Bab 4

159 26 2
                                    

Kriiiiinggggg.....

Ahhh, akhirnya.

Setelah 90 menit aku terjebak dalam kelas yang begitu membosankan, aku bisa keluar.

Bukan apa, tapi 90 menit dengan mapel Pkn itu menjemukan. Bukan berarti aku tidak nasionalisme, namun siapa yang tidak bosan jika tiap pertemuan selalu di dongengkan pasal-pasal yang menjemukan. Belum lagi gurunya yang sepanjang pelajaran hanya menggunakan nada do terus-menerus.

Godaan yang berat untuk tidurkan?

"Anzel, ayo pulang," kata Any, sambil membereskan buku-bukunya yang sejak tadi hanya digelar di atas meja  tanpa dibaca.

"No, ada misi penting," ucapku, sambil mengetikkan SMS untuk Bunda. Mengatakan kalau hari ini aku pulang sore, ada kumpul OSN.

"Apaan?" tanya Any penasaran.
 
Dia terdiam sebentar, mengingat-ingat kembali kegiatanku akhir-akhir ini.

"OSN?" tebaknya tidak yakin.

Aku mengangguk.

"Oke, good luck. Cieee, ketemu sama pangeran," Ia menggodaku, menoel-noel kedua pipiku bersamaan.

"Apelah," kataku jengah.

"Cieee," Any tak akan pernah berhenti sebelum dia merasa puas.

"Eh, betewe. Senna gimana?" tanyanya lagi.

"Gimana apanya?"

Senna? Ada apa memangnya dengan Senna?

"Noh, ditungguin di depan kelas. Daritadi," katanya sambil menunjuk bangku panjang di koridor -tempat Senna duduk.

"Hah?!"

Oh tidak. Aku lupa.

Buru-buru aku beranjak, berlari ke tempat Senna duduk, "Sennn, Senna akuuu--"

"Udah selesaikan? Ayo pulang, hari ini aku nggak latihan kok,"
Senna berdiri, beranjak dari duduknya. Menepuk-nepuk sebentar celana abu-abunya yang sedikit kotor.

"Ehemm, Senna. Aku lupa kasih tahu kamu, kemarin aku ditawarin ikut OSN, terus aku terima." Aku berusaha menjelaskan pelan-pelan.

Semoga Senna tidak tersinggung.

"Tuh, bagus."

"Hari ini kumpul," ucapku sedikit tak enak.

"O, makanya hari ini Zach bilang nggak bisa dateng. Jadi OSN ya?" Senna mengangguk-angguk mengerti.

Aku hanya bisa tersenyum, sedikit tak enak.

"Ikut apaan Ai?" tanya Senna.

"Fisika," jawabku pelan.

"Astaga, tu kepala yakin nggak gosong?" Senna sedikit mencemooh.

Aku tahu Senna nggak suka sama Fisika. Atau lebih tepatnya mapel eksak. Aku tahu sekali Senna.

Aku tahu Senna suka sekali dengan es krim Oreo, aku tahu Senna benci kecoa, aku tahu Senna pintar berenang, aku tahu Senna nggak bisa nari, aku tahu---

Aku tau Senna. Semuanya.

"Eh, berarti bareng sama Zach ya?"

Senna, dia tak pernah memanggil orang yang sedikit sepantaran dengan embel-embel. Senna kelas sepuluh, Kak Zach kelas sebelas, tapi Senna tak memanggilnya 'kak'.

"Mungkin? Aku belum tau pastinya,"

Kami terdiam cukup lama.

"Gimana? Aku tungguin?" Senna menawarkan bantuan. Dia memang selalu seperti itu

High School LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang