"Liiiiid! Ya ampun, bengong ajaaa!" Dini menepuk bahuku. Aku terlonjak.
"Apaan sih?! Ngagetin aja!"
"siapa juga yang kagetin? Lagian sih daritadi melamuuun aja sambil monyong gitu. Jelek tauu..!" aku cemberut.
Yah, gimana lagi?
Bayangan dosen tampan itu terus menari-nari dalam benak. Membuat riak-riak cinta dalam melodi hatiku. Ah.. sulit sekali berhenti memikirkannya..
"nah, mbak lid, kataku juga apaa.." tiba-tiba Dea ada di sampingku. "gimana, suka ngga?" aku menyikutnya.
"eh, bentar. Jadi kalian lagi ngebahas dosen yang tadi ya? Oh my Goood! Pasti ni orang lagi kesambet deh sama dosen tadi. Mr. Alfred memang keren sih," wajahku jadi memerah.
Aduuuh..!
Dini dan Dea asyik menyuiti aku, men-ciecie aku sampai aku merasa suhu udara begitu panas.
"udah ah! Aku mau pulang!"
"diih ngambeeek!" aku tak peduli. Aku tancap motor, segera pulang. Mata kuliah berikutnya? Masa bodo. Ngga bisa konsen kalau begini terus. Dan pulang adalah solusinya.
***Aku memoles lipstik merah di bibirku. Mematut diriku di depan kaca. Oke selesai. Looks perfect. Siap kuliah dan bertemu dosen tercinta! Hehehe. Aku menyambar tas dan sepatu, bercermin lagi, lalu berangkat.
Hari ini jadwal Mr. Alfred mengajar. Aku selalu mengusahakan penampilan terbaik. Aku belajar materinya semalaman, aku berdandan dari jam lima pagi, dan menyiapkan pakaian dari sehari sebelumnya. Keren kan? Dan dengannya, aku selalu sukses di mata kuliah Mr. Alfred. Ini tentu membuat aku lebih dikenalnya daripada mahasiswa dan mahasiswi yang lain. Aku senang sekaliii..!
"Lid, bisa ke ruang saya sekitar sepuluh menit lagi?" aku terkesiap.Aku? Dipanggil Mr. Alfred?
"Oh.. okey Pak," aku segera menunduk, takut ketahuan kalau pipiku bersemu merah. Mr. Alfred berlalu. Tak lama, Dea menghampiriku.
"Kita karaoke yuk!"
"Ngg.. aku ada urusan dulu nih. Sori. Tar nyusul deh,"
"Urusan sama siapa? Tumben,"
"Tadi dipanggil Mr. Penyindir,"
"Haaaa? Seriusaaan..??"
"Ssssst..!" Dea menatapku tak percaya. Jangankan dia, aku aja masih kaget.
"Kabarin ya kalau mau sebar undangan nikahan," Dea mengedip genit.
"Apaan sih! Urusan kuliah kok," Dea seperti tak peduli dan meninggalkanku.
"Goodluck honeey! I'm with youuu" Dea kiss bye dari kejauhan. Aku menghela nafas dalam-dalam. Tenang, tenang, jangan grogi. Semua akan baik-baik saja. Setelah merasa mantap, aku mendatangi ruang Mr. Alfred."Come in, Lid. Silakan duduk," aku menurut.
"Saya ada beberapa penelitian, tugas dari kampus, yang harus saya kerjakan dalam waktu dekat ini. Saya lihat, kamu paham benar dengan materi yang sudah saya terangkan. Benar begitu?"
"Iya, Pak. Saya memang suka materinya," dan dosennya. Ups!
"Nah, bisa kamu bantu saya? Setidaknya gantikan saya selama tiga pertemuan di bulan depan. Bahannya akan saya emailkan. Tulis emailmu disini," aku menulisnya cepat.
"Oke. Malam ini akan saya kirim materinya ya. Thanks," aku mengagguk. Dalam terlingaku, kalimat itu terdengar seperti 'oke, malam ini kita date di restoran ya.' Hihihi. Hatiku melonjak-lonjak kegirangan.
***
"eh.. sa.. saya, Pak?"
"Iya, kamu. Coba terangkan kembali apa yang sudah saya jelaskan tadi," Mark, teman sekelasku yang memang hobi tidur di kelas tampak gelagapan. Dia ragu-ragu maju dan mematung di depan.
"ya? Bagaimana? Silakan. Semua mendengarkan. Tidak ada yang tidur," Mr. Alfred melipat kedua lengannya di dada. Mark jelas tetap diam. Lha, selama kuliah dia tidur, apa yang mau dia jelaskan?
Setelah agak lama, Mr. Alfred mempersilakan Mark duduk.
"Ok, class. yang tadi itu adalah materi bagaimana berdiri tegak di depan kelas. Apa semuanya paham?" kami tertawa pelan. Kalimat yang singkat tapi tentu menohok bagi Mark.Well, Mr. Alfred sering kami juluki Mr. Penyindir. Ngga jarang, ketika menyampaikan materi, kata-katanya ada yang seperti menyindir beberapa orang di kelas. Yah, memang bener juga sih sindirannya. Tapi kan kadang ngga enak hati. Misalnya nih ketika Fiona, teman sekelasku, sedang merapikan makeupnya sebentar. Tiba-tiba Mr. Penyindir berdehem.
"Ehem. Kelas adalah tempat belajar, bukan tempat berdandan," otomatis Fiona kaget dan terburu-buru menyimpan peralatannya. Yah semacam itulah. Baik tapi nyelekit.
Dan, apa kabar dengan perasaanku padanya?
Masih sama. Entah sampai kapan.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/68812400-288-k462467.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Hati Untuk Sang Dosen
General FictionUsia yang berbeda tak pernah membuat cinta putus asa menemukan jalan. Status yang berseberangan tak pula menyurutkan semangat kasih untuk terjalin. Tapi, apakah ikatan pernikahan mampu ia tembus demi memuluskan kisah asmara yang diinginkannya?