Bab 6

162 12 10
                                    

TERLAMBAT.

Adakah yang lebih menyebalkan dari ini?

Reputasiku sebagai siswa rajin tercoreng hanya karena insomnia -sialan- tadi malam. Tidur di jam 2 dini hari, kemudian bangun jam 6 lebih 15 menit.

Sedangkan sekolah masuk pukul 06.45.

Hebat kan?

"Anzeliya, ini sudah yang keberapa kalinya kamu terlambat?"

"Baru dua kali Bu," ujarku sambil meringis.

"Dua kali?" Kali ini Bu Tatik yang mengerutkan kening.

"Ya kan saya anak baik-baik Bu. Biasanya juga rajin ngerjain PR, nggak pernah melanggar peraturan, sopan sama guru, baik sa--"

"Ah, sudah! Saya tidak peduli." kata Bu Tatik mengibas-ngibaskan telapak tangannya di depan mukaku.

"Bu, saya bebas hukuman kan?" tanyaku setengah berharap.

Oh ayolah, Bu Tatik ini terkenal mengerikan dalam memberikan hukuman.

"Tidak," jawabnya sambil terus menggelengkan kepala.

"Bu," kataku memohon.

"Bersihkan lapangan sepak bola di belakang sekolah." kata Bu Tatik tegas. Titahnya sudah keluar. Mau tidak mau aku harus melakukannya.

Oh. Tidak!

Neraka sudah di depan mata.

Lapangan futsal belakang sekolah memang tidak terlalu luas. Tapi, lapangan itu di tumbuh rumput, yang menyebalkan adalah aku harus membersihkan lapangan itu dari sampah-sampah yang kebanyakan adalah bungkus permen.

Line!

Suara cempreng Cony diikuti getaran hape di kantong jaketku menghentikan gerutuanku seketika.

SennaAnggara
Ai

Ahh, Senna ya?
Aku harus balas apa ya?

AnzeliyaZhafa
Sen, aku di lapangan belakang.

Baru saja aku mau memasukkan hapeku ke kantong jaket sebuah notifikasi line menghentikanku.

SennaAnggara
Ngapain?

AnzeliyaZhafa
Medusanya ngamuk, :"

Yah, salahku juga sih sebenarnya. Tahu tidak kuat kalau minum kopi tapi di paksakan.

Insomnia deh jadinya.

"Loh, Senn? Ngapain?" tanyaku saat melihat Senna sedang berdiri di pinggiran lapangan, kakinya menendang kerikil kecil diikuti senandung pelan dari mulutnya.

"Lah, tadi nge-line katanya kamu di lapangan belakang. Aku samperin deh," Senna tertawa, matanya menyipit diikuti lelehan keringat di keningnya. Matahari pagi ini bersinar sangat cerah.

Aku mengerutkan kening

"Kamu emang nggak pelajaran?" tanyaku.

"Bodo' amat. Pelajarannya aja ngebosenin. Fisika."

"Gimana nilainya nggak merah terus kalau tiap pelajaran bolos mulu," ujarku.

"Ah, udahlah Ai. Sini aku bantuin biar cepet selesai." ucap Senna sambil menggandeng tanganku.

"Eh, tapi--" ucapku menahan kelakuan Senna.

Aku tahu Senna akan ikhlas membantuku, tapi tetap saja tidak enak. Lagipula, ini hukumanku, karena kesalahanku juga.

High School LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang