Jason's POV
Aku membawanya ke tempat ini. Tempat favoritku yang memiliki banyak kenangan yang mungkin tidak semuanya bisa aku ingat. Seperti saat orangtuaku saling berteriak dan membanting barang karena luapan emosinya,tempat pertama yang aku tuju adalah tempat ini.
Bukan kamar yang aku datangi,karena aku tahu kalau mereka pasti bisa mendengarku menangis. Aku tahu mungkin bukan aku saja yang kehilangan masa kecilnya. Bisa saja Sandra juga mengalaminya. Tapi sepertinya tidak,karena aku pernah melihat senyumnya. Senyum yang memperlihatkan kebahagiaan yang ia dapat setiap saat. Bukan sepertiku.
"Apa ini?" Sandra bertanya setelah menepuk pundakku. Akhirnya ada pembicaraan setelah kesunyian selama perjalanan. Aku sedari tadi tidak ingin berbicara karena semua suaraku telah aku lepaskan saat mengatakan perasaanku tadi.
Rasanya semua bebanku hilang tapi juga ada beban lain yang datang. Dia menolaknya. Dia tidak ingin membalas perasaanku. Tentu saja karena aku baru saja mengenalnya. Wanita mana yang ingin menerima cinta dari laki-laki gila seperti aku.
Aku hanya menakut-nakutinya. Mungkin itu yang dipikirkan oleh Sandra. Mungkin,lebih parahnya,dia ingin menghindar dariku. Tapi ciuman itu,yang mungkin tidak berarti apa-apa untuknya,malah membuatku semakin ingin selalu didekatnya.
Maka dari itu aku mengajaknya ke tempat ini. Agar kita bisa berdua saja dan tidak ada yang mengganggu.
"Kita akan masuk,Sandra." Jawabku setelah beberapa saat.
"Tapi tulisan itu.." dia menunjuk papan yang ada didepan kita. Menutupi jalan untuk menyulitkan kita melewatinya. "Kita harus pergi dari sini Jason,tempat ini berbahaya."
"No Sandra,aku sudah ke tempat ini selama lebih dari ratusan kali dan tidak terjadi apa-apa denganku." Aku membantahnya,membuatnya yakin bahwa tempat ini aman. Dia tidak menjawab. Aneh,semenjak aku mengutarakan perasaanku kepadanya,dia menjadi lebih pendiam.
Urgh..
Mengapa papan dan bongkahan kayu itu selalu saja ada dan menutupi jalan?! Padahal saat aku datang pasti aku singkirkan. Ini hanya membuang-buang waktu.Aku turun dari sepeda dan menghampiri bongkahan kayu yang tergeletak di tengah jalan. Sambil sesekali melirik Sandra yang sedang memandangiku dengan stang sepeda di genggamannya. Akhirnya aku berhasil menyingkirkan kayu-kayu sialan itu.
"Butuh bantuan?" Tanya Sandra yang tidak bermanfaat sama sekali.
"Seharusnya kau menanyakan itu dari tadi." Gerutuku. Dia terkekeh. Suara tawanya sangat khas. Aku menyukainya.
Aku akhirnya selesai menyingkirkan pohon sialan itu. Jujur saja,sebenarnya pohon-pohon itu sangat berat tapi aku tidak ingin terlihat lemah dihadapannya. Dia wanita pertama yang sangat aku cintai. Kami akhirnya berjalan menyusuri jalan setapak yang hanya muat untuk dilewati sebuah mobil saja. Terdapat dinding batu yang berada di sepanjang kiri jalan,sementara ada sebuah danau di kanan jalan.
"Jason" Sandra bersuara.
"Ya?" Jawabku tanpa menatap wajahnya. Aku masih terlalu canggung berhadapan dengannya. Mungkin ini kedengarannya memalukan tapi inilah aku yang sebenarnya.
"Apa kau sangat sering datang ke tempat ini?" Dia bertanya. Aku yakin dia juga tidak menatapku sekarang. "Maksudku,kau selalu menghabiskan waktu disini?"
"Ya,aku sering datang ke tempat ini. Tempat ini mempunyai banyak kenangan. Aku selalu datang untuk melepaskan bebanku,kau tahu,semacam tempat untuk peristirahatan. Melepaskan semua ketakutan dalam dirimu."
"Ketakutan? Kau mempunyai rasa takut? Setahuku kau ini anak yang badung,bagaimana mungkin seorang Jason bisa merasa takut?" Dia terkekeh.
