Lima : Awal yang buruk

40 3 1
                                    

Aku melangkah cepat ke ruang BK diikuti langkah gugup Intan Putri. Saat aku mulai melangkahkan kaki keluar kelas, aku mendengar mereka berbisik bisik tak enak tentangku.

" kenapa tuh Putrinya si Denis?"
Atau " Alah paling paling ketahuan nyolong gorengan dikantin" dan celetuk celetuk tak enak lainnya, " Palingan nunggak bayar SPP"

Tidak mengherankan kalau Intan Putri dipanggil BK karena ini bukan kali pertamanya, tapi untuk aku yang selama dua tahun bersekolah disini, tidak pernah membayangkan harus dipanggil BK menghadapi guru BK yang gendut sekali, untuk sekedar bayangan, ia segendut Pretty Asmara bahkan lebih. Dan asal kalian tahu, bahwa diruangan BK yang besarnya 4 x 5 meter bersama guru BK itu rasanya sesak sekali. Saat aku menceritakan ini aku masih ingat betapa pengapnya ruangan, bukan hanya karena penuhnya perabot diruang BK-tapi juga harus berbagi oksigen dengan orang itu.

Saat aku berjalan menghampiri bu BK itu, ia seakan menatap kejam aku dan juga Intan Putri yang saat itu sedang berjalan dibelakangku.

" Putri!" katanya cepat dan tegas. Aku yang tadinya berjalan dengan menatap lantai kini mendongak menatap bu BK besar itu.

"Silahkan kalian berdua duduk" katanya sembari menurunkan nada bicaranya yang semula tinggi.

Ia membuka buka kertas sambil membacanya keras keras, "Tunggu sebentar. Kurang seorang lagi" kata bu Bk itu.

Aku menghela nafas, sebelum sempat menghela nafas secara normal, ia berkata lagi "Nah kamu Putri Safina, jelaskan kemana kamu saat pelajaran seni hari ini!" kata bu BK itu secara tegas.

Belum sempat aku menjawab, ia berceloteh lagi "Ibu tidak menyangka, kamu murid yang kelihatannya baik baik bisa membolos juga saat jam pelajaran"

Aku tertawa dalam hati. Jadi dari sekian kali aku membolos seni, ini kali pertamanya aku ketahuan. Aku hampir mengeluarkan alibiku dan ia berkata lagi, "Apakah kamu sakit? Lebih baik kamu mengatakan saja, guru dikelasmu pasti akan toleran nak, murid seperti mu tidak mungkin membolos"

Aku bernafas lega. Ternyata guru ini tipikal seseorang yang mandiri. Dia mengetahui, menebak alasan, dan menyelesaikannya sendiri. Saat ini aku sangat bersyukur memiliki wajah yang kelihatannya tidak berpotensi melakukan kenakalan.

Yah setidaknya kalian yang membaca, jangan pernah menilai orang seperti guru BK itu menilaiku. Mungkin pepatah dont judge book by its cover banyak betulnya.

Aku mau berpamitan atas selesainya kasus aku dipanggil ke BK namun saat aku mau berkata kata lalu muncul lah seorang gadis berparas cantik yang menghampiri Intan Putri. Ia datang bersama Marco.

Wajah Intan Putri terlihat pucat dan aku hanya bisa menelan ludah. Aku benci terlibat drama seperti ini...

Undetected GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang