epilog

156 13 4
                                    

06.55

1 new message

Nialler Horanos: Morning nona Nandos sayang ;*

07.00

Ashley: Abangku sayang gak pulang-pulang.

Nialler Horanos: Ini abang udah pulang, neng, sini abang belai.

Ashley: Eh najis.

Nialler Horanos: Bilang saja kau mau, Ash ;p

Ashley: SHUT UP!

Nialler Horanos: Hahaha. Btw, kau tidak mau membukakanku pintu?

Ashley: Ha?

Nialler Horanos: Dari tadi aku didepan rumahmu, bodoh.

Ashley: Jangan bercanda, sinting.

Nialler Horanos: Ha? Si kriting? Oh rupanya kau belum bisa melupakannya HAHAHAHA.

Ashley: DAMN!

Nialler Horanos: Cepat bukakan pintu atau nandosnya aku yang makan sendiri.

Aku bergegas untuk keluar rumah memastikan apakah Niall benar ada didepan rumahku atau tidak, umm.. sebenarnya lebih ke nandosnya sih hehe.

Aku disambut dengan sebuah jitakkan, "Lama sekali kau."

"Sakit, bodoh!" Aku balik menjitaknya. "Lagi pula siapa suruh kau ke rumahku?!" sambungku.

"Hatiku yang menyuruh ku untuk ke rumahmu."

"Siapapun aku tak peduli, tapi.. OH! Lihatlah! My baby sudah ke dinginan diluar, mari kita masuk sayang," Ucapku kepada sang nandos yang berada di genggaman Niall lalu aku merebutnya dan membawanya masuk.

"Aku cemburu, bodoh!" Umpat Niall sambil mengikutiku masuk.

Aku duduk di kursi yang berada di meja makan diikuti dengan Niall. Aku mulai melahapnya tanpa meperdulikan orang yang berada disebelahku ini. Aku bisa merasakan kalau ia sedang melihatku menyantap nandos ini, bisa kupastikan dia sedang ngiler sekarang HAHAHA.

"Ash," Panggil wanita paruh baya yang  sudah berada didepanku dan Niall.

"Hey, mam." Sapaku.

"Hallo, tante." Sapa Niall lalu mencium tangan mamaku.

Pagi-pagi saja mamaku sudah menang banyak.

"Siapa namamu, nak?" Tanya mama kepada Niall.

"Niall James Horan." Jawabnya.

"Oh, jadi ini yang bernama Niall." Mama mulai mengoreksi dari atas sampai bawah penampilan Niall. "Kamu pintar juga, Ash, mencari lelaki."

Aku mengalihkan pandanganku kearah mama dan Niall, "Aku dan Niall hanya teman, mam."

 "Teman hidup maksudnya tan, hehe." Niall nyengir.

Dasar Nialler fucking Horanos! Jantungku jadi tambah tidak karuan, bodoh!. Umpatku.

"Hahahaha, ya sudah, hun, mama ada meeting sama klien, kamu baik-baik ya, hun." Pamit mama sambil mencium ujung kepalaku. "Niall, jagain anak gadis tante ya, kalau bandel cium aja pipinya." Pesan mama kepada Niall.

"Ayey  kapten!" Niall memberikan hormat kepada sang mertua. Ralat, kepada mamaku.

"Ih! Apaan, sih, mam." Teriakku kepada mama yang sudah menghilang dari hadapanku tetapi masih terdengar suara tawanya yang menggelegar. Bisaku pastikan, pipiku mulai merah sekarang.

MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang