Undetected Girl

Tujuh: Aku benci ini

Intan Putri menyeretku ke sela sela tembok dan menatapku tajam,

"Kamu benar benar ada ditempat itu?" kata Intan Putri kepadaku.

Aku mengangguk cepat

Kemudian Intan Putri menggenggam tanganku sambil berkata, "Terimakasih ya telah menolongku, siapa namamu? Putri Sabina? Aku akan memberi kamu uang berapapun untuk berterimakasih"

Aku tersenyum getir. Dasar anak jaman sekarang. Hidup hedon, semua dinilai berdasarkan matrealisme. Aku menjawab ringan "Sama sama, aku Putri Safina"

"Kamu pacarnya si Denis idiot itu kan? Kok mau sih, Aing fikir sia manis pisan" ( aku fikir kamu manis juga)

Aku menjawab, "Bukan, hanya teman"

"Yasudah yuk balik ke kelas" kata Intan Putri bersemangat. Aku menghela nafas dan berjalan cepat kembali ke kelas.

Dikelas saat kami masuk. Jam pelajaran telah berakhir dan kami istirahat. Teman teman segera menyerbu Intan Putri dengan berbagai pertanyaan.

Aku muak melihat pemandangan ini, mereka bertingkah seolah perduli, tapi kenyataannya tidak. Mereka menanyakan, hanya semata mata memuaskan ego mereka. Mereka butuh bahan untuk obrolan saat makan dikantin. Mereka butuh bahan obrolan untuk menjadi semakin dekat dengan orang yang membenci Intan Putri . Aku yakin yang perduli secara tulus bisa dihitung jari dan aku termasuk yang tidak perduli sama sekali.

Aku menghela nafas kembali kebangku. Kulihat Denis tengah berbincang dengan teman sekelasku. Tapi aku lupa namanya. Ia tidak seterkenal Marco atau Intan Putri atau Denis sekalipun. Walaupun begitu, Denis cukup terkenal dikelas meskipun predikat predikat buruk yang menempel dipunggungnya.

Aku menghela nafas lagi, kurasa Denis menemukan kekasihnya. Aku mengumpat didalam hati mengingat hari itu saja aku bertemu dua hal menjijikkan. Kejadian di kamar mandi dan ini, dua harimau lembek yang terlihat sedang kasmaran..