-01-

1.3K 143 17
                                    

Sang Kepala Jeruk & Si Mata Bulat




"Hei kau!"




Gadis yang merasa dipanggil menegakkan kepalanya yang sebelumnya ia letakkan diatas meja.

Apalagi mau laki-laki ini, batinnya.

Yang memanggilnya hanya tersenyum miring, melipat kedua tangannya didepan dada.

Lelaki berambut jingga itu melangkah menuju mejanya dan mengambil tas hitam milik gadis itu, melemparkannya hingga terhempas dipapan tulis. "Pindah!"

Gadis berambut hitam yang sejak tadi duduk dengan nyaman dibangku--yang dia pikir sudah menjadi miliknya itu membulatkan matanya yang sudah bulat.

Ia berdiri dengan tegaknya didepan laki-laki yang baginya sangat menjengkelkan itu, "Astaga, Tuan kepala jeruk, kau pikir apa yang kau lakukan dengan melempar tasku kedepan?" celetuknya dengan wajah menantang.

Rahang lelaki yang disebutnya kepala jeruk itu mengeras, tangannya mengepal.

Dia perempuan, Jimin. Perempuan!, teriaknya didalam hati.
Berusaha menahan tangannya untuk tidak menyangkul mata hijau zamrud itu keluar dari tempatnya.

"Aku ketua kelas! Semuanya ada dibawah kendaliku, dan sekarang aku menyuruhmu untuk pindah dari mejaku!"

"Mejamu? Hello... Ini mejaku!"

"Hah, kau ini menyebalkan sekali.
Aku yang pertama menduduki kursi ini dan kau berkata ini milikmu?!" Jimin mendesah kesal.

"Memang benar kau yang mendudukinya pertama kali, tapi aku yang melihatnya duluan!"

Jimin menarik napas panjang dan menghembuskannya keras, "Itu urusanmu! Menyingkirlah!"

Lelaki itu mendorong keras tubuh Jian kesamping, menjauhkannya dari bangku yang menjadi perebutan itu.

"Lihat? Sekarang bangku ini resmi menjadi milikku!
Park Jimin, ketua kelas." serunya dengan bangga. Membiarkan Jian mendesis dan menghentakkan kakinya kesal.

"Sialan!"

"Kau yang sialan! Gadis sialan!"

"Kepala jeruk brengsek!"

"Mata bulat tidak tahu malu!"

Wajah gadis itu memerah, bukan karena malu tapi karena darahnya terasa mendidih didalam kepala.
Dadanya naik turun. Menandakan gadis keturunan Australia-Korea itu sedang marah.

Dia mengepalkan kedua tangan, menatap laki-laki yang duduk didepannya, "Kau... Hah, terserah!"

Tenanglah, ini awal semester. Jangan membuat masalah lagi, Jian.

Sepasang mata sipit mengokori punggung gadis itu terus-menerus hingga duduk menggantikannya dibangku depan. Dan kedua sudut bibirnya mengembang, melihat kemenangan pertamanya.

Jangan menyesal, karena ini baru saja dimulai.

***

"Jian, hai!"

"Oh, Hae. Sini."

Gadis pendek, berambut keriting, dengan kacamata dan bintik-bintik merah kecil yang menempel pada wajahnya itu berlari kecil memasuki kelas yang tengah ramai tanpa adanya guru.

Double JI ¦ HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang