>
"Hoam..."
"Astaga, jam berapa kau tidur semalam?"
"Em? Mungkin jam 1, bi."
"Jam 1?!" seru perempuan yang tengah mengoleskan selai coklat pada roti keponakannya.
Gadis itu hanya terus membuka lebar mulut dan menutup rapat kedua matanya. "Hoam... Ah, aku sangat mengantuk."
"Salahmu sendiri, kenapa jadi begadang semalam?"
"Aku tidak bisa tidur jika sedang kesal, bi.
Hah, dan semua itu gara-gara kepala jeruk brengsek.""Hei, Jian! Mulutmu." bentak bibi, dengan pisau kecil yang diarahkan kepada gadis diseberangnya.
Jian membuka lebar matanya, "Aku tahu, maaf." balasnya, menggeser tangan bibinya.
"Ck, anak jaman sekarang. Cara bicaranya tidak ada yang benar." ujarnya menggeleng-geleng.
Jian mengangguk-angguk, "Iya, bi. Padahal disaat bibi masih gadis dulu, pasti semua orang sangat sopan, bukan?" ejek Jian, sambil menahan tawa.
Bibinya mengangguk, masih belum menyaring kata-kata Jian dengan benar. "Eh! Apa katamu?! Aku masih gadis sampai sekarang, bodoh!"
Dengan cepat Jian membawa dua potong roti diatas piring dengan bibirnya, dan memakai tasnya sebelum mengambil seribu langkah untuk menjauh dari bibinya yang sedang mengamuk.
"Aku berangkat, bibi yang cantik!" teriak Jian dari luar rumah. Dan dijawab dengan berbagai umpatan dari wanita didalam rumah.
"Hah, padahal sendirinya sering bicara kasar. Dasar bibi tak laku." umpat gadis dengan rambut hitam yang ia uraikan dan mulut mengunyah roti, melangkah menuju halte bus.
Halte bus didekat rumahnya, memang selalu ramai. Dengan beberapa orang memakai jas kantoran dan anak-anak dari sekolah yang berbeda.
"Aish... Gara-gara kesiangan, aku sampai lupa mengikat rambutku. Sial." ketus gadis itu, memegang rambutnya yang sejak tadi terus tertiup angin dengan kedua tangan.
Setelah 3 menit menunggu, akhirnya bus putih itu datang. Semua orang naik tak terkecuali Jian yang sedari tadi terus menguap.
Ia duduk disalah satu kursi, "Hah, aku benar-benar mengantuk." gumamnya dan memejamkan mata.
"Permisi..."
"Permisi..." desis laki-laki yang terus mengoyangkan lengan Jian dengan lembut.
"Ah, 5 menit, bi." balas Jian sambil menangkis tangan laki-laki dengan mata bulat hitam itu.
"Permisi, kau sudah sampai.
Bangunlah." bisik lelaki itu ditelinga Jian. Membuat gadis itu tersentak, terbangun dengan cepat.Wajah dua manusia yang berbeda jenis kelamin itu berada sangat dekat, bahkan hembusan napas saling berhembusan menerpa wajah mereka satu sama lain.
"Tampan." tanpa disadari bibir merah jambu milik gadis itu berucap.
"Huh?"
"A-Ah! Maaf!
Te-Terimakasih sudah membangunkanku."Jian bergerak dengan cepat turun dari bus tanpa melirik laki-laki berwajah pangeran keturunan Ratu Cleopatra itu.
Jian menghembuskan napasnya yang sejak tadi tersekat saat bus sudah meninggalkannya didepan gerbang sekolah.
Apa ini? Aku sampai lupa bagaimana cara bernapas!, teriaknya didalam hati.
"Hei, Ji!
Wah, kau hampir telat juga ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Double JI ¦ Hiatus
FanfictionJi An Lordfein, gadis dengan mata indah bercorak hijau zamrud yang memancarkan keceriaan dan keberanian itu harus selalu berurusan dengan pria berambut jingga "Sang Penguasa Kelas", Park Jimin. Dan tanpa sadar mereka berkerjasama untuk menuntaskan b...