunggu papa" aku mengangguk sambil mengucek mataku yg masih mengantuk.
"Iya ma.." elusan lembut menimpa kepalaku, mama keluar dengan senyum yg seperti biasanya ia menyapaku.

***

6.00 aku sudah bersiap dengan seragam putih abu abuku, hari selasa.. fiiiuuuhh siap siap mempersiapkan diri untuk bertemu dengan matematika yg berdurasi 4 jam pelajaran.. baru membayangkan saja aku sudah frustasi.
Selesai sudah semuanya, aku menggendong tas ku menuju ruang makan, papa dan Gio adik ku yang sudah memakai seragam biru putih nya sedang duduk di ruang makan dengan sepiring nasi goreng yang tinggal setengah piring. Aku duduk tak bernafsu, tatapan sinis Gio menyapaku. Mau apa dia, pasti mulai peperangan lagi. Tak kalah aku langsung melebarkan mataku menaikan daguku dan segera kulemparkan padanya, cengiran kudanya membalasku, oh lihatlah adik tampan ku ini, benar benar memacu emosiku di pagi yang indah ini.
"Lambat" ucapnya dengan cengiran yang benar benar membuatku kesal.
"Biarin aja, emang masalah buat lu?" Aku membalas dengan ketus dan mengambil selembar roti. Cengirannya yg menyebalkan terus merayuku untuk terus melihatnya.
"Oh lihatlah, gimana laki laki mau naksir lu kalo gaya lu urakan gitu, lihat aja rambutnya di konde terus." Hah konde dia bilang? Aku mengikat semua rambutku ke belakang dia bilang konde? Ya Tuhan.. Tawanya merubah mimik mukaku, oh Tuhan apa Kau benar benar takdirkan dia jadi adik ku? Dia benar benar menyebalkan. Aku mengambil selai dengan asal dan menggertakan gigiku di depan Gio.
Tanpa memperdulikan ocehan Gio, aku mengoleskan selai ke roti ku, pandanganku tak bergeming darinya sampai aku tersadar ada yg menyengat di mulutku dan menyengat telingaku, hampir meledak rasanya.
"Haaaaa peeedeeesss" aku mengobrak abrik meja makan, tak beraturan mencari teko dan langsung ku tenggak airnya papa panik melihat kelakuan ku dan Gio malah tertawa memekakan ruangan melihat aku yg sedang ke pedesan. Sial!
"Hahaha lagian makan roti pake selai cabe, mau berinovasi" dia tertawa lagi dengan memegangi perutnya, hah selai cabe? Sial, daritadi dia nyengir kuda naggepin aku yg sedang masang muka trseramku untuk dia dan mengoleskan selai yg kufikir selai kacang dengan asal, ternyata dia ngerjain aku? Pantas saja selai kacang dan sambal di taruhnya berdekatan agar aku salah ambil selai, dan sialnya aku kejebak lagi. Awas kau kancil kecil. Dia terpingkal pingkal melihat aku dengan muka merah dan mata berair. Tak kira kira aku mengoleakan selai yg kufikir selai kacang ternyata cabe sialan.
"Gio jangan keterlaluan becandanya, kasian kakak kamu, bisa sakit perut nanti" timpal papa mengomeli Gio dengan mengelus punggungku, Gio menghentikan tawanya, tapi masih mamasang senyum kemenangannya di depanku.
"Pah.. gio nya, sss uuuuhh.." aku merajuk dengan mengatur kepdesan ku.
"Gio sudah nak"
"Hmm iya pah" ucapnya terakhir, lalu mengambil tasnya dan berpamitan dengan papa sebelum ia bergegas pergi.
Aahh sial. Aku mengerucutkan bibir ketika ia berpamitan denganku.
"Kakak cantik, Gio berangkat" pamitnya sambil mengecup puncak kepalaku, oh manisnya..
" sss... uuuhh.. iya.. shh hati hati"
Lalu aku bergegas menyusulnya karena sudah pukul 6.30.

Taraaaaa....
Masih belajar..
Selamat membaca, semoga suka ya.. muuahhh
Jangan lupa vote nya.. kiss kiss hihihi

Cinta, Kita Beda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang