Ray menatap nanar pemandangan di depannya. Kamar ini tak berubah dari terakhir kali ia kesini. Warna abu-abu mendominasi mulai dari kasur, lemari, hingga dindingnya. Rapi, tak nampak setitik noda pun. Tak ada kesan pribadi di sini. Kamar yang seolah tampak seperti akan disewakan. Ia tersenyum miris. Kamar ini sangat menggambarkan keluarganya. Suram, tak ada kesan kehangatan, hanya sekedar formalitas belaka.
Ray merebahkan diri di kasurnya. Ditatapnya langit-langit kamar dengan perasaan berkecamuk. Seingatnya, dulu ia punya keluarga yang bahagia. Keluarga yang normal seperti keluarga lainnya. Andai saja kejadian itu tak terjadi apa keadaan akan tetap sempurna seperti waktu itu? Cepat, ia memejamkan matanya. Tak ada gunanya mengingat kenangan buruk itu lagi.
Segera ia bangkit dari tempat tidurnya. Ia berjalan perlahan ke arah lemari dan membuka pintu lemari itu dengan hati-hati. Dikeluarkannya sebuah kotak dari dalam lemari itu. Warna kotak itu sangat kontras dengan keadaan sekitarnya. Kotak itu berwarna pastel lembut dengan hiasan burung merpati di pojoknya. Kotak inilah tujuannya kemari. Cepat, Ray menutup pintu lemari dan bergegas keluar. Ia harus segera pergi sebelum ayahnya pulang. Dengan tangkas ia menaiki mobilnya dan menyapa satpam rumahnya. Setelah melewati gerbang, ia menoleh sesaat ke belakang. Mungkin ini akan menjadi saat terakhirnya datang ke rumah ini.
*
Alexa baru saja keluar dari ruang kuliahnya. Banyak peralatan lukis yang ia bawa. Inilah resiko mengikuti kelas seni rupa. Sesaat ia merasakan gelitik kesedihan dalam hatinya. 'Tidak alexa, jangan bersikap kekanakan,' tegurnya pada dirinya sendiri. Dengan terseok-seok ia berjalan hingga ke sebuah pohon besar yang agak jauh dari kelasnya. Ini adalah tempat favorit alexa. Suasananya tak terlalu ramai dan udaranya sangat sejuk. Ada sebuah bangku yang berada tepat didepan pohon itu. Pelan, ia duduk di bangku dan menyandarkan kepalanya di pohon itu.
Ia baru saja akan tertidur ketika dia mendengar keributan di belakangnya. Dengan muka kesal ia menoleh ke belakang. Sesaat dia terdiam. Seorang lelaki tengah menandang-nendang tempat sampah di depannya. Terlihat jelas ia tengah memendam kekesalan. Alexa ingat laki-laki itu. Ia sering melihatnya disini. Sepertinya laki-laki itu mempunyai tempat favorit yang sama dengan alexa. Tiap bertemu dengannya, wajah lelaki itu selalu seperti itu. Memberengut, dengan raut muak yang jelas. Alexa hanya bisa mendesah prihatin melihatnya.
Pelan, alexa mengambil earphone dari dalam tasnya. Ia menyalakannya dan mulai mendengarkan musik. Lebih baik ia menikmati suasana sejuk ini daripada mengamati orang lain yang tak dikenalnya. Tanpa sadar alexa bersenandung ketika mendengar lagu favoritnya. Ia semakin asik bernyanyi hingga tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang di sebelahnya. Dengan gugup ia membuka mata dan melihat ke atas. Alexa sangat terkejut ketika ia mendapati lelaki tadi tengah menatapnya lekat.
"Apa aku mengenalmu?" tanya Alexa.
"Mengapa kau harus bernyanyi seperti itu? Sangat menyedihkan," balas lelaki itu tak menghiraukannya.
"Setidaknya aku tidak selalu emosi sepertimu," ejek Alexa balik.
Lelaki itu tampak terkejut.
"Apa aku mengenalmu?" tanya lelaki itu balik.
Alexa hanya bisa memutar bola matanya. Apa maksud lelaki ini. Datang tiba-tiba dan hanya untuk mengejeknya? konyol.
"Tidak. Aku tidak mengenalmu," jawab Alexa.
"Baiklah, Aku Raya Nugraha. Kau bisa memanggilku Ray. Dan kau?"
Alexa terkejut. Ia tak mengira lelaki itu akan memberikan respon seperti itu.
"Alexa," ujarnya pelan.
"Baiklah Alexa, senang bertemu denganmu. Sampai jumpa besok siang?"
"Kenapa kau sangat yakin aku akan menemuimu lagi?"
"Aku sering melihatmu disini setiap siang hari. Jadi sampai jumpa besok."
Dan lelaki itu pergi. Alexa hanya bisa terdiam heran sambil melihatnya menjauh. Siapa namanya tadi? Raya? Alexa merasakan sebuah firasat buruk. Sepertinya ini akan menjadi pertemanan yang rumit. Haruskah ia kesini besok siang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Voice
RomanceRay - Semua kebencian ini membuatku muak. Aku muak dengan hidup. Aku sudah hampir menyerah ketika tiba-tiba kudengar suaranya. Lembut, indah, namun sendu. Membuatku penasaran sekaligus ingin melindunginya. Apa yang membuatnya sesedih itu? Alexa - Ak...