"Ma, Pa. Iris pengen ke Taman Safari."
"Hah?" Toleh ayahnya heran, "Ke taman safari?" Iris mengangguk.
Ibunya tertawa, "Kalau kamu maunya begitu, ya sudah. Besok kan Sabtu, libur."Keesokan harinya, keluarga Iris pergi ke Taman Safari. Orangtuanya memang heran karena permintaan putri tunggal mereka yang begitu tiba-tiba. Tapi keduanya tidak menanyakan apa-apa soal itu.
Iris diam selama mengitari tempat satwa-satwa tersebut. Ia hanya terus berpikir, apakah menyenangkan menjadi binatang? Tanpa perasaan, tanpa naluri seorang manusia.Ia ingat tempat ini, di mana dulu, dirinya bersama ketiga temannya akan melepas lelah sehabis Ujian Nasional. Terkesan konyol, masa anak remaja pergi ke taman safari? Tapi mereka semua pecinta alam. Bagi mereka, alam adalah tempat di mana mereka tumbuh. Rawatlah isinya. Alam adalah sebuah hadiah yang diberikan oleh-Nya kepada manusia, sehingga sudah sewajarnya bahwa merawat dan menjaganya adalah tanggung jawab masing-masing dari kita.
Iris, Kenya, Jesse, dan Sophie akan merasa lega setelah melihat berbagai macam kehidupan yang mereka anggap unik— bagaimana sang induk akan menyayangi anaknya amat sangat sehingga rela merelakan nyawanya.
Ia ingat keempat-empat dari mereka sangat menyukai harimau— keturunan kucing raksasa yang berbelang. Sophie dan Iris tentu menyukai bayi-bayinya spyang sangat imut menurut mereka, sedangkan Jesse serta Kenya lebih menyukai induknya yang mereka anggap.. 'Keren'."Ah," Ibunya mengipas-ngipas dirinya. "Mama ke toilet dulu ya, nak. Pa, temenin mama, gak tahu toiletnya di mana."
Ayahnya hanya mengangguk dan berjalan bersama ibunya. Saat melihat kedua sosok yang sangat disayanginya itu menghilang, ia berdiri dari tempatnya ia duduk sebelumnya.
Ia berjalan perlahan ke kandang yang letaknya tidak jauh dari situ, melihat empat harimau Sumatra yang belum diberi makan sesang bermalas-malasan. Iris meneguk lidahnya. Ia menoleh kanan-kiri, memastikan bahwa sekitarnya tidak terlalu ramai. Dengan cepat ia mulai memanjati kandang tersebut."Hoi!" Ia mendengar seorang petugas berteriak. Iris mempercepat panjatannya. Hap! Kakinya menyentuh tanah. Ia sekarang bersama dua harimau ganas yang lapar, dikelilingi oleh batas pagar besi. Keempat harimau itu mendongak begitu melihatnya, dan Iris merasakan tangannya mulai bergetar.
Ia menjatuhkan selembar kertas dari saku celananya.Keempat harimau itu mengepungnya. Iris menutup matanya. Maafkan aku.
Keempat harimau itu meloncat ke arah tubuh Iris bersamaan, dan saat itu juga jantungnya berhenti berdetak. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry. [completed]
Teen FictionTak ada gading yang tak retak. --- Dia sendiri yang memulainya. Dia sendiri yang harus bertanggung jawab. Dia sendiri yang harus menghentikannya. Dan sekarang itu tidak bisa dihentikan. --- Aku tidak pernah bermaksud apa-apa. Semua itu hanya kesalah...