I

90 12 0
                                    

Sirine peringatan adanya kebakaran berbunyi.

Iris yang sedang berada di ruangan laboratorium sekolah segera terjaga dari lamunannya dan membereskan barang-barangnya. Dia mengambil ponsel serta buku pelajarannya, meinggalkan semua botol-botol ilmiah yang dia gunakan untuk tugas percobaannya tergeletak. Dengan tergopoh-gopoh ia menuruni anak tangga, turun ke lantai satu di mana pak satpam sudah menunggu.

"Nak, kamu enggak apa-apa kan?" Tanyanya panik.
Iris mengangguk bingung. Sebenarnya, dia tidak tahu apa yang terjadi. Mengapa ia tidak melihat adanya api? Kondisi sekolah sepi. Jam sudah menunjukkan pukul empat sore dan hanya Iris yang tinggal untuk menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan oleh Pak Ridham, guru biologinya. Setelah menunggu beberapa menit dan tidak terjadi apa-apa, Iris dan beberapa orang dewasa lainnya beserta guru-guru yang belum pulang kembali masuk ke gedung sekolah.
Iris langsung menuju kembali ke ruang laboratorium untuk membereskan 'kekacauan' yang ia buat tadi. Di tengah-tengah kesibukannya, dia mendengar ponselnya bergetar-- tanda bahwa ada pesan yang masuk. Iris tidak menggubris dan hanya memilih untuk mengaibakannya.
Setelah selesai berberes-beres pun, ia hanya memasukkan ponselnya ke dalam saku.

Ia hendak menuju ke gerbang sekolah untuk pulang ketika ia mendengar namanya dipanggil.
"Iris! Diam di situ kamu!"

---

"S-saya? Dituduh mencuri s-soal ujian?"

Bu Asmi, kepala sekolahnya mengangguk. "Pada waktu sirine kebakaran itu berbunyi, hanya kamu satu-satunya murid yang belum pulang. Ditambah lagi, kamu berada di ruang laboratorium yang letaknya persis di sebelah ruang guru. Setelah kejadian itu, berkas soal ujian menghilang."
"T-tapi saya-"
"Jujur saja saya kecewa, Iris. Kamu adalah salah satu murid terbaik di sekolah ini. Saya kecewa kamu terlibat dalam kasus seperti ini."

Kata-kata Bu Asmi serasa langsung menusuk hatinya. Ia bahkan tidak melakukan apa-apa! Ia keluar dari ruang kepala sekolah dengan lemas.
Pikirannya kacau dan pandangannya sayu. Ia berjalan melewati koridor yang dipenuhi murid kelas 12 yang sedang beristirahat. Karena terlalu sibuk dengan pikirannya, dia menabrak salah seorang dari mereka.

"Woi! Kalo jalan pake mata, dong!"
Iris tidak sanggup menjawab. Gadis itu-- salah satu gadis terpopuler yang dihormati di sekolah mengambil satu langkah lebih dekat dengan Iris dan tertawa sinis.
"Oh gitu, habis terbukti nyuri soal ujian langsung penyakit lo kumat?"

Bisik-bisikan langsung terdengar.

"Sungguhan dia yang nyuri soal ujian itu?"
"Iya lah, siapa lagi."
"Gak nyangka banget, anak sebaik dia bisa ngelakuin hal kaya gitu."

Iris merasa kakinya melemas. Pikirannya terus berputar dan penglihatannya mulai menjadi kabur. Ia melihat gadis di hadapannya tertawa jahat dan seluruh koridor berbisik tentangnya, dan hal terakhir yang ia lihat adalah kegelapan. []

Sorry. [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang