Fahrein Pov
Aku kira dia tidak sadar dengan kehadiranku di sini, di kelas yang sama selama pelaksanaan UAS berlangsung.
"Sebelum kamu tau, aku yang tau duluan. Karena aku peduli sama pacar aku ini". Katanya sembari mencolek hidung mancungku, saat kami berjalan berdua di koridor sekolah menuju kantin. Saat itu kami sedang istirahat
Aku hanya diam tanpa merespon ucapannya, karena aku bingung harus jawab apa. Seharusnya aku senang mendengar tutur katanya yang sangat memperdulikanku, tapi aku merasa cuek-cuek saja tidak ada yang istimewa bagiku
"Ayo naik, mau sampai kapan bengong di situ?". Tiba-tiba suara bias membuyarkan lamunanku, dia sudah menenteng helmnya dengan satu tangan. Lalu tangan yang satunya lagi ia gunakan untuk berkacak pinggang menatapku dengan gaya sok bossy nya di depan motor yang selalu ia gunakan ke sekolah
"Eh". Aku menggaruk tengukku yang tidak gatal hanya untuk menutup ke saltinganku. Bias menaiki motornya lalu memberiku satu helm berwarna merah muda untukku
"Pake ini". Aku meraihnya dengan menautkan alisku, apa dia gila atau bagaimana? Aku kan tidak suka warna pink. Sepertinya dia akan mengubah gaya hidupku dengan waktu yang sangat cepat
Mulai dari bahasa sehari-hari yang dia ganti jadi 'aku-kamu', memaksaku untuk berpakaian feminim seperti yang dia mau, lalu sekarang menyuruhku memakai helm berwarna menjijikan ini? Huhhftt katakan! Besok mau suruh aku berbuat hal konyol apa lagi? -_-
Dengan sangat terpaksa aku memakainya di kepalaku. Bias membawaku pulang dengan motor scoopynya yang membelah jalanan cukup ramai namun dengan santainya dia menyelip di antara mobil-mobil yang berlalu lalang. Saking sudah terbiasa kali yaak
Dia menyuruhku untuk mengeratkan peganganku di pinggangnya, tapi aku menolak dengan cara halus. Ini sih alesan buat cari kesempatan dalam kesempitan, enak di situ gak enak di saya tong!
Selama di perjalanan bias selalu mengajakku untuk berbicara, aku hanya membalas seperlunya saja. Karena aku bukan type orang yang suka banyak bicara jika sedang berkendaraan. Aku lebih suka menatap suasana di sepanjang jalanan
Tiba di jalan lalulintas, bias mematikan gas motornya karena lampu merah memaksa semua kendaraan untuk berhenti sejenak. Kebetulan saat itu juga suara adzan 'ashar berkumandang, salah satu pengendara lain berhenti di dekat kami, dia sepertinya sebaya dengan kami tapi perawakannya yang menjulang tinggi terlihat seperti bukan pelajar jika tidak memakai seragam putih-birunya. Kepalanya tertutup helm berwarna merah yang senada dengan warna motor ninja nya.
Tapi beberapa menit kemudian dia memutar balik arah motornya yang ku kira dia tidak sabar untuk menunggu lampu merah, setelah ku perhatikan dengan saksama motor itu memasuki arena masjid yang berada tak jauh dari sini. Walaupun dari kejauhan tapi aku masih dapat melihatnya dengan jelas, betapa terkejutnya aku saat melihat orang itu membuka helmnya lalu merapikan tataan rambut pirangnya dengan menggunakan jari-jari tangannya sebagai pengganti sisir.
Dia menghilang memasuki masjid setelah membuka alas kakinya bersamaan dengan motor bias yang menjauh pergi dari tempat itu.
Entah mengapa aku merasa senang bertemu dengannya lagi
Terukir senyuman tulus dari bibirku dan degup jantungku berpacu dengan cepat (lagi) seperti saat aku melihatnya sedang membaca alqur'an saat acara pensi yang ku hadiri bersama erlan-bahkan bersama bias aja gue merasa biasa-biasa aja walupun sedekat ini, tapi kenapa liat dia dari kejauhan aja jantung gue udah berdisko heboh gini?-
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescent Syndrome
Teen FictionKisah seorang gadis pindahan dari kota jakarta yang terpaksa harus mengikuti kedua orangtuanya yang di tugaskan bekerja di luar kota jakarta gadis itu harus rela meninggalkan kekasih hatinya yang baru saja belum lama menjalani kisah asmaranya yang h...