Sneak Out

458 37 1
                                    

OS - PADMARANI SYANDINA

***

Aku merebahkan diri di kasur kesayanganku. Lalu berguling-guling ke kanan dan ke kiri dengan tidak jelas. Aku bosan. Ini hari minggu dan tidak ada kegiatan yang bisa aku lakukan. PR? Oh, jelas tidak. Semua PR untuk minggu depan sudah selesai kukerjakan. Yah ... aku cukup rajin, bukan?

"Dek, daripada kamu guling-guling di kasur, gimana kalau kamu jadi pemain beta tester game Kakak yang baru?" tanya Artha, kakakku yang tiba-tiba sudah duduk di kursi yang berada di seberang kasurku.

Aku memutar bola mataku. Bingung dengan kata-kata asing yang sering diucapkan oleh kakakku. Kakakku ini sedang berkuliah di jurusan DKV di salah satu universitas terkenal. Jadi, aku yang gagap terhadap teknologi pun tidak tahu apa arti dari kata yang diucapkannya.

"Beta tester itu apaan sih, Kak? Aya bingung," gerutuku.

"Aya nggak ngerti-ngerti deh, Kakak 'kan udah sering jelasin. Kakak ulang lagi, ya. Beta tester itu semacam pemain percobaan di suatu game. Biasanya, beta tester bakal mengomentari game yang dimainkan. Bagus enggaknya, atau ada bug yang mengganggu permainan atau enggak, gitu," jelas kakakku.

"Bug itu apa kak?" tanyaku dengan polos.

"Kalo bug itu kesalahan atau cacat yang ditemukan pada game, Aya. Gimana? Kamu ngerti?" tanya Kak Artha gemas.

Cukup. Otakku tidak bisa menampung hal-hal yang berbau teknologi. Biasanya, otakku akan terpenuhi dengan rumus-rumus fisika dan pelajaran-pelajaran lainnya. Tetapi, melihat wajah kakakku yang sepertinya gemas kepadaku yang selalu gagap dalam teknologi, aku menjawab, "Iya, Kak. Mana game-nya?"

Kakakku langsung mengeluarkan laptop dari tasnya. Lalu segera mengeklik sesuatu dengan waktu yang cukup lama. Saking lamanya, aku sempat mengantuk dan tertidur.

***

"Aya, bangun," kata Kak Artha sambil menepuk tanganku dengan pelan. "Katanya mau jadi beta tester game-nya kakak?"

Dengan malas, aku beranjak dan duduk di kursi yang berada di depan meja belajarku. Lalu menatap laptop Kak Artha. Aku yang kebingungan langsung bertanya, "Kak, nama game ini apa?"

"Jadi, nama game ini adalah Sneak Out. Nama ini gak ada hubungan sama game-nya. Lebih jelasnya, kamu ikutin tutorial yang ada di sini." Kak Artha menunjukkan simbol buku yang berada di samping kanan ... apa itu namanya? Moneter? Minatar? Ah, ya. Monitor.

Aku segera mengklik simbol buku yang ditunjukkan oleh Kak Artha. "Udah, Kak. Terus gimana lagi?" tanyaku.

Bukannya menjawab pertanyaanku, Kak Artha malah mengobrak-abrik isi tas laptopnya. Di sela kegiatan mengobrak-abrik tasnya, ia berkata, "Sebentar-sebentar." Kak Artha mengeluarkan benda yang mirip dengan ... duh, aku lupa namanya. Intinya, benda yang berbentuk seperti bando dan terdapat bantalan di ujungnya. Alat itu juga berwarna hitam dan ada sedikit garis-garis biru. Namun, anehnya benda itu memiliki semacam microphone (hei, ternyata aku tahu alat yang ini) .

 Namun, anehnya benda itu memiliki semacam microphone (hei, ternyata aku tahu alat yang ini)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini namanya Brain Analyzer. Mirip sama Headphone. Di sini terhubung dengan microphone. Jadi, bisa kamu pakai buat ngobrol. Coba kamu pakai," kata Kak Artha sambil memakaikan benda itu ke kepalaku.

"Sekarang, di monitor ada NPC yang akan memandu agar kamu paham dengan tutorial. Coba kamu klik NPC-nya," kata Kak Artha dengan halus.

"NPC itu apa kak?" tanyaku dengan polos.

"NPC itu singkatan dari Non Player Character. Atau karakter yang bukan pemain. Jadi, kayak pemain figuran gitu," jawab Kak Artha.

Aku menggangguk mengerti. Lalu mengklik NPC yang disebutkan oleh Kak Artha tadi. Tiba-tiba ada suara yang berasal dari Brain Analyzer yang membuatku kaget.

"Selamat datang di Sneak Out!"

Melihat aku yang kaget, Kak Artha langsung bertanya, "Kamu denger suara gak?"

"Iya. Suaranya kenceng gitu," gerutuku.

"Suara yang kamu dengar tadi adalah suara dari NPC ini." Kak Artha menunjuk NPC yang ada di layar monitor. "Coba kamu tanya nama dia."

Aku menaikkan microphone menjadi sejajar dengan bibirku. Dengan pelan, aku bertanya, "Nama kamu siapa?"

Suara itu kembali terdengar. "Namaku Seira. Aku adalah guide pixie-mu di sini. Aku adalah Artifical Intelligent yang ada di game ini. Kamu boleh bertanya apa pun tentang game ini kepadaku," jelasnya.

Aku menurunkan sedikit microphone-ku dengan panik. "Kak, namanya Seira. Dia bilang dia itu guide ... apa? Fiksi? Terus-terus dia juga bilang kalo dia itu Aritematika apalah itu. Katanya aku juga boleh tanya-tanya apapun tentang game ini."

Kak Artha mengelus kepalaku dengan pelan. "Dia itu guide pixie atau peri pemandu. Dia itu Artifical Intelligent atau kecerdasan buatan. Kamu jangan kelihatan panik gitu dong. 'Kan kamu bisa tanya-tanya sama dia."

"Kalo dia tanya nama aku. Aku harus jawab gimana?" tanyaku.

"Kamu boleh pakai nama aslimu. Tapi, kakak sarankan kamu pakai nama palsu saja," jawab Kak Artha.

Aku kembali menaikkan microphone-ku kembali sejajar dengan bibirku. "Halo, Sira, namaku Ayako. Senang bisa berbicara denganmu."

Kemudian, aku melirik Kak Artha sebentar. Ia mengangguk sambil tersenyum.

"Hei, hei, hei. Namaku Seira bukannya Sira, Ayako!" omelnya. "Ugh ... namamu agak susah untuk diucapkan olehku bolehkah aku menyingkatnya menjadi Aya? Bolehkan?" tanyanya dengan suara yang imut.

"Boleh. Mari kita mulai, Seira!" seruku. Aneh rasanya berbicara dengan sebuah karakter.

Aku dipandu oleh Seira untuk memahami game ini. Lama-kelamaan aku juga mulai mengerti tentang game ini. Tentu saja, aku sering bertanya kepada Seira tentang apa pun yang tidak kuketahui.

Ternyata, game ini amatlah seru. Kalian akan melewati sepuluh map untuk menyelesaikan game Sneak Out. Setiap map yang berbeda mitologi. Oh iya, aku lupa mengatakan kalau game ini berdasarkan game mitologi di seluruh dunia. Di game ini juga, kalian bisa membentuk kelompok atau yang sering disebut dengan guild. Kalian juga dapat menaikkan level dengan menyelesaikan quest atau mission.

"Dek, Kakak mau ke rumah temen kakak dulu, ya," kata Kak Artha. Aku mengangguk pelan sambil melihat ke arah layar monitor.

Lalu, aku kembali menoleh dan menurunkan microphone ke arah Kak Artha. "Kak, nanti pulang jam berapa? Nanti kalo ada apa-apa gimana? Aya takut."

"Nanti jam empat sore," kata Kak Artha. "Kalo ada apa-apa, kamu bilang aja ke Seira." Aku pun mengangguk seraya menaikkan microphone kembali dan melanjutkan sesi tutorial game ini bersama Seira

"Oke, Aya. Sesi tutorial sudah selesai! Sekarang, aku minta agar kamu menutup kedua matamu dan pikirkan apa keinginanmu," kata Seira.

Aku menutup kedua mataku. Ini konyol. Bagaimana seorang karakter dapat mengabulkan permintaan? Ah, aku punya ide. Bagaimana jika aku memikirkan permintaan yang konyol saja?

Cepat-cepat aku memikirkan permintaanku. Sontak, Seira berkata, "Oke, permintaanmu kuterima!"

Entah apa yang terjadi, tiba-tiba tubuhku tersedot kedalam layar monitor dan masuk dalam sebuah game yang bernama Sneak Out.

Orange JuiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang