Haii hai, aku kembali..
Ini masih pov lanjutan fafa ya
Aku harap kalian enjoy sama cerita ini. Karena isinya tentang masa-masa remaja seperti aku, jadi ini murni ide imajinasiku sendiriWarning!! No copas cerita ini
Bila di antara kalian ada yang melihat plagiat di lapak orang tolong segera laporkan!Oke terima kasih, kita lanjut untuk membaca kelanjutan cerita ini. Check this out-->
⊙⊙⊙⊙⊙⊙⊙⊙
Hari ini terakhir pelaksanaan UAS di sekolahku, berhubung hari terakhir maka mata pelajarannya pun hanya dapat sisa dari jadwal mata pelajaran seperti kemarin-kemarin. Lagipula sekarang hari jum'at tidak mungkin para guru memulangkan semua muridnya di siang hari, lalu bagaimana nasib mereka yang seorang muslim? Begitupun dengan gurunya. Karena sekolah ini sekolah umum yang bebas punya agama apapun bersekolah di sini
Mengajarkan kita untuk saling bertoleransi antar non muslim dengan yang muslimAku menunggu bias untuk mengantarkanku pulang ke rumah. Tapi dua hari belakangan ini bias selalu sibuk dengan dunianya sendiri
Alasan yang sering ia gunakan adalah latihan vocal dan basket untuk bertanding setelah UAS nanti, padahal yang ku tahu dari temannya bias akhir-akhir ini sering mampir di sebuah basecamp dekat dengan warnet berkumpul bersama temannya. Sesekali mereka adu main game
Sepertinya aku akan berjalan kaki saja mencari angkutan umum di terminal sana, aku tidak ingin naik ojek karena suhu udaranya cukup panas
Baru saja berjalan sampai beberapa meter tenggorokanku sangat kering butuh penyegar dahaga menghilngkan rasa haus.
Kakiku berbelok memasuki toko es krim yang biasa ku kunjungiBerharap dia ada di sini, namun sepertinya harapan tinggalah harapan setelah aku melihat siapa pelayannya. Si kakek pemilik toko ini, raut wajahku berubah menjadi lemas
"Mau pesan berapa dik? Rasa apa?". Tanya si kakek itu dengan lembut sembari menyodorkan selembar kertas menu es krim yang tersedia di toko ini
"Satu aja, di cup yang besar. Umm rasa ini deh". Aku menunjuk es krim dengan rasa Greentea with sprankle coockies, sepertinya terlihat menggiurkan
Aku harus mencobanya. Biasanya rasa favorite es krimku tak jauh dari vanilla dan strawberry."Tunggu sebentar ya, silahkan duduk dulu". Aku mengangguk dan segera mencari tempat duduk untuk menunggu pengantrian Es krim
"Oy! Lu lagi fa". Kepalaku menengadah melihat siapa yang menepuk keras bahu kiriku, ternyata erlan. Sudah lama kami tidak bertemu padahal kelas dia di sebelahku, semenjak berpacaran dengan bias, erlan tidak lagi mengajakku bermain. Apa dia sudah tahu? Karena itu dia menghindar dariku
"Eh, lu di sini juga lan?". Kataku berbasa-basi padanya, erlan mengangguk pelan sembari menatap layar gagdetnya
"Gak sholat jum'at lu?". Tanyaku lagi
Dia hanya cengengesan seperti biasa jika di tanya tentang ibadah, persis sama sepertiku.
"Bentar dulu ah, gua mau beliin es krim dulu". Tak lama si kakek tadi menghampiriku dan membawa es krim yang ku pesan
Aku memberikan beberapa lembar uang kepadanya sebelum kakek itu kembali bekerja"Kek aku pesen es krim juga". Teriak erlan memberhentikan langkah si kakek yang hendak kembali ke tempatnya tadi
"Silahkan memesan pada mba yang satu ini ya, kakek mau bersiap-siap untuk sholat jum'at". Kakek itu menunjuk seorang kasir toko seraya tangannya di gerakkan mengisyaratkan seperti takbirotul ihram saat dia bilang akan bersiap-siap sholat jum'at
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescent Syndrome
Teen FictionKisah seorang gadis pindahan dari kota jakarta yang terpaksa harus mengikuti kedua orangtuanya yang di tugaskan bekerja di luar kota jakarta gadis itu harus rela meninggalkan kekasih hatinya yang baru saja belum lama menjalani kisah asmaranya yang h...