"Hey,kau mengejekku ya? Setiap orang pasti mempunyai ketakutan. Walaupun aku ini lelaki tapi itu tidak ada pengaruhnya." Aku berhenti dan memandangnya,dia pun melakukan hal yang sama. "Memangnya kau tidak punya rasa takut?"
Wajahnya tiba-tiba berubah menjadi ketakutan,dia menjadi cemas dan seperti baru saja melihat Slender-man.
"Rasa takut? Tidak,aku tidak mempunyai ketakutan. Memangnya hal apa yang bisa membuatku takut?" Sandra berkacak pinggang sambil menunjukan wajah sok beraninya.
Dia memang hebat dalam hal berbohong apalagi menyangkut perasaannya. Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku untukku,aku sudah sering dibohongi oleh orang-orang di sekitar lingkunganku dan hal itu yang membuat aku bisa membedakan kejujuran dan kebohongan.
"Skillmu dalam berbohong payah juga rupanya." Aku tersenyum miring karena dapat menangkap basah Sandra yang sedang berbohong.
"Shut up ya fool!"
Kami lalu tertawa bersama dan kembali berjalan. Aku tidak bisa berhenti memandanginya yang sedari tadi mengeksplor tempat yang sebenarnya memang berbahaya ini. Aku ingin mengenalnya lebih jauh lagi dengan cara berdua saja bersamanya menjauhi orang-orang sekitar.
Hingga kita akhirnya tiba di tempat yang sering aku manfaatkan untuk menjauh dari dunia yang mengerikan ini.
Alex's POV
Akhirnya aku sendirian lagi. Mereka meninggalkanku setelah menikmati waktu kebahagiaan mereka.
Kau tahu rasanya love at first sight?
Aku mengalaminya sekarang. Tapi sepertinya Sandra lebih menyukai kebersamaannya dengan Jason. Dia mau saja berfoto seperti itu dengan Jason. Bagian terburuknya adalah saat Jason dengan sengaja menciumnya di depan mataku.
Rasanya seperti kau menelan petasan dan petasan itu meledak di perutmu. Mendapatkan reaksi seperti ingin terjatuh dari gedung pencakar langit yang sudah kau bangun sendiri. Kerja bagus Jason.
Tapi Sandra sepertinya tidak berpikiran yang sama seperti Jason. Dia langsung berjalan ke ruang keluarga dengan wajah merahnya. Menghampiri Jason yang berakting seperti tidak ada yang baru saja terjadi dan Sandra dengan emosinya memarahi Jason.
Dan yang lebih menyakitkan lagi,saat Jason mengutarakan perasaannya terhadap Sandra. Jason pun tidak kalah emosinya dan kebalikannya,sandra yang menjadi terdiam.
Oh God!! Bantu aku menghadapi drama antara sahabatku dan wanita super menarik ini. Dan yang seperti aku harapkan,Sandra menolaknya. Itu sangat masuk akal karena wanita mana yang akan langsung menerima pernyataan bodoh Jason. Dia memang orang yang sangat egois dan terburu-buru. Emosinya mudah tersulut dari dulu,itu yang membuatnya tidak memiliki teman selain aku.
Sekarang aku tidak tahu Jason akan membawa Sandra kemana. Mungkin-hanya mungkin-dia akan membawa Sandra ke danau itu. Tempat yang semua orang di lingkungan ini tahu kalau itu adalah kawasan yang berbahaya.
Aku sudah lelah memperingatkan Jason untuk tidak pergi ke tempat itu saat dia marah atau sedih,aku sering bilang bahwa dia bisa mengunjungi rumahku sebagai gantinya. Ya itulah,Jason.
Aku tidak mau bertanggung jawab jika sesuatu terjadi pada Sandra. Jason bilang dia pernah melihat ular di sana. Bocah itu sangat nekat.
Bahkan setiap hari aku menutup jalan masuk ke kawasan berbahaya itu dengan bongkahan kayu yang Mr.Andrew selalu tebang dari hutan di dekatnya. Tulisan di papan juga sudah aku tambahkan agar lebih meyakinkannya.
Tapi sepertinya itu tidak berguna sama sekali karena Jason setiap hari akan selalu datang lagi dan lagi ke tempat itu.
Setidaknya itu yang bisa aku lakukan sebagai sahabat yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakdown : Tears Of An Angel
Fanfiction"Maafkan aku yang telah memperburuk kehidupanmu. Salahkanlah aku atas segala hal seperti yang orang-orang selalu lakukan. Aku yang bertanggung jawab atas kesedihanmu dan aku akan berusaha untuk membahagiakanmu." -Jason Anderson