Please, Look at Me

782 44 4
                                    

OS - DEWI WULAN SARI


***

Mencintai sahabat sendiri? Klise memang tapi itu yang aku rasakan sekarang. Mencintai orang yang selalu berada di sampingku sangat dekat, bahkan kita berdua sudah saling mengetahui satu sama lain. 

Mungkin hanya satu yang dia tidak tahu bahwa aku mencintai dia, mencintai sahabatku sendiri, Nathaniel Evan Sagara.

Kami berdua berjalan santai, sesekali dia berbicara dengan senyum yang mengembang di wajahnya membuat jantung ini terus menjadi abnormal ketika berdekatan dengan dia.

"Aku ke kelas dulu ya, jangan kangen sama aku," ucap Nathan sambil mengacak-acak rambutku, lalu berlalu begitu saja ke kelasnya tanpa mengetahui dampak perilakunya pada tubuhku.

Ingin sekali aku mengucapkan bahwa aku mencintainya, tapi aku tidak bisa karena terhalang oleh sebuah kata, 'sahabat'. Kata yang singkat tapi mempunyai berjuta arti. 

Bukannya aku tidak pernah menunjukkan kalau aku mecintainya, aku sering menunjukannya tapi entah dia yang tidak peka atau pura-pura tidak tahu. Cowok itu hanya mengucapkan Terimakasih kamu emang sahabat terbaik aku dan itu sukses membuatku sakit, tapi yang aku bisa hanyalah memberikan senyuman tipis padanya

***

Kring! kring!

Senyumku tiba-tiba mengembang ketika mendengar suara bel berbunyi. Dengan cepat aku memasukkan buku ke dalam tasnya. Menunggu sosok yang sangat aku cintai itu. 

Namun, hampir 15 menit cowok itu belum terlihat. Itu membuatku tanpa sadar menghela nafas dan bangkit dari bangku menuju kelas Nathan. 

Mungkin kelasnya belum keluar, pikirku.

Kupasang earphone ke kedua telingaku dan mulai bernyanyi kecil selama berjalan melewati koridor sekolah untuk ke kelas Nathan. Sesampai kelas cowok itu, aku mengedarkan pandangan ke penjuru kelas itu tapi nihil cowok itu tidak ada di kelasnya. 

Dengan lesu, aku meninggalkan kelas itu dan melangkahkan kaki menuju kantin. Tinggal beberapa langkah lagi aku memasuki kantin, tiba-tiba rasa laparku menguap begitu saja ketika melihat apa yang ada di meja deretan tengah di kantin itu.

Nathan, cowok yang sejak tadi aku cari, tapi bukan itu yang membuat langkahku berhenti tapi gadis yang ada di samping cowok itu. Gadis yang kini sedang mendapatkan perlakuan manis oleh Nathan. 

Sakit, itulah yang aku rasakan. Bahkan hanya melihat kejadian seperti itu hatiku terasa sesak seperti ini, terlebih lagi bagaimana cara Nathan menatap gadis itu yang membuatku tahu bahwa cowok itu menyukai gadis yang ada di sampingnya itu. Tanpa banyak kata lagi, aku berbalik dan berlari meninggalkan tempat itu sebelum air mataku keluar di tempat itu.

Sesampainya di kelas, aku langsung menjatuhkan dan menutup wajahku dengan buku. Menggigit bibir bahwahku untuk menahan tangis yang sudah ingin keluar. 

Seharusnya aku sadar bahwa aku tidak akan pernah menjadi orang yang lebih bagi cowok itu selain sahabatnya, seharusnya aku sadar itu!

Untuk kesekian kalinya aku menyesal mengapa aku harus menjadi sahabat cowok itu dan terjebak dengan perasaan ini, perasaan yang mungkin selamanya tidak akan pernah tersampaikan olehku itu.

***

Selama pelajaran hari itu, aku sama sekali tidak fokus dan beberapa kali ditegur oleh guru karenanya. Aku baru bisa bernapas lega ketika suara bel pulang berbunyi. Aku cepat-cepat memasukan buku dan alat tulis ke dalam tas, lalu bangkit berjalan ke luar kelas ketika guru itu sudah keluar.

Orange JuiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang