-05-

1.3K 119 34
                                    

>

"Bibi!"

"Bibi!"

"Aish, kemana dia?" kuhentakkan kakiku sebelum menendang pintu dapur.

Sarapan, uang jajan, dan keberadaannya, tiba-tiba saja menghilang dari rumah yang sudah kami tinggali selama 2 tahun lebih.

Nihil, dia juga tidak berada didapur.
Kemana wanitaㅡah, gadis 30 tahun itu berada sekarang?
Aku lapar, seingatku kemarin roti di kulkas sudah habis. Apa yang harus kumakan hari ini?
Sialnya lagi, hari ini ada jadwal pelajaran olahraga bersama Pak Jang.

"Hah," aku mendesah untuk sekian kalinya, menyeret kaki serta tubuh dengan perut laparku mendekati kulkas, mungkin saja ada remah-remah roti atau kentang.




Dan kepalaku mulai berdenyut, saat menemukan secarik kertas yang menempel dipintu kulkas.

Aku ada klien hari ini.
Rayulah kakakmu untuk mengirimkan uang.
Kau harus ingat, ini akhir bulan!

-Beauty Goo

Apa-apaan ini?
Dia memintaku merayu siapa?
Merayu kakakku?

Dia gila, bibiku sudah gila.

Bagaimana bisa aku meminta laki-laki 22 tahun itu untuk mengirimkan aku uang?
Dia bahkan masih menghabiskan masa mudanya untuk bersekolah pada salah satu kampus ternama di kota New York.

Dia bahkan rela terus diawasi oleh kakek disana.

Ck, apa tidak ada cara lain?

Wanita itu dengan seenak perutnya, meninggalkanku dan menyelesaikan pekerjaannya sebagai pengacara tanpa memikirkan keponakannya yang manis ini makan atau tidak.




Kuremas kertas putih dengan coretan tangan itu dan melemparkannya dengan tepat memasuki tempat sampah yang berada di sudut dapur.
Tanganku beralih membuka kulkas.
Tepat sekali, hanya ada sekitar lima belas kaleng coke, beberapa bungkus keripik, lima botol susu, dan berbagai buah didalam mangkuk.

Baiklah, mungkin aku bisa makan buah dan minum dengan susu.

***

Jian menghentakkan kaki cantiknya masuk ke dalam bus, kepalanya berputar mencari sosok laki-laki berambut hitam yang terakhir kali ia lihat seminggu yang lalu.

"Hah, tidak ada." dengusnya.

Ya, Jian ingin sekali bertemu dengan pangeran itu lagi.
Jika bisa, ia ingin menanyakan dimana laki-laki itu bersekolah karena seragamnya jarang sekali Jian lihat dan juga dimana alamat rumahnya.
Atau yang lebih penting dari semua itu adalah namanya.




Jian meletakkan tubuh lemasnya pada salah satu kursi dan menikmati pemandangan kota Seoul di pagi hari dari kaca jendela.
Sampai bus berhenti pada salah satu halte, dan mendapatkan satu penumpang--yang sepertinya orang yang tidak asing bagi Jian.

Dia! Itu dia!

"Oh? Hai!" laki-laki itu melambaikan tangan dan bergerak dengan cepat duduk disebelah gadis yang tengah menatap kedatangannya tanpa berkedip.

Jian tersentak dan tiba-tiba saja menjadi gugup, "H-Hai,"

Pria itu tersenyum hangat, memperbaiki rambut hitamnya yang sedikit berantakan.
"Kau tidak tidur lagi?"

"Huh?"

Laki-laki yang duduk disisi kanannya terkekeh, "Bukankah pertama kali kita bertemu, kau sedang tidur dengan nyenyak disini?"

Double JI ¦ HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang