Buat semuanya yang sudah di sampingku, aku berterimakasih untuk segala-galanya. Papa, mama, Jesse, Kenya, dan Sophie. Aku senang kalian percaya padaku. Tapi aku sudah tidak tahan lagi. Semua kebohongan itu. Semua dusta itu. Semuanya seperti membunuh diriku perlahan. Aku yang memulainya, sehingga juga aku yang harus mengakhirinya. Agar kalian tahu, sebenarnya aku sudah tahu pelakunya siapa. Dan jujur saja, aku susah memaafkannya. Jika kalian pikir itu Sophie, kalian salah. Dia hanya menjauh karena merasa tidak enak bersamaku. Aku harap kalian memberi pelakunya kesempatan. Aku harap kalian memaafkan pelakunya. Jika kalian ingin tahu siapa dia, pergilah ke ruang laboratorium dan ceklah satu tabung yang berisi kertas berwarna biru.
Salam,
Iris.Jesse membaca surat yang tercoreng darah itu keras-keras di depan seluruh sekolah. Guru-guru terdiam. Para murid merasa bersalah, bahkan ada yang menangis. Namun satu hal sudah pasti, semua penasaran akan siapa pelakunya. Semua kecuali satu. Sophie.
---
Pulang sekolah, seluruh murid yang berada di kelas yang sama dengan Iris berbondong-bondong ke ruang laboratorium. Bahkan ada beberapa anak dari kelas lain yang juga ingin ikut. Jesse yang berjalan paling depan. Ia meneliti semua tabung-tabung, dan akhirnya menemukan tabung yang dimaksud. Tabung itu berada di dalam lemari kayu yang sudah tidak dipakai, terletak di paling ujung di antara tabung-tabung bekas lainnya. Jesse berusaha menahan air matanya sambil jari-jarinya perlahan membuka surat yang berisi tulisan rapi milik Iris.
Tidak ada gading yang tak retak.
Akulah pelakunya. Maaf. []Selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry. [completed]
Teen FictionTak ada gading yang tak retak. --- Dia sendiri yang memulainya. Dia sendiri yang harus bertanggung jawab. Dia sendiri yang harus menghentikannya. Dan sekarang itu tidak bisa dihentikan. --- Aku tidak pernah bermaksud apa-apa. Semua itu hanya kesalah...