-03-

829 97 14
                                    

>

"Hei! Mata bulat!"

Kapan laki-laki itu akan berhenti bernapas?, desah Jian didalam hati.

Ia menoleh pada laki-laki yang berdiri tegak dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi itu, memegang sapu lantai yang beberapa menit lalu ia jadikan selayaknya pedang untuk menjahili sang pangeran tidur--Sungjae yang berbaring didepan kelas.
Konyol sekali. Mereka berdua jelas sekali sangat konyol.

"Kau tidak tahu apa tugasmu?" lelaki berambut jingga itu kembali berteriak ditengah kelas yang mulai ditinggalkan oleh satu persatu pelajar.

Jian menaikkan kedua alisnya menatap laki-laki yang mulai melangkah menuju mejanya.
Gadis dengan rambut hitam diikat menyamping itu menghentikan gerakan tangannya yang ingin memasukkan buku-buku kedalam tas.




"Kau mendapat tugas piket hari ini!" teriak Jimin, mengetuk meja gadis dengan wajah datar itu menggunakan sapunya cukup keras.

Jian tersenyum sekilas, "Aku sudah membersihkan kelas tadi pagi, jadi sekarang giliranmu!" balasnya, menunjuk Jimin dengan geram.

Namun lelaki itu hanya tertawa renyah, "Aku tidak salah dengar?
Sang ketua kelas, kau suruh untuk membersihkan kelas seperti ibu-ibu?" ia menggerakkan jari telunjuknya, "No no no... Aku akan pulang, dan kau!
Bersihkan kelas sampai bersih tanpa kotoran sedikitpun. Okay?"




Urat-urat pada pelipis milik gadis itu terasa ingin putus detik ini juga, bersamaan dengan otaknya yang tengah mendidih akibat ucapan dari bibir milik manusia ter-sialan didepannya ini.

Jian mencoba mengatur napasnya sebaik mungkin, berusaha tidak mengeluarkan makian terkasar dari mulutnya.
"Hah, sini. Berikan sapunya."

Sahutan gadis itu sedikit memberikan efek yang tidak biasa bagi Jimin, kedua alis milik laki-laki itu terangkat naik.
Ia bingung, bagaimana gadis sekeras batu itu bisa lunak secepat ini?

Ini aneh, tapi...
Untuk apa aku peduli?, batin Jimin.

"Ini, bersihkan semuanya wahai mata bulat." ujar Jimin, memberikan sapu ditangannya kepada Jian. "Baiklah, aku akan pulang." lanjutnya setelah gadis itu mulai bergerak membersihkan kelas.

Jimin melangkah mengambil tasnya serta tas milik sahabatnya yang masih tertidur pulas didepan kelas.





Jimin terkekeh pelan mengingat hukuman yang diberikan oleh Pak Kang pada sahabatnya itu.
Ya, mata pelajaran Pak Kang adalah matematika dan cara bicaranya yang seperti lantunan lagu ninabobo seakan memberikan kekuatan tersendiri supaya muridnya terhindar dari insomnia.

Namun walaupun seperti itu, ia tidak pernah memberikan toleransi kepada satu muridpun yang tertidur disaat dia mengajar.
Dan contohkan saja laki-laki tampan yang berbaring didepan kelas itu, dia sempat tertidur saat pelajaran berlangsung dengan suara dengkuran yang mungkin terdengar sampai ke Planet Jupiter sana.

Mirisnya, ia dibangunkan dengan cara ditendang dan mendapat hukuman untuk tidur didepan kelas.
Namun seorang Yook Sungjae yang urat malunya sudah lama terputus itu dengan senang hati berbaring dilantai tanpa alas.
Jenius sekali.





"Jae! Bangun, tolol!
Sungjae!!"

"Eengghh?" tendangan Jimin, benar-benar ampuh untuk membangunkan lelaki ini.
Terlebih lagi jika tendangannya terfokus pada pantat Sungjae.

"Bangun! Kau ingin menginap disini?
Menemani si mata bulat itu?" ucap Jimin, melirik gadis yang tengah berkonsentrasi menyapu itu dengan ujung matanya.

Double JI ¦ HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang