Semester baru, semangat baru!
Kalimat itulah yang terus kuteriakkan didalam hati saat melangkah keluar rumah.
Sebentar lagi aku akan ikut hidup bersama ayah dan ibu di Sydney. Membayangkannya saja sudah membuat senyumku mengembang.
Tapi bukan berarti selama ini aku tidak bahagia, dari awal sekolah sampai di tingkat akhir ini aku tinggal bersama gadis yang paling cantik diseluruh dunia setelah ibuku tentunya, bibiku.Walau ia kupanggil bibi, namun sebenarnya dia masih lajang.
Tampilannya yang lebih terlihat seperti anak remaja itu, membuatnya selalu dikejar banyak laki-laki yang jauh dibawah umurnya--yang sudah menginjak 30 tahun.Gadis dengan penampilan layaknya model papan atas itulah yang mengurus semua keperluanku sehari-hari. Semuanya terasa sangat menyenangkan, seperti hidup bersama seorang kakak yang pengertian.
***
"Jian!"
Aku berbalik, mendengar seseorang memanggil namaku dari belakang.
"Ah, kau Hae. Cepatlah!" aku melambaikan tangan memintanya lebih cepat.
Gadis berambut keriting kecoklatan itu berhenti disampingku dengan tangan yang memegang kedua lututnya, mengatur napas.
Ia kembali menegakkan tubuh pendeknya dan mendongak menatapku. "Hah, aku penasaran. Apa kita sekelas lagi?"
Aku hanya menaikkan kedua bahuku, menandakan aku tidak tahu.
Aku juga penasaran siapa saja teman baru yang kudapatkan ditingkat akhir ini.Kami melangkah menaiki tangga untuk sampai pada kelas dilantai teratas. Kelas tingkat akhir dibagi menjadi enam kelas dan kami masih harus memeriksa nama kami pada papan pemberitahuan.
"Hei, Ji!"
"Ya?"
"Eh, maaf. Aku memanggil temanku." ujar laki-laki bertubuh tinggi itu dan menunjuk seseorang yang sedang berjalan kearah kami.
Sial!
"O-Oh, tidak apa." sahutku.
Memalukan sekali!Laki-laki itu tersenyum singkat dan berlari kearah temannya yang juga memiliki dua huruf yang sama denganku.
Bisa kulihat mereka tertawa disana dan memasuki salah satu kelas.Shit! Apa mereka baru saja menertawakanku?!
"Ji."
Aku tidak menjawab, berjaga-jaga jika bukan namaku yang dipanggil.
"Hei, Ji!" aku tersentak saat tangan yang dihiasi kuku-kuku kotor itu menepuk pundakku.
"Astaga, kau tuli, Ji?"
"Tentu saja tidak, jadi apa kita sekelas?"
Gadis berkacamata dengan bentuk lingkaran itu menunjukkan wajah sedih nan gelisahnya, biar kutebak.
"Kita tidak sekelas bukan?
Sudahlah, kita akan tetap menjadi teman. Tidak usah takut.
Kita bisa bertemu saat jam istirahat." ujarku, menepuk-nepuk kedua pundaknya."Kau bisa berkata begitu, karena kau sangat mudah mendapatkan teman.
Tapi bagaimana dengan gadis sepertiku?
Bagaimana jika mereka jahat padaku seperti tahun-tahun sebelumnya?
Aku hanya merasa damai saat bisa sekelas denganmu, Ji." rengek gadis dengan pipi yang dihiasi bintik-bintik merah itu.Aku memutar bola mata, "Oh astaga, Lee Hae Ra, kita masih berada dilantai yang sama. Kau bisa mengunjungi kelasku kapanpun. Kapanpun." ujarku dengan banyak penekanan.
Akhirnya gadis itu mengangguk dan aku bernapas lega.
Sangat sulit untuk membuat gadis ini mengerti sesuatu."Baiklah, dan dimana kelasku?"
"Diujung sana." tunjuk Haera.
"Okay, so... Where's your class?"
Dia memutar tubuhnya, "Disana." dan menunjuk kelas yang juga berada diujung pada sisi lain.
Well, cukup jauh.
Aku menatap wajahnya dan dia melengkungkan bibirnya kearah bawah.
Baru satu tahun aku berteman dengannya, tapi dia sudah seperti anjing kecil yang selalu mengikutiku.
Dan aku juga cukup takut jika terpisah dengannya. Takut, jika Hae tidak bisa meradaptasi dikelasnya.Hah, aku benar-benar seperti seorang kakak disini. Padahal aku adalah anak bungsu dikeluargaku.
Aku menepis pikiran negatifku, dia sudah cukup lama berteman denganku, setidaknya aku sudah mengajarinya sedikit bagaimana cara mendapatkan banyak teman.
"Ayo, masuk. Sebentar lagi sudah bel." desakku, memutar tubuh pendeknya dan mendorong pelan.
Haera kembali berbalik, hampir menangis.
Oh astaga, jangan jadikan pagi hari yang cerah ini menjadi latar belakang dari sebuah kisah mellow.
"Good luck! Just smile like this!" aku memberikan senyuman lebarku.
Dia tersenyum paksa dan menggerakkan kepalan tangannya, "Hwating!" desisnya.
"Semangat!!" seruku ditengah koridor yang dilewati pelajar yang lain.
Aku berbalik, menuju kelas baruku.
Oh, Hell.
Banyak sekali wajah asing disini!
Hah, tenanglah. It's so easy.
Seorang Lordfein tidak perlu waktu lama untuk mendapatkan banyak teman.Oh, hei... Aku mendapatkan bangku terbaik!
Dibagian pojok belakang, dengan jendela disampingnya. Perfect!Namun disaat langkahku hampir sampai didepan meja, ada seorang laki-laki yang datang entah dari alam mana, merampas bangku itu dariku.
Oh Man, Holy Shit!
Meja sempurnaku direbut oleh kepala jeruk sialan itu!
Entah kenapa dia benar-benar terlihat menyebalkan.
Kau tahu apa yang menyebalkan darinya, dari ujung rambut jingga itu sampai sepatu kuning yang dia gunakan.Semuanya!
>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Double JI ¦ Hiatus
FanfictionJi An Lordfein, gadis dengan mata indah bercorak hijau zamrud yang memancarkan keceriaan dan keberanian itu harus selalu berurusan dengan pria berambut jingga "Sang Penguasa Kelas", Park Jimin. Dan tanpa sadar mereka berkerjasama untuk menuntaskan b...