Bab 3

136 22 5
                                    

Tuk.

Jangan hiraukan dia Anzel.

Tuk.

Abaikan dia, Anzel.

Tuk.

Cukup, aku tidak tahan dengan tingkahnya lagi. Bisa-bisa kaca jendela kamarku pecah dilempari batu kerikil kalau dia tidak cepat-cepat berhenti.

Hanya Senna aja yang kurang kerjaan di malam minggu sampai-sampai dia mengganggu acara malam minggu tenangku.

Sreeekk...

Kubuka gorden kamarku, satu-satunya tirai pembatas antara balkon kamarku dan balkon kamarnya Senna. Kamar kita sama-sama di lantai 2, hanya berjarak jalanan komplek selebar 2 meter.

"Apaan?" tanyaku ketus.

"Hehehe, bosen... Jalan yuk," Wajah cengengesannya adalah yang pertama kali tertangkap mataku setelah membuka gorden.

"Ogah, mau bobo cantik aja di rumah," ucapku menolak ajakannya.

Malam minggu itu berarti saatnya aku dating sama mas-mas ganteng anime, atau jalan bareng sama karakter novel tercintaku. Mungkin juga makan malam romantis sama aktor Korea kesukaanku.

Tentunya dalam mimpi.

"Ai tega ya? Nanti kalo aku mati kesepian gimana?" ucapnya dengan nada memelas.

"Alay,"

Jangan heran dengan kata-katanya Senna yang kelewat alay. Dia memang selalu begitu, tapi hanya pada orang-orang tertentu saja. Orang-orang yang sudah dia ijinkan untuk masuk ke dalam lingkaran hidupnya.

Dan aku masuk dalam lingkaran itu.

"Ai," tanya Senna lagi.

"Hmm,"

"Tau Zach nggak?"

"Zach?" Ucapku pura-pura tidak tau siapa Zach itu.

Deg.

Kenapa Senna tanya padaku tentang Kak Zach, orang yang selama ini kutaksir diam-diam?

Jangan-jangan--

"Kapten basket, anak XI A1, yang tinggi itu, masa nggak tau sih?"

Iya, aku tahu. Aku tahu semua tentang dia. Nggak perlu kamu sebutin, aku juga sudah tau. Aku hanya berpura-pura tidak tahu saja.

"Kenapa?" tanyaku kepo. Senna memang terkadang bisa jadi informan yang baik buatku.

"Zach, dia bilang mau mewakili sekolah buat OSN."

Oh tidak.

Ini berita baru, Kak Zach bakalan ikut OSN. Mungkin besok aku akan mengikuti seleksinya untuk yang tingkat sekolah.

Siapa tahu aku bisa bertemu dalam satu forum kan?

Back to the topic,

"Ya terus?" 

"Dia bakalan ninggalin banyak latihan. Padahal dia kapten," kata Senna dengan sedih.

"Wakilnya kan juga ada kali Senn,"

"Tapi beda, kalo sama Zach rasanya ituu--" Aku tahu, aku tahu kalau Senna itu sangat mengidolakan Kak Zach. Senna anak tunggal dari keluarga broken home, dan dia butuh panutan.

"Kitakan juga mau ikut kejuaraan juga,"

"Ooo..."

Kalau Senna bercerita, aku menanggapinya seperti itu. Seadanya sekali. Sejujurnya, aku bukanlah tipe pendengar yang baik. Aku hanya bisa menampung, tanpa tahu harus memberi solusi seperti apa.

High School LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang