14

138 14 15
                                    

Pagi ini aku pergi ke kampus lebih awal karena aku tidak ingin melihat wajah'nya' lagi. Aku pikir aku datang sangat awal karena kelasku akan dimulai pukul 09.00 pagi dan sekarang masih pukul 07.00 pagi, aku memutuskan untuk pergi ke halaman belakang kampus.

"Good morning nona!" Sapa seseorang yang suaranya sangat keras.

Refleks, aku kaget dan langsung mendongakkan kepalaku menuju sumber suara.

"Hey! Apa kau sengaja ingin membuatku jantungan, Tuan blonde?!" Aku menatap orang itu dengan tatapan yang membunuh. Yang ditatap hanya tertawa sambil memegangi perutnya.

Sial!

Aku memutar bola mataku dan kembali fokus pada novelku.

"Aku hanya bercanda, Ash. Hahaha" Kata pria berambut blonde yang kini sudah duduk disampingku. "Novel apa itu? Kelihatannya seru sekali."

Aku tidak bergeming.

"Apakah novel itu lebih seru dibandikan aku? Huh!"

Aku menatapnya malas. "Bisakah kau diam, Ni?" Ya, Niall.

"Tidak."

"Kau sedang apa disini? Ingin menggangguku?"

"Sedang menjaga peri kecil-ku hahaha.."

Aku memutarkan bola mataku malas.

Tapi tunggu,

Apa dia bilang tadi?

Peri kecil-ku?

Atau jangan jangan dia itu..

Aku menatapnya lagi dari atas sampai bawah.

"Mengapa kau melihatku seperti itu? Aku tau aku tampan." Dengan kepercayaan diri yang cukup tinggi, ia berkata seperti itu.

"Menjijikan." Gumamku pelan. Bilang aku ini munafik, karena kuakui ia memang sangat tampan. Bahkan aku pernah menyukainya sebelum aku menyukai pria berambut keriting itu.

"Apa kau bilang tadi? Menjijikan?" Ia menaikan sebelah alisnya.

"Ya, me— hahahhahaha.. cu.. hahahahhahaha.. cukup Niall hahhahaha cukup hahahaha.."

"Katakan bahwa aku ini sangat tampan, baru aku berhenti mengetikimu,"

"Pemak hahahahaha saan hahahahaha"

"Ok, kalau begitu kita lihat sampai kapan kau bertahan hahahahaha." Tawa jahatnya mulai berkumandang. Hhh~

"Baiklah, baiklah hahhaa hentikan duluu hahahaha" Niall menghentikan kelitikan laknatnya itu.

"Lalu?" Ia menatapku tajam dihiasi senyuman miring di bibirnya.

Bahkan, saat kau bergaya tengil saja masih terlihat tampan, Ni. Bantiku.

"Kenapa kau diam? Cepat bilang" Rupanya pria ini sungguh tak sabar.

"Aku akui kalau Niall James Horan adalah pria paling tampan."

"Apa aku tidak dengar?" Ia mendekatkan kupingnya.

Rasanya ingin ku tarik saja kupingnya.

"Kau terlalu budek, Ni." Kataku malas.

"Oh! Kau mau aku ke—" ia sudah menyiapkan ancang-ancang untuk mengelitikiku lagi.

"Tidak, tidak, tidak." Aku cepat-cepat memotong perkataannya itu.

"BAIK. KU AKUI KALAU NIALL JAMES HORAN ADALAH PRIA YANG PALING TAMPAN. PUAS KAU?" Aku berteriak dikupingnya.

"Good job, nona." Ia mengedipkan sebelah matanya ke arahku.

Ayolah, aku sudah melupakanmu.

Tapi, aku jadi tak yakin jika aku sudah melupakanmu, bodoh.

"Hari ini kau tidak berangkat dengan Harry?" Tanyanya terus terang yang membuat ekspresi wajahku berubah seketika.

"Aku sudah putus dengannya." Jawabku dengan pandangan lurus.

"Kenapa? Bukannya kau sangat mencintainya? Bukannya kau selalu membangga-banggakannya? Bukannya kau sangat mempercayainya?"

Skakmat.

Membisu, menahan air mataku.

"Kenapa kau diam?" Tanyanya memastikan.

"Haruskah kau bertanya seperti itu?" Aku kembali menatapnya.

"Tidak masalah jika kau tak menjawab, aku hanya heran saja kenapa kalian putus," Seperti ada
tatapan senang di dalam sana, seperti ada tatapan penuh harapan didalam sana.

"Kalian itukan seperti pizza dan toppingnya, jadi saling melengkapi. Tapi jika tidak ada toppingnya aku tetap suka hehe.." Sambungnya sambil menggaruk tengkuknya.

"Kalau aku denganmu seperti apa?" Tanyaku sambil memberikan senyuman manis untuknya. Ini bukan modusan anak jaman.

"Hah?!"

Ekspresimu menggemaskan sekali Mr. Horan.

"Hahaha! Tidak perlu kaget seperti itu, Ni, aku hanya bercanda hahaha."

"Aku pikir kau serius. Kalau serius aku akan menjawab seperti matahari dan bulan saat gerhana, terlihat bersama tetapi tidakdiizinkan untuk bersatu karena alam hanya mengizinkan aku dan kau bersama untuk sesaat." Ujarnya pelan tetapi aku dapat mendengarnya.

Jujur, rasanya aku seperti es yang dipanaskan sekarang. Meleleh cuy!

"Kau bilang apa tadi? Bisa kau ulangi? Aku tidak mendengarnya." Tanyaku pura-pura tidak mendengarnya.

"Tidak. Tadi aku memberitahumu kalau ada nandos yang berjalan didepan aku dan kau tadi." Mengalihkan pembicaraan rupanya.

Apa susahnya berkata 'KITA'?

"Alasan terbodoh yang pernah kudengar."

"Hehe.. sepertinya aku lapar, kau lapar juga tidak? Ingin ke kantin bersamaku? Tidak ada penolakkan, cabss!" Tanpa aba-aba ia menarik tanganku.

Wahai jantung, kau harus bisa mengontrol detakmu.

--

MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang