Ray mendesah frustasi. Dia tak tahu mengapa Alexa berpikir seperti itu. Ia sudah berusaha mencari Alexa untuk memberikan penjelasan. Namun Alexa seperti menghilang. Sudah tiga hari ini ia selalu menunggu di depan kelas Alexa, namun hingga kelas kosong ia tak kunjung melihatnya. Entah gadis itu keluar kelas dengan cara apa. Ia menunggu di kosnya, Alexa tak pernah datang. Ketika ia bertanya pada teman Alexa, mereka juga tak mengetahui dimana Alexa berada.
Ray tersenyum miris. Apa ini juga yang dirasakan Alexa ketika mencarinya dulu? Ia benci situasi ini. Apakah ini karma baginya? Ray menyandarkan tubuh ke pohon yang sering Alexa datangi. Ray tahu ini tempat favorit Alexa, dan tak seharusnya ia merebutnya. Tapi ia sangat ingin bertemu gadis itu. Setidaknya dengan begini ia merasa lebih dekat dengan Alexa.
"Hh aku sangat menyedihkan sekarang," gumam Ray.
Tiba-tiba saja ia melihat Alexa di balik pohon. Pohon yang sama ketika dulu ia bersembunyi dari Ray. Ray terkekeh pelan. Gadisnya belum berubah rupanya. Ray sengaja pergi dan berjalan memutar menuju tempat Alexa bersembunyi sehingga gadis itu takkan bisa melihat kedatangannya, sama seperti waktu itu.
Lamat-lamat, Ray memperhatikan Alexa dari belakang. Ia sangat merindukan gadis ini. Ia merindukan tawanya, senyumnya, bahkan omelannya. Aneh, bahkan mereka belum satu minggu berpisah. Ray tidak tahu apa yang kini tengah dirasakannya. Ia hanya tau, ia sangat ingin bertemu Alexa.
"Kenapa kau hanya diam saja?" suara Alexa membuat lamunan Ray buyar. Ia memandang Alexa dengan pandangan terkejut.
"Bingung kenapa aku tahu kau disini? Aku tidak mungkin bisa tertipu olehmu dua kali," jawab Alexa kalem.
"Apa... Apa yang lakukan? Kukira kau tak mau bertemu denganku."
"Entahlah. Kenapa? Kau khawatir? Sudahlah tak perlu berakting begitu. Aku tahu kau hanya mengasihaniku."
"Kenapa kau memutuskan seenaknya begitu?! Apa kau tak tahu betapa cemasnya aku begitu kau menghilang selama berhari-hari? Selama ini kau kira aku bermain-main?!" bentak Ray.
Emosinya meledak. Ray tak sanggup lagi. Ini sudah batas kesabarannya. Cepat, ia mendorong Alexa ke pohon di belakangnya dan menahannya disana dengan kedua tangannya. Kali ini ia harus bisa membuat Alexa mengerti.
"Alexa, kau adalah orang yang penting bagiku. Jangan pernah mengira aku mengasihanimu atau mempermainkanmu. Hm?" tanya Ray lembut.
"Ta... Tapi mengapa waktu itu kau bertanya begitu? Bukankah kau mengasihaniku?" tanya Alexa dengan suara bergetar.
Ray menghembuskan nafas berat sebelum menjawab.
"Dengar, waktu itu aku bertanya seperti itu agar aku bisa mengerti apa masalahmu. Agar aku bisa membantumu. Agar aku bisa menghapus beban berat itu dari hatimu. Kau sudah membantuku. Bagaimana mungkin aku tak membantumu? Sekali lagi aku katakan padamu, kau penting bagiku Alexa. Dan aku tak ingin orang yang penting bagiku terluka."
Dan Alexa pun menangis.
*
Alexa menatap sekelilingnya. Ia tengah berada ditaman dekat kosnya. Tanpa sadar, ia tersenyum. Taman ini mengingatkannya akan Ray.
Kemarin, ia sangat terkejut ketika Ray berteriak begitu padanya. Memangnya apa yang telah dia lakukan hingga membuat Ray seperti itu? Tak bisa ia pungkiri, ia merasa sangat senang ketika Ray meluruskan kesalahpahamannya. Ia merasa sangat senang hingga tanpa sadar ia menangis. Saat ia menangis, Ray hanya diam dan menepuk pelan kepalanya. Ray tidak pergi ataupun berkomentar apapun. Ia mengerti apa yang Alexa butuhkan saat itu. Alexa masih mengingat apa yang dikatakan Ray padanya setelah ia selesai menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Voice
RomanceRay - Semua kebencian ini membuatku muak. Aku muak dengan hidup. Aku sudah hampir menyerah ketika tiba-tiba kudengar suaranya. Lembut, indah, namun sendu. Membuatku penasaran sekaligus ingin melindunginya. Apa yang membuatnya sesedih itu? Alexa - Ak...