Bab 5

157 24 8
                                    

"Gimana kemarin sama do'i?" tanya Any sambil menyuruput es jeruk, minuman paling mainstream di kantin sekolah.

Aku menatap Any sebentar, lalu balik mengaduk-aduk nasi goreng di piringku. Nafsu makanku seakan hilang di terbangkan angin.

Padahal aku tidak tahu sebabnya.

"Ya, ya biasalah. Lagipula, kemarin cuman baru kenalan, belum materi ataupun diskusi," tuturku pelan.

"Ngapain sok-sokan pake kenalan, kamu aja udah ngerti semuanya. Bahkan hari ini dia bakal ngapain aja udah tau. Ya kan?"

"Sembarangan," kataku mendengus pelan. Kata-katanya Any terasa sedikit sarkas di telingaku.

"Tapi bener kan?"

"Hem," Aku mengangguk malas.

"Terus, terus, anggotanya siapa lagi?"

"Mas Ang, sama Kak Selly." jawabku malas.

"Eh serius? Mas Ang? Adimas Angkasa?"

"Iya, kamu tau?"

"Taulah ya, orang satu sekolah juga tau. Anak XI A1 kan? Sahabatnya si Zach. Cogan dari klub judo," kata Any menggebu-gebu.

Any memang anggota inti tim basket putri sekolahku, tapi bukan berarti dia tidak tahu eskul-eskul lain. Mulai dari judo sampai KIR, setiap ada cowok ganteng dia pasti tahu.

"Judo?" aku bergumam pada diriku sendiri.

Judo, salah satu ekstrakulikuler yang kerap kali aku curi-curi kesempatan untuk melihat suasana saat mereka latihan.

Tentu saja, karena Kak Zach juga ikut di klub itu.

Judo dan basket.

Kombinasi yang bagus kan?

"Kok aku baru tau?" tanyaku sedikit lebih keras, tapi lebih bertanya pada diriku sendiri.

"Kamu aja yang matanya udah ketutupan sama si Zach itu," ucap Any lagi.

"Any, jangan mulai lagi ya,"

Any.

Dia memang terkadang mendukung sikapmu yang naksir diam-diam dengan Kak Zach. Namun tak jarang, dia juga mencemooh dan mencelaku saat aku sedang merasa 'diatas awan'.

Kamu kadang terlalu bodoh karena cinta Zel. Itu kata-kata yang sering kali diucapkan Any ketika dia sedang tidak suka dengan sikapku.

Tapi, cinta memang mengubah seseorang menjadi bodohkan?

"Lagipula, apa yang kamu suka dari si Zach itu sih?" kata Any melanjutkan.

"Well, dia perfect bagiku," balasku dengan mantap.

Ya, Kak Zach memang sosok sempurna untukku. Sosok yang sering kali aku lihat di drama, atau dongeng-dongeng princess kini benar-benar ada dalam kehidupan nyataku.

Bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta?

"Di dunia ini nggak ada yang perfect Zel. Kalau dia tampak sempurna, aku malah takut kalau dia menyimpan rahasia yang sangat besar." ucap Any lagi. Kali ini dengan nadanya yang serius.

Aku jadi merasa takut.

Takut kalau yang dikatakan Any itu benar.

"Ahhh, enggaklah." Aku ingin berucap dengan lantang, kalau Kak Zach tidak seperti itu. Namun, suara yang aku keluarkan menciut, seakan-akan menegaskan bahwa aku juga takut. Kalau semua itu benar.

"Seriusan Zel,"

"Kamu kebanyakan nonton drama," Kali ini aku coba mengelak. Mungkin dengan kata-kata 'drama' Any bisa teralihkan perhatiannya.

High School LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